Ahmad Ibrahim sedang melangkahkan kakinya menuju ke tempat parkir untuk mengambil sepedanya, dia memandang siswa dan siswi yang berlomba-lomba melewati gerbang sekolah dengan riang dan gembira, dia geleng-geleng kepala melihat anak-anak itu.
"Anak-anak ini seperti mengangap sekolah ini adalah penjara,!" gumamnya sambil tertawa kecil.
Dia kemudian menaiki sepedanya lalu mendayungnya dengan niat ingin berbelanja di pasar untuk membeli beberapa bahan makanan persiapan makan malam.
"Kring... ! Kring.... ! Kring.... !!" Bunyi bell sepedahnya.
Siswa dan siswi kemudian memberikan jalan kepada sang guru matamatika itu.
"Selamat siang menjelang sore, Pak,!" ucap beberapa siswa yang di laluinya.
"Ucapan yang sama anak-anak,!! hati-hati di jalan, Nak.!"
"Iya, Pak,!!" kata beberapa siswa yang di laluinya.
Pria lajang berusia 32 tahun kemudian meninggalkan area sekolah menuju ke kota, dia mengayung sepedahnya dengan meningkatkan kecepatannya, dia melajukan sepedahnya di tepi jalan raya yang ramai oleh para pejalan kaki kendaraan bermotor dan kendaraan roda empat.
Tidak butuh waktu yang lama, Ahmad Ibrahim kemudian tiba di pasar. Setelah memarkir sepedanya, dia kemudian berjalang kaki menelusuri lorong pasar yang begitu ramai.
"Pertama-tama, aku membeli beberapa liter beras untuk persiapan selama dua hari,!" ucapnya dalam hati sambil melangkahkan kakinya berjalan lurus kedepan.
Di sebuah kios penjualan roti terjadi perdebatan antara penjual dan pembeli.
"Kamu itu pedangan curang,!! aku nggak bisa di bodohi,!" ucap seorang pembeli yang berjenis kelamin wanita berusia 38 tahun.
"Aku nggak curang, Bu,!!"jawab pemilik toko roti yang merupakan seorang pria 45 tahun.
Orang-orang kemudian berkumpul sambil menyimak perdebatan itu begitupun dengan Ahmad Ibrahim yang melintas di jalan itu.
Seseorang dari keramaian kemudian berkata."Apa sih masalahnya,!?"
"Penjual roti itu,!" dia menunjukkan jarinya ke arah pemilik toko kemudian memalingkan wajahnya ke arah sumber suara."Dia ingin menipuku, aku membeli roti sebanyak 100 buah dengan harga 5.000. perbuah berarti total uang yang harus aku keluarkan adalah 500.000.!"
"Itu sudah benar, Bu,! berarti penjual ini curang,!" dia kemudian memandang ke arah keramaian.
"Kita hajar pedagang curang ini, yang seperti ini harus di beri pelajaran dengan kekerasan,!" kata salah satu orang yang berada di antara keramaian itu.
"Betul apa yang di katakanya, ayo kita seret dia keluar dari tokonya, kita gebukin ramai-ramai, saudara-saudara sekalian,!"
Baru saja mereka berjalan ramai-ramai menuju ke dalam toko, tiba-tiba Ahmad Ibrahim mengangkat suaranya.
"Stop.!!! Hentikan wahai saudara-saudara sekalian,!!! jangan main hakim sendiri dan jangan mengambil keputusan sepihak, kita belum mendengarkan penjelasan pemilik tokoh itu.
Ahmad Ibrahim kemudian mendekati pemilik toko itu.
"Apa anda mengenal pembeli itu, Pak,?
"Aku mengenalnya, dia adalah sepupu dari tetangga kami,!"
Ahmad Ibrahim kemudian memperhatikan dengan seksama ruangan toko itu seperti sedang mencari sesuatu.
"Ketemu,!" gumamnya.
Dia kemudian memandang pemilik toko selanjutnya berkata.
"Berapa harga yang anda hitung pada saat wanita paruh baya itu membeli 100 roti di toko ini.!?"
"Aku menggunakan mesin penghitung otomatis, Pak,! dan total yang harus di bayar oleh wanita itu adalah 575.000.!"
"Bagaimana bisa menjadi mahal seperti itu sedangkan harga roti secara umum adalah 5000 perbuah, berarti 100 × 5000 \= 500.000.!" kata wanita berusia 38 tahun yang melakukan pembelian.
"Apa yang dikatakan ibu itu memang benar,!" ucap sebagian besar kelompok yang sebelumnya ingin bertindak anarkis.
"Apa yang anda katakan memang betul saudara-saudara sekalian. Tapi, apa yang di katakan pemilik tokoh juga betul,!! simak baik-baik apa yang akan aku jelaskan.
Pertama : Wanita berusia 38 tahun itu sudah mengenal baik pemilik tokoh sesuai dari keterangan yang di jelaskan oleh pria paruh baya berusia 45 tahun tersebut.
Kedua : Wanita itu megetahui jika pria ini selalu menghitung dengan menggunakan mesin otomatis, wanita itu juga mengetahui jika pria tersebut sangat lemah dalam hal hitung-menghitung, maka dari itu dia mempersulitnya dengan hitungan manual sederhana, coba anda lihat baik-baik apa yang tertempel di box kotak roti itu yang bertuliskan 15% keuntungan, aku rasa bukan anda yang memprogram mesin penghitung itu, Pak,!!" dia memandang pria baru baya itu.
"Benar, Pak,! menantuku yang melakukanya,!" ucap pria berusia 45 tahun itu.
"Okey, aku rasa sudah jelas jika harga pembelian sebuah roti adalah 5.000. Roti tersebut dijual dengan keuntungan 15%. Berarti penjualan 100 buah roti adalah 575.000.
100 +15/100 x 500 \= angka 100 dan 500 kita perkecil, masing- masing kita bagi 100 berarti.
100+15/1 × 50 \= 115 + 50 total keseluruhan adalah 575.000.
Pemilik tokoh roti nggak bersalah apapun, wanita paruh baya itu yang memanfaatkan kesempatan, aku pikir persoalan ini telah di rencanakan dengan sangat baik, kemungkinan besar tetangga pemilik toko roti ini menaruh dendam sehingga mengutus sepupunya, aku pikir masalah telah selesai."
"Jadi begitu,!! aku mengerti sekarang,!" ucap sebagian besar orang yang berada di tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Dhika Ayu Wulandari
Sangat menginspirasi, kalau kita buta dengan angka bahaya juga
2022-05-19
0
Dhika Ayu Wulandari
wooo... luar biasa pak Ahmad
2022-05-19
0
EDHA
gak bosan baca episode ini, mungkin gini cara menyelesaikan kasus selanjutnya🤔
2022-05-15
0