CINTA DALAM HIDUP
Davin berjalan di pantai dengan bertelanjang kaki. Kaus polos putih dan celana pendek terlihat cocok untuknya. Outfit yang sangat dia sukai setelah beberapa tahun selalu memakai setelan jas dan menghadapi orang gila jabatan.
Tangannya menjinjing sandal, matanya menatap matahari yang indah, yang pulang dari berkelana sepanjang hari, sembari menyusuri pantai dan melewati orang-orang yang juga menikmati hal yang sama.
Ini liburannya yang kedua di pantai, sebelumnya dia tak sempat memanjakan dirinya walau untuk sejenak karena masalah pekerjaan yang tak ada habisnya.
Davin merasa sangat puas dengan liburannya kali ini, dia menikmati setiap langkah sore itu. Namun tiba-tiba temannya datang mengaitkan tangannya di leher Davin.
"Hei.....Tuan Muda mati rasa! Kau menikmati liburan mu?" gurau Alex padanya.
Candaan Alex tentang penyakitnya yang sulit menegang meski sudah berkali-kali berusaha berhubungan dengan wanita.
"Berhenti memanggilku seperti itu! Orang-orang akan mengira hal aneh tentang ku" keluh Davin.
"Haha...kau memang mati rasa, puluhan gadis sudah mendatangi mu untuk menjadi kekasih mu, tapi tak ada satupun dari mereka yang membuat junior mu berdiri. Hahahahahahaha" gurauan Alex semakin menjadi.
Davin melirik padanya dengan sinis, dia melempar tangan Alex dari bahunya lalu bergegas meninggalkannya.
"Hei.....tunggu aku! Jangan marah Tuan Muda, jangan pecat aku!" seru Alex sambil tanpa henti tertawa.
Davin buru-buru masuk ke hotel tempatnya menginap untuk menghindari temannya yang gila itu. Namun tak sengaja dia menabrak seorang gadis dan membuatnya terjatuh keras.
"Bruukkk!" suara gadis itu jatuh membuat semua orang menatapnya. Namun tak lama mereka berpaling dan kembali beraktivitas.
Sementara Davin berusaha membantu dengan hendak memberikan tangannya pada gadis itu. Namun Alex yang berlari, menabraknya dan membuatnya jatuh ke pelukan gadis itu.
Wajah Davin jatuh tepat di atas wajahnya dan mengecup bibirnya.
"Awww.......!" teriak Amelia.
Bibirnya beradu dengan bibir Davin dengan keras. Dia terlihat kesakitan terlebih tubuh proporsional Davin menimpa tubuhnya.
"Amelllll!"
Teriak kedua teman Amelia sambil mendekat dan memberikan bantuan untuknya berdiri.
Sementara Davin hanya diam menatap wajah Amelia yang manis dan cantik. Matanya tak bisa lepas dari bibir Amelia yang sedikit berdarah karena beradu dengan bibirnya tadi.
Teman-teman Amelia, Siena dan Ghina, mengusir Davin untuk bangun dan tak menindihnya terus. Davin terbangun dari lamunannya. Dia mengedipkan mata beberapa kali kemudian berusaha untuk meminta maaf.
"Aduh.. sakit...!" keluh Amelia dengan tak berani menyentuh bibirnya sendiri.
"Berdarah Mel!" ucap Ghina.
Amelia semakin panik dan merengek seperti seorang gadis kecil.
"Haaaa...... sakit!"
Davin tersenyum melihatnya, Alex memukul bahunya.
"Sssth....malah senyum!" bisik Alex.
Davin buru-buru menahan tawanya.
"Maaf....maaf!" ucap Davin.
"Enak aja maaf maaf, lihat bibirnya berdarah, tanggung jawab!" ucap Siena ketus.
Mata Ghina dan Siena melotot, kemudian berubah tersenyum saat Davin mengeluarkan beberapa lembar uang seratusan dollar dari sakunya.
"Aku ngga bawa uang banyak!" ucap Davin merasa bersalah.
Siena dan Ghina mengambil semua uang yang ada di tangan Davin.
"Udah...! ini cukup buat beli salep luka" ucap Siena.
"Ngga apa-apa? Bener?" tanya Amelia yang masih panik.
"Iya....yuk Mel, kita beli salep di mini market" ajak Ghina dengan memberi kode pada Siena sambil membantu Amelia berjalan.
Alex dan Davin menganga menatap mereka bertiga pergi begitu saja setelah mengambil lima lembar uang seratusan dollar milik Davin.
"Gila....tabrakan kecil doank lima ratus dollar! Cewek zaman sekarang bener-bener gila" seru Alex kesal.
Sementara itu Davin terdiam, dia merasakan sesuatu di bawah pusarnya bergerak mengeras saat mengingat bibir gadis itu. Matanya membulat, dia menyadarinya kemudian dia berlari menuju kamarnya.
Alex menatap kepergiannya dengan wajah kebingungan kemudian menyusulnya.
"Hei...tuan muda!" seru Alex.
Davin sampai di depan pintu kamarnya dan membukanya dengan terburu-buru. Dia masuk dan menguncinya. Alex tak sempat masuk dan tak diizinkan masuk. Dia menggedor pintu dengan panik.
"Tuan muda! Kenapa? Apa yang terjadi?" seru Alex.
Davin masih memegang juniornya yang masih keras. Dia panik dan tak tahu harus melakukan apa, dia takut Alex menertawakannya lagi karena sekarang juniornya bisa berdiri. Namun tak tahu harus melakukan apa karena ini kali pertama baginya.
"Aku....aku .... cape....aku....mau tidur! Pergi sana!" seru Davin.
Alex berhenti menggedor pintu dan diam terheran.
"Ada apa dengannya?" gumamnya.
Tapi seolah merasa lega dengan ucapan bosnya, dia pun pergi dari sana.
Davin melempar tubuhnya ke ranjang dengan telungkup dan memejamkan mata. Berusaha keras untuk membuat juniornya kembali normal. Dia mengingat semua masalah pekerjaan dan hal lainnya.
Namun ingatannya tak bisa lepas dari bibir gadis itu, dia menggaruk kepalanya dengan putus asa. Dia bangun lagi dan duduk menatap juniornya.
"Hei...kau gila! Kenapa bisa mendadak berdiri seperti itu?"
Wajahnya merengut karena tak bisa mengendalikannya. Dia pun tak bisa tidur dan hanya duduk di depan jendela menatap bintang semalaman suntuk.
###
Siena dan Ghina tertawa lepas setelah mengajak Amelia membeli salep dan mengobatinya. Amelia kebingungan, dia sama sekali tak menyadari semua yang terjadi. Dia bahkan tak melihat pria yang menabraknya. Dia hanya fokus pada rasa sakitnya. Dia menatap kedua temannya dengan mengerutkan dahi.
Siena dan Ghina menatap wajah Amelia dan memeluknya.
"Terimakasih Amelia cantik!" ucap mereka bersamaan.
Amelia hanya diam, jarinya meraba bibirnya yang bengkak.
"Ngga akan lama, salep ini mahal pasti cepat sembuh. Lihat kemasannya ada tulisan DIJAMIN!" ucap Siena dengan sumringah.
Ghina tersenyum mendengar ucapan Siena. Mereka mengadu lengan dengan riang.
###
Paginya, Alex mengetuk pintu dan memanggil Davin.
"Tuan muda! Mau sarapan apa?" seru Alex.
"Sandwich!" ucap Davin perlahan.
Matanya sayu lelah karena tak bisa tidur, tubuhnya lunglai seolah berada di kursi pesakitan, namun juniornya sudah kembali normal. Alex masih memanggil dan menggedor pintunya. Terpaksa dengan perlahan, dia berjalan menuju pintu.
"Apa Tuan muda, aku tidak bisa dengar!" seru Alex.
Davin membuka pintu, Alex terkejut menatap wajah Davin yang pucat seperti hantu.
"Astaga! Ada apa denganmu Tuan muda? Kenapa mata mu sayu begitu?" tanya Alex tak henti bicara.
Davin mengacuhkannya, dia berjalan dengan lemas dan melempar tubuhnya sendiri ke ranjang.
"Tuan muda! Apa kau baik-baik saja?" Alex mulai khawatir dengan keadaan bosnya.
"Hmmm...!" jawab Davin singkat.
"Mau sarapan apa?" tanya Alex lagi.
"Wenwic" ucap Davin.
Alex mengerutkan dahinya, dia tak begitu jelas mendengar ucapan Davin.
"Heuh...apa?" ucap Alex dengan suara yang cukup kuat sambil mendekatkan telinganya ke wajah Davin.
"Sandwich bodoh! Siapkan dua jam lagi, aku mau tidur!" ucap Davin kesal sambil memukul kepala Alex.
Alex mengernyitkan dahinya karena sakit.
"Iya Tuan!" jawabnya sambil mengusap kepalanya.
Dia berjalan keluar dan meninggalkan bosnya untuk tidur.
\=\=\=\=\=>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments