Maaf, Untuk Lukamu!
Setiap pagi bagi Arumi adalah perjuangan. Dari mulai bangun di pagi buta, membuat kue, menyiapkan sarapan dan keperluan kedua anaknya, menitipkan dagangannya di kios-kios dan mengantar kedua anaknya ke sekolah. Tidak ada kata lelah dalam kamus wanita 25 tahun tersebut.
Di usianya yang baru menginjak 21 tahun, dia harus berkutat merawat kedua anaknya sendirian. Tidak ada sanak keluarga, apalagi suami. kehamilan nya membuat terusir dari rumah sang paman. Kehamilan Arumi merupakan aib bagi seluruh keluarga, sehingga tidak satupun dari mereka yang mau menerima wanita malang tersebut.
"Elsye, Eiden. Ayo mandi, kalian akan terlambat jika terus berlarian seperti itu." Kedua anak nya itu selalu riwuh jika urusan mandi, ada saja alasan keduanya agar bisa menunda waktu jika sang ibu menyuruh untuk segera mandi.
Kedua bocah berusia 4 tahun tersebut terus bermain, saling mengejar satu sama lain tanpa mempedulikan ibu mereka yang sudah lelah membujuk mereka.
"Jika kalian tidak ingin segera mandi, ibu tidak akan mengijinkan kalian ikut bersama daddy Mike." Ucapan sang ibu membuat kedua bocah itu seketika berhenti, mereka saling menatap satu sama lain, kemudian bergegas menuju kamar mandi.
Arumi hanya tersenyum tipis, melihat ancaman nya berhasil membungkam kekacauan kedua anaknya. Seperti nya nama Mike harus selalu dia pakai, untuk menjadi senjata Andalan nya. Entah sampai kapan, dia pun tak tau.
"Aku dengar ada seseorang yang menyebut namaku sebagai tameng, hmm?" Arumi terlonjak kaget, dia mengusap pelan dadanya. Lalu mendelik kesal pada pria yang tiba-tiba muncul dibelakang nya.
"Astaga, Mike. Kau membuatku jantungan." Omel wanita itu tak suka.
"Maaf, apa kedua anakku sudah siap? Hari ini adalah hari ayah pertama mereka di sekolah. Aku sudah mengosongkan jadwal ku agar bisa menemani mereka seharian." Mike menatap wanita yang telah mencuri hati nya dari sejak pertama bertemu. Seperti biasa, wanita itu tidak pernah peka, atau pura-pura tidak peka akan segala perhatian nya selama ini.
"Mereka baru saja mandi, sebentar lagi siap. Aku titip ini dulu, tolong jangan di habiskan ya." Seloroh Arumi menunjuk adonan roti didalam wadah itu. Kemudian meninggalkan Mike menuju kamar kedua anaknya.
Membuat pria itu mendengus, memangnya dia selapar itu sampai makan adonan roti mentah.
Setelah menunggu beberapa menit terdengar teriakan cempreng Elsye dan Eiden, yang berlomba untuk mencapai Mike terlebih dahulu.
"Hei princess, boy. Jangan berlari, kalian bisa jatuh, kemari lah. Daddy sangat merindukan kalian." Mike merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedua anak itu ke dalam pelukannya.
"Daddy kemana saja selama satu Minggu ini? Apa daddy sedang mencari mommy baru untuk kami? Apa karena ibu galak pada kami berdua makanya daddy ingin mengganti nya. Begitu kah, dad?" Si ceriwis Elsye mencecar Mike dengan pertanyaan tanpa jeda. Membuat pria terkekeh gemas mendengar nya.
"Tidak princess, ibu kalian tak tergantikan. Dia adalah ibu yang hebat, kalian harus bangga memiliki nya. Jadi Jangan pernah kesal jika ibu kadang memarahi kalian. Oke?" Mike selalu tau cara menghadapi sikap cerewet Elsye.
"Ya, ibu baik dan hebat. Aku sangat menyayangi ibu, walau kadang ibu suka marah jika kami nakal." Eiden merendahkan suaranya di ujung kalimat. Berharap ibu nya tidak mendengar, namun suara kecil Eiden masih tedengar jelas di telinga sang ibu.
Arumi hanya tersenyum kecil menanggapi celotehan sang anak, dirinya memang sering memarahi kedua anak super aktif itu. Meski mereka tidaklah nakal, namun ada saatnya dimana dirinya sudah terlalu lelah dan butuh sejenak beristirahat. Tapi keduanya sama sekali tidak bisa di ajak kompromi.
Di situlah, Kadang emosi nya sedikit terpancing, dan itu manusiawi. Hanya sedikit menaikkan tekanan suara, berharap agar kedua anaknya mau mengerti. Walau kadang lebih banyak tidak berhasilnya, jika sudah begitu, dia akan memilih untuk mengalah. Berbaring sebentar memejamkan kedua mata nya, meski tidak bisa tidur namun cukup untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya.
"Kalau begitu jangan nakal lagi, apa kalian tidak kasihan pada ibu. Lihatlah, tubuh mungil ibu, dia begitu lelah seharian. Jadi jangan membuat nya sedih dengan kenakalan kalian, oke." Mike kemudian mendudukkan kedua bocah itu di kursi nya masing-masing.
"Ayo kita sarapan dulu, hari ini kita butuh banyak energi. Kita akan mengikuti kegiatan hari ayah di sekolah kalian, ada banyak permainan dan perlombaan di sana. Jadi, pastikan anak-anak daddy punya tenaga yang cukup untuk bertempur." Pria itu mengambil alih pekerjaan Arumi untuk melayani kedua anak itu.
"Apa segini cukup boy?"
"Cukup dad, aku takut gendut seperti Jessy jika makan terlalu banyak." Ujar nya polos, Mike hanya tersenyum mendengar nya.
"Dan, princess. Apa kau tidak takut gendut seperti jessybelle, hmm?" Mike mengusap sudut bibir mungil Elsye yang terdapat sisa nasi goreng.
"Namanya, Jessy dad. Jessybelle itu hantu, nanti dia bisa marah jika mendengar nya." Protes Eiden tak suka, nama temannya diubah seenaknya.
"Oke baiklah, maaf. Daddy salah, jangan beritahu pada temanmu itu ya. Atau nanti dia akan memarahi daddy saat di sekolah." Mike menampilkan wajah penuh penyesalan yang di buat-buat, membuat Arumi tersenyum lucu.
Sementara keduanya nampak terkikik geli, melihat raut wajah mike yang seolah takut pada temannya itu.
"Ini tas kalian, sudah ibu siapkan botol minum disampingnya. Ibu tidak membuat bekal, hari ini, kuraslah uang Daddy kesayangan kalian. Beli makanan yang kalian mau, ingat hanya makanan, bukan yang lainnya." Ucapan penuh peringatan sang ibu membuat keduanya mencebik tak suka.
Berbeda dengan Mike, dia selalu suka jika keduanya meminta sesuatu padanya. Akan dengan senang hati dia mengabulkan permintaan mereka, walau harus mendapat omelan panjang lebar dari wanita di hadapannya itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Oke, kids. Dengar, hari ini kita akan bersenang-senang, jika nanti dalam permainan ada diantara kalian yang kalah. Jangan ada yang bersedih, mengerti. Itu hanya permainan, jadi tidak perlu terlalu serius, bermain lah sesuka yang kalian inginkan." Mike mulai memberikan ultimatum pada keduanya. Dia tau kedua anaknya itu paling tidak suka di kalahkan. Oleh sebab itu, dia merasa wajib untuk membriefing kedua bocah itu sebelum masuk dalam permainan.
"Baik dad, tapi jika kami menang, apa daddy akan memberikan hadiah?" Si ceriwis Elsye mulai bernegosiasi.
"Hmmm... Baiklah. Walau kalian kalaupun, akan tetap daddy beri hadiah. Jadi bermain lah bersama teman-teman yang lain, daddy akan melihat dari sini." Mike kemudian duduk di salah satu kursi yang telah di siapkan oleh pihak sekolah. Dengan memangku tas kedua anaknya, dia mengambil beberapa gambar Elsye dan Eiden, yang tengah melakukan permainan menyusun puzzle angka. Kemudian mengirimnya pada ibu dari kedua bocah itu.
'Mereka sedang berlomba menyusun puzzle.'
'Apakah mereka bersikap baik, pastikan teman dihadapan mereka berdua duduk dalam posisi yang aman, Mike.' Balas Arumi
'Mereka bersikap baik. Apa ada yang salah dari posisi duduknya?' Mike mengernyit kening nya heran, tiak ada yang salah dengan posisi anak itu duduk.
'Kau akan tau nanti. Selamat berjuang untuk hari ini, titip kedua anakku. Aku akan sediki sibuk, aku akan membuat dua pesanan kue ulang tahun.' Balas wanita itu lagi tanpa penjelasan.
Balasan Arumi yang menggantung, membuat Mike semakin penasaran. Dia mencoba menelisik posisi duduk anak perempuan di seberang Elsye, tetap tidak menemukan kejanggalan apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ita Zarah
kalau ada anak" yg lucu gini tamba seru saya suka🥰
2024-10-08
0
Sri Widjiastuti
nyimak ni
2023-07-13
0
Nurlela Nurlela
kalaupun>>>kalahpun🙏🙏
2022-11-09
0