Derry membukakan pintu untuk Soraya, ucap lalu Soraya diperintahkan untuk masuk dengan kasarnya. Soraya hanya menurut saja apa yang dikatakan pak ceo kepadanya tersebut, di sana tidak terlihat sikap ramah sama sekali.
Jika di bilang tertekan, Soraya sangat tertekan saat ini menjadi seorang istri Derry Sanjaya. Soraya hanya menunggu waktu itu akan berakhir saja, pikirnya.
"Raya!! aku tidak ingin melihat kau berduaan dengan lelaki manapun!!" ucap Derry sambil menyetir mobilnya.
"Aku hanya meeting," jawab Soraya.
"Aku tahu, tapi meeting tadi sudah berakhir!!" bentak Derry kuat di dalam mobil tersebut.
"Aku masih suamimu!!" ucap Derry menegaskan.
Soraya membuang wajahnya ke jendela mobil tersebut. Tanpa ada sepatah kata apapun sekarang ini, dia hanya mampu dan diam, Derry pula seperti biasanya, jika sudah marah dalam keadaan membawa kendaraan tersebut pasti selalu melajukan kendaraan itu.
Jika memang mati saat ini adalah jawaban untuk hubungan mereka bisa sampai selama-lamanya, lebih baik mati saja, pikir Soraya.
Tiba-tiba mobil itu sedikit perlahan, dan mobil itu menuju ke tepian pula sekarang. Derry tampak kesal dan dia juga semakin kesal jika hanya Soraya diam membisu seperti itu.
"Raya!! apa mau kau sebenarnya!!" ucap Dava kuat di telinga Soraya, padahal mereka bersebelahan.
"Apa mahuku??" tanya Soraya dengan wajah yang penuh air mata.
"Raya!! berhenti lah menangis!!" bentak Derry sambil menggaruk rambutnya menjadi acak-acakan.
"Derry, aku yang harus bertanya kepadamu!!"
"Kau sudah ada Fanni, untuk apa memikirkan aku yang sudah bekas ini," ucap Soraya menahan ledakan tangisnya lagi.
"Stop!! stop Soraya!!"
"Jangan bawa orang lain disini!! itu tidak ada sangkut pautnya dengan masalah hari ini!!" ucap Derry lagi.
"Masalah apa yang kau maksud Derry??" tanya Soraya sinis.
Soraya tidak tahu apa yang dimaksud masalah hari ini oleh Derry suaminya itu. Padahal, menurut Soraya dia hanya meeting dan duduk saja bersama Rendra sang investor dari perusahaan tersebut.
Lalu, dimana letak masalahnya? tanya Soraya dalam hatinya saat ini.
"Raya!!" sudah aku katakan, kau milikku!!" ucap Derry menjerit kali ini.
"Derry, berhenti menteriakiku," jawab Soraya yang sudah tidak tahan lagi.
"Jika aku memang milikmu, lalu mengapa kau hanya menikahiku 90 hari??" ucap Soraya geram.
Derry terdiam dengan ucapan Soraya tersebut. Ucapan Soraya sangat benar dan masuk akal, jika memang 90 hari adalah miliknya, mungkin setelah hari itu habis, Soraya bukan miliknya lagi.
"Kenapa diam??" tanya Soraya lagi.
"Raya, kau baca ini lagi!!" ucap Derry menyerahkan nota merah tersebut kembali kepada Soraya saat ini.
Perjanjian di atas nota merah itu, selalu dibawa oleh Derry dimanapun ia berada. Nota itu selalu berada dalam penyimpanan yang ada di mobil Derry tersebut.
Kali ini tampak diam Soraya sendiri merenungi dan menatap nota merah tersebut. Soraya bukan tidak tahu isi dari perjanjian itu, isinya memang cukup banyak dan sama sekali tidak menguntungkan Soraya.
Soraya terdiam sejenak, dia teringat kembali pada pertama buku nota tersebut dia baca.
Lima bulan saling mengenal dalam satu perusahaan tersebut, namun baru memasuki sebulan menjadi pengganti ayahnya tersebut Derry tertarik dengan seorang wanita yang bekerja disana.
Siapa lagi, dia lah Soraya. Sekedar tertarik, bukan cinta.
Tertarik karena kesombongan dan sikap dingin dari Soraya yang selalu ditunjukkannya kepada Derry kala itu.
Semua wanita di perusahaan itu, ketika Derry baru saja menginjakkan kakinya disana, mata wanita disana tidak kedip sedikit pun, terkecuali Soraya.
Soraya terlihat cuek dan biasa saja, itu lah mengapa Derry merasa ingin tahu tentang wanita yang dianggapnya angkuh ini.
Setelah dia tahu jabatan Raya di perusahaannya tersebut, dia pun mulai selalu mencari gara-gara kepada Soraya.
Empat bulan lalu, Cek tunai di atas meja yang dihulurkan oleh Ceo yang baru saja menginjakkan kaki di tanah nusantara ini, membuat Soraya dilema.
Lima ratus juta rupiah tertulis dalam cek tersebut. Jika dibandingkan dengan gajinya sebagai Audit keuangan di perusahaan itu berpuluh kali lipat.
Bukan masalah jumlah disana, namun masalahnya adalah tentang harga dirinya dan egonya.
Empat bulan lalu, tawaran itu diberikan Derry kepadanya, dan kini karena cek tersebut Soraya sudah menjadi istrinya selama dua bulan berjalan.
"Raya, ambil ini," ucap Derry.
"Untuk apa??" tanya Raya dengan wajah dingin.
"Jadi lah teman kencanku!!" ucap Derry dengan nada sombong.
"Aku tidak menginginkannya," balas Soraya dengan angkuhnya juga. Padahal dia sedang membutuhkan uang yang besar saat itu.
"Kalau begitu jadilah istriku!!" ucapnya tegas tanpa berpikir.
"Istri!!" keras suara Soraya.
"Iya istri, bagaimana setuju??" tanya Derry lagi.
Soraya diam sejenak, jika menjadi istri pastilah tidak ada dosa di antara mereka berdua, pikir Soraya.
Namun, apa bisa menikah tanpa cinta?
Apa bisa menikah tanpa ada rasa??
Gila! ini sungguh gila!!
Lelaki yang bergelar Ceo ini sepertinya sudah tidak waras, pikir Soraya yang masih mematung kala itu.
"Soraya, aku menikahimu dengan syarat. Jika kau setuju, aku akan memberimu nota merah berisi syarat yang telah diketik di dalam sini," ucap Derry dan menunjukkan map merah itu.
"Bisa aku melihatnya??" tanya Raya.
Tersenyum puas di wajah Derry kala itu, sepertinya Soraya memberikan lampu hijau kepada dirinya tersebut.
Syarat itu dipelajarinya dengan benar, semuanya memang memberatkan di pihaknya. Namun bagi Soraya yang sedang menjadi korban keadaan tersebut, membuat dirinya menyetujui isi dalam map merah itu.
Syarat pertama, tertulis Soraya tidak boleh bertanya apapun tentang kesibukan Derry, selama mereka menjadi suami dan istri.
Syarat kedua, tertulis Soraya, tidak boleh menelpon Derry terlebih dahulu, sebelum Derry yang menghubunginya.
Syarat ketiga, setiap Derry menyentuh dirinya, dia harus rela meminum obat agar tidak hamil.
Syarat keempat, pernikahan mereka harus tetap di rahasiakan.
Syarat kelima, Jangan pernah menuntut apapun dari Derry, dan SORAYA harus mengikuti apapun yang Derry katakan selama mereka masih menjadi suami dan istri.
Cek lima ratus juta itu sudah pun di tangan Soraya. Dua bulan berlalu begitu panjang mereka jalani, Soraya termenung di atas balkon apartemennya saat malam pertama bergelar istri.
Apartemen itu diberikan oleh sang suami. bukan tanggung-tanggung, apartemen mewah tersebut yang berada di kawasan Red village itu membuat para staf lainnya menaruh curiga kepada Soraya.
Soraya digosipkan bercinta dengan om-om kaya raya. Namun para penggosip masih belum menemukan bukti tentang itu.
Omongan orang sudah biasa dia dengar, baginya biarlah, selagi manusia mempunyai mulut dan mata, manusia itu akan tetap bercerita dengan apa yang mereka lihat, pikir Soraya.
Hari-harinya menjadi istri sudah biasa dia jalani. Hari-harinya menjadi karyawan di perusahaan suaminya juga terbiasa dia lakukan.
"Hey, kenapa termenung," ucap Derry kali ini sedikit pelan.
"Nah, notamu," ucap Soraya memberikan nota itu kembali kepada Derry.
"Sudah di baca kembali bukan??" ucap Derry penuh kemenangan.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments