Bab 1: Kejadian tak biasa

Derek duduk di depan Alex dan Farry yang duduk bersebelahan ketiga sahabat berkumpul di ruangan kelas, Derek mengingatkan, “Eh Alex, aku meminta file video game itu, mana dia? Flashdisknya ada ku pinjamkan.”

“Oh iya, ini,” mengeluarkanya dari dalam tas dan mengembalikannya, “Ingat filenya begitu besar, 40.7 gb.” “Terima kasih.”

Alex menunjuknya, “Hei kau harus tau, video game tersebut sangatlah sulit, aku bahkan hampir 2 bulan menamatkannya.” “Iya gamer handal,” balasnya, sebenarnya dalam benaknya mengatakan, “Gamer cacat, bermain genre moba saja kau jadi beban tim.” “Hei kalian ada menonton film superhero berjudul The Nord Attack malam tadi di stasiun tv lokal?”

“Tidak kau saja,” balas Alex. “Tidak,” ucap Farry. “Kalian rugi tak menontonnya,” lanjutnya. “Derek sepertinya sedang membuat cerita baru,” lanjut Alex lagi dengan tatapan penasaran. “Tidak, itu kebanyakan, aku cukup melanjutkan cerita buatanku yang sudah ada,” bantah Derek.

“Bagaimana dengan permainan skateboardmu Farry?” tanya Derek, diikuti dengan Alex, “Iya Farry bagaimana?” Farry pun menjawab, “Seperti biasa, aku masih rutin mengikutinya.”

Derek mengeluarkan sebuah barang dari dalam tasnya masih memegangnya dengan kedua tangannya dan memperlihatkannya, “Ini lihat novel grafis ini, berkisah tentang seorang anak laki-laki yang berada di dimensi dunia rpg, melawan banyak monster-monster, berukuran raksasa. Aku pinjamkan, kalian harus membacanya, seru.” “Tidak, aku tidak suka baca,” tolak Farry. Alex mengambilnya dan melihat sebentar buku tersebut dan membukanya beberapa halaman, terlihat gambar-gambarnya dengan pedang berbentuk unik tak biasa nan menawan yang diangkat, halaman berikutnya monster raksasa bersayap yang teramat buas, halaman berikutnya lagi sabetan pedang besar dari seorang anak laki-laki melawan monster raksasa dengan senjata pemukulnya, kesemuanya berisi gambar bermuatan cerita. Alex pun mengembalikannya.

Kemudian datanglah seorang teman laki-laki mereka menghampiri yang tadi melihat dan mendengar percakapan mereka, “Boleh ku pinjam?” Derek tampak ragu dan diam sebentar, sebab bukan sahabat dekatnya. “Boleh,” sambil menyerahkannya. Dia mengambilnya, “Terima kasih,” kemudian membukanya sebentar, “Ini tampaknya bagus.” “Kau harus mengembalikannya setelah selesai membacanya.” “Tentu saja, akan ku kembalikan nanti secepatnya, ku hubungi, percayalah,” kemudian kembali ke kursinya.

“Bisakah kita malam ini pergi jalan-jalan dan juga mengobrol di suatu tempat, mungkin cafe, restauran, mall?” ajak Derek. “Aku tidak ikut, aku sekarang hanya ingin berada di rumah dan bermain video game,” Jawab Alex. Farry berbicara, “Aku juga tidak, aku mau istirahat nanti sambil menonton di depan televisi.” “Sebenarnya kalian punya waktu untuk itu,” balas Derek dengan ekspresi datar keheranan. “Maaf Derek, kami hari ini tidak bersuasana,” balas Farry. Lalu Alex ikut membenarkan, “Ya, itu benar.” “Baiklah, tak apa-apa,” lanjut Derek.

Derek melihat jam di ponsel pintarnya, “Hei, 9 menit lagi kelas akan dimulai.” Mereka pun bersiap-siap, waktu tiba seorang guru wanita muda berusia sekitar 30-an tahun masuk. Guru itu mengajar mata pelajaran biologi, mayoritas murid di sana dengan ekspresi wajah yang terlihat bosan. Di tengah kebosanannya itu, Derek menggambar suatu monster di buku pelajarannya, guru itu melihatnya dengan raut wajah yang penasaran, kemudian berjalan mendekatinya. Derek pun terkejut bergegas berusaha menutup halamannya dan membuka kembali halaman catatan pelajarannya, “Derek kau sedang apa, kau menggambar apa?” “Tidak bu,” dengan ekspresi yang terkejut. Guru itu mengambil bukunya, dan membuka halamannya itu melihat gambarnya. Wajah guru itu menatap Derek kembali, “Tetap fokus pada waktu pelajaran, kau bisa menggambarnya nanti, tapi jangan di buku pelajaran.”

“Maaf bu, iya,” dengan ekspresi tak nyaman. Guru itu mengembalikannya dan kembali berdiri di depan papan tulis, “Derek berdiri di tempat dudukmu, dan coba jelaskan sel-sel apa saja yang ada dan fungsi sel. Sudah kita jelaskan tadi.”

Derek pun berdiri dan kebingungan, “Itu... Itu...” Gurunya masih menatapnya dengan serius. Derek jadi teringat akan cerita fiksi yang dia baca dari buku tersebut, “Struktur dan fungsi sel adalah... Sel-sel terdiri dari sel A, sel D dan sel F. Ketiga sel tersebut membentuk suatu kehidupan, terbuat dari unsur-unsur alam secara alami, namun ketika ketiga sel itu dicoba digabungkan oleh adanya sebuah manesfetasi alam yang melakukannya. Maka meledaklah hingga membentuk makhluk buas dan ada yang berukuran raksasa. Membuat dimensi dunia menjadi kacau.”

Murid-murid yang lainnya keheranan, sebagian ragu dan sebagiannya lagi tertawa sedikit karena penjelasannya tak nyata dan dianggap lelucon.

“Sel-sel apa itu, ibu baru mendengarnya. Dari mana kau tau?” bingung gurunya.

“Dia pasti membacanya dari suatu cerita fiksi bu. Dia penggemar cerita terutama kisah-kisah fiksi,” ucap Farry sambil tersenyum. “Ya itu benar. Aku membacanya dari novel grafis berjudul Battle in Dimention, ku pikir di kisah fiksi pasti ada bagian penjelasan yang nyata, sebab kisah fiksi ada mengambil dari unsur yang nyata.”

“Fiksi tetaplah fiksi.” “Iya bu.”

“Sudahlah, kembali duduk.” Derek pun kembali duduk. “Bacalah bu, novel itu sangat menyenangkan,” ucapnya membayangkannya dalam hati karena tak berani mengatakannya, karena bisa dikira tak sopan dan akan muncul tanggapan yang tak mengenakkan dari guru itu.

Guru itu pun menjelaskan lagi, tentang jenis sel-sel dan fungsi sel tersebut dengan panjang lebar.

Setelah pulang ke rumah dan sarapan, mereka menjalani aktifitasnya masing-masing, Alex tak sabar dan bergegas melanjutkan lagi permainan video di konsolnya, bermain di depan layar tv. Derek segera bangkit dari berbaring di kasurnya, dan lanjut mengerjakan komik digitalnya di depan layar komputer, bercerita tentang superhero melawan para penjahat termasuk vilainnya. Sedangkan Ferry memodifikasi skateboardnya, mencoba-cobanya.

Setelah sekian jam mengerjakan komiknya, Derek mulai tidur di kasurnya. Ketika tertidur dia bermimpi, dia melihat pahlawan superheronya melawan penjahat vilainnya di atas kereta. Mereka bertarung dan melompat tampak seperti parkour. Villain itu menendang wajah seorang superhero, lalu berputar ke bawah menunduk menendang kakinya. Superhero itu terjatuh lalu menahan sebelah kaki Villain itu yang menginjaknya dengan menangkap kakinya dan memitingnya dengan kedua kakinya. Villain itu mulai melompat bergerak menginjaknya dengan kaki satunya, namun superhero itu langsung melepaskannya dan memundurkan badannya sendiri yang terlentang dengan meninjak atas atap kereta. Kemudian berdiri dan lanjut bertarung.

Pada malam harinya Derek menonton sendirian pertandingan hoki es pada jam 7 malam, tanpa ada yang menemani sampai jam 10 malam. Ketika dalam perjalanan pulang. Dia melihat ada kejadian yang tak biasa, tampak keren dan unik.

Orang dewasa berkostum bersinar seperti lampu neon lengkap dengan helmnya, sedang bertarung melawan monster raksasa berkaki empat merangkak dan berbuntut serta bergigi tajam, mirip seperti dinosaurus, tanpa senjata apa pun, hanya dengan kekuatan sendiri. Dia meninju, menendang dan menghindari serangan monster itu serta menangkis serangannya.

Melihat itu Derek pun mengeluarkan ponsel layar sentuhnya, merekam dengan memvideo dan memotret kejadian itu. Orang berkostum itu terhempas, lalu memegang ekornya dan memutar seperti gasing dan melemparkannya. Makhluk itu semakin marah, mereka terus bertarung tanpa sengaja monster itu melompat ke samping berganti posisi mengenai Derek hingga pingsan. Mobil polisi yang lewat pun melihat Derek yang sedang pingsan sendirian itu dan memasukkannya ke dalam mobil, lalu membuka ponselnya yang tak sempat terkunci, menelepon nomor ibunya yang tersimpan dari ponselnya dengan menyalin nomornya.

Keesokan paginya, ibunya, seorang dokter pria tua dan dua orang polisi pria dewasa terlihatnya ketika membuka matanya. “Nak, kedua polisi itu menemukanmu tadi tergelatak tertidur di jalanan.”

Salah satu polisi berkata, “Hei, jangan keluyuran sendirian tinggi malam.”

“Bu, aku tadi ada melihat orang berkostum tak biasa, dia bercahaya dan melawan sesosok monster besar, kira-kira sebesar beruang. Aku ada bukti rekamannya di ponselku,” lalu mengeluarkan ponselnya dari kantong pakaiannya mencari rekamannya, “Mana itu? Mana? Aku serius ada melihatnya, sudah ku rekam.” Kemudian menatap mereka lagi.

Dokter itu berkata, “Tenanglah nak, kau tampaknya berhalusinasi.”

Polisi itu kembali berkata, “Bu, jangan biarkan dia lagi keluyuran tinggi malam sendirian,” lalu menatap ke dokter, “Apakah dia tak mabuk atau ketiduran tadi?”

“Aku pingsan tadi. Terkena tabrakan dari monster itu,” bantah Derek menyambar pertanyaan.

“Kami permisi dulu ingin pergi, kami masih ada tugas lain,” kemudian mereka pergi.

“Iya, terima kasih,” kata ibu dan dokter itu. “Bu, anak ibu bisa istirahat dulu sebentar di sini, sebelum membawanya pulang,” kata dokter itu lalu meninggalkan ruangan. Ibu itu duduk di sebelahnya, “Nak, malam tadi ibu sempat khawatir, tiba-tiba ada seorang polisi menelepon ibu untuk mendatangimu di rumah sakit.”

Beberapa menit kemudian mereka pulang, di dalam mobil Derek bersikeras, “Ibu memang tak akan percaya kejadian ini, begitu juga dengan semua orang. Ini bukan halusinasi semata, ini memang sangatlah aneh, aku baru pertama kali melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Bahkan aku sempat tak sengaja bersentuhan dengannya.” Ibunya tetap diam mendengarkannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!