Ku sapu pandangan ketika mobil yang membawa kami tiba di sebuah rumah mewah bak istana.
Baru saja aku turun dari mobil pemilik rumah sudah nampak menyambut kedatangan kami.
"Terima kasih nak Widia, sudah bersedia datang kesini." begitulah kiranya ucapan nyonya Lena, saat menyambut kedatanganku dan Farhan.
"Tidak perlu berterima kasih Nyonya." jawabku, namun dari pandangan wanita itu seakan bertanya tanya dengan sosok Farhan, sehingga aku pun memperkenalkan putraku padanya.
"Maaf Nyonya, Kenalkan ini Farhan anak saya, maaf saya harus mengajaknya bersamaku karena aku khawatir meninggalkannya sendirian di rumah." ucapku sekaligus memperkenalkan Farhan sebagai putraku, agar mereka semua tahu jika aku punya kesibukan untuk mengurus putraku, sehingga ini untuk pertama dan terakhir kalinya mereka memintaku datang ke rumah itu.
"Ternyata kamu sudah menikah, Tadinya Tante pikir adik kamu Nak Widia." sahut wanita itu terkejut, karena ternyata sejak tadi beliau menyangka jika seorang anak laki-laki yang datang bersama denganku adalah adikku.
"Anak kamu sangat tampan." lanjut nyonya Lena sembari mengusap kelapa Farhan.
"O iya, Tante sampai lupa Nak Widia, tante meminta kamu kamu datang kesini, karena Tante ingin meminta bantuan kamu untuk membujuk Arista, agar mau membuka pintu kamarnya. karena sejak tadi Arista ngambek lalu mengurung diri di kamar." mendengar penjelasan nyonya Lena yang ada di pikiranku saat ini adalah mengapa tidak didobrak saja pintu kamarnya kenapa harus repot-repot memintaku untuk membujuk gadis itu, namun tentunya itu hanya terlintas di benakku. aku sama sekali tidak berani mengutarakan pada wanita itu.
"Mengapa harus saya nyonya??." tidak ingin terus berkutat dengan pikiranku sendiri hingga membuat kepalaku rasanya ingin pecah, aku pun memberanikan diri bertanya.
"Karena Tante yakin Nak Widia, hanya kamu yang bisa melakukannya." aku semakin di buat bingung saat wanita paruh baya tersebut dengan penuh keyakinan jika aku mampu membujuk gadis yang bahkan baru dua kali bertemu denganku itu.
Meski aku sendiri tidak bisa seyakin wanita itu, namun aku juga tidak enak menolak sehingga aku pun bertanya di mana letak kamar gadis itu.
"Maaf Nyonya, kalau Widia boleh tahu, di mana kamar Rista??." mendengar pertanyaanku membuat nyonya Lena langsung berinisiatif mengantarkan aku ke kamar gadis itu.
"Mari nak Widia, Tante antarkan ke kamar Arista." Nyonya Lena pun mengajakku ikut ke lantai tiga, sementara Farhan lebih memilih untuk menunggu di ruang tamu dengan di temani oleh kedua pria tadi.
Saking besarnya rumah itu bahkan kami harus menaiki sebuah lift untuk menuju kamar Arista yang letaknya di lantai tiga rumah mewah dengan nuansa klasik yang dominan dengan warna putih dan gold tersebut.
Beberapa menit kemudian tibalah kami di depan sebuah pintu kamar yang diakui nyonya Lena sebagai kamar cucu kesayangannya.
"Ini kamar Arista, Tante minta tolong sama kamu nak Widia tolong bujuklah Arista agar mau membuka pintu kamarnya!!." ucap wanita itu penuh harap.
"Baiklah nyonya akan saya coba." jawabku yang belum sepenuhnya yakin aku mampu membuat gadis itu membuka pintu kamarnya, mengingat omanya saja tak mampu membujuk gadis itu, apalagi aku yang notabennya orang lain.
Namun sebelum aku bersuara nyonya Lena lebih dulu memanggil nama gadis itu beberapa kali, namun sama sekali tak ada sahutan. hal itu semakin membuat aku tak yakin jika bisa membantu nyonya Lena dengan membujuk cucunya. namun begitu aku tetap akan mencoba, karena aku tidak ingin Oma dari gadis itu berpikir jika aku tidak bersedia membantunya.
"Rista, Arista,,,apa kamu mendengar suara saya??." ucapku sembari mengetuk pintu kamar. dan anehnya, saat aku hendak kembali memanggil nama gadis itu, tiba tiba terdengar suara dentingan kunci yang hendak di buka.
Betapa terkejutnya aku, saat melihat gadis yang nampak berantakan tersebut langsung berhambur ke pelukanku.
"Tante." ucap gadis itu sebelum berhambur ke pelukanku.
"Apa yang terjadi Arista, kenapa kamu bisa seperti ini sayang." tanyaku dengan seksama pada gadis itu, sementara gadis itu bukannya menjawab ia malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Tante, ayah jahat,,,Ayah jahat,,,,." dari jawaban gadis itu aku bisa menebak penyebab Arista bersikap demikian tak lain adalah ayahnya sendiri, jujur saat mendengar gadis itu menyalahkan ayahku, aku jadi gemas ingin memaki pria yang bahkan aku sendiri tidak pernah melihat batang hidungnya tersebut.
Jujur tadi aku kaget sekaligus iba saat melihat seorang anak gadis dengan penampilan berantakan dengan mata sembab lari ke pelukanku. kalau menurut tebakanku mungkin gadis itu terlalu lama menangis sehingga membuat kedua matanya sembab seperti saat ini, namun yang membuat aku heran mengapa gadis itu dengan mudahnya membuka pintu kamarnya yang sejak tadi terkunci saat mendengar suaraku, padahal aku bukan siapa siapa baginya.
Beberapa saat kemudian saat aku melihat Arista mulai tenang, aku pun mencoba untuk bertanya pada gadis itu tentang penyebab dirinya sampai bersikap demikian, meski tadi gadis itu sempat mengatakan kalimat ayah jahat, namun aku tetap kembali bertanya.
Aku pun menuntun gadis itu untuk kembali masuk ke dalam kamarnya, setelah sebelumnya meminta izin pada omanya dengan sorot mata, dan wanita itu yang paham dengan maksudku langsung mengangguk. kini hanya ada kami berdua di kamar itu, aku dan Arista di dalam sebuah kamar dengan ukuran enam kali delapan persegi dengan fasilitas lengkap layaknya orang kaya pada umumnya.
Kini kami duduk di sisi ranjang berdampingan.
"Sekarang Arista bilang sama Tante, bagaimana Arista bisa menyatakan jika ayah Arista jahat??." aku sengaja bertanya demikian sesuai dengan permintaan nyonya Lena, sebab sejak tadi mengurung diri kalimat itu yang terus di lontarkan gadis itu.
"Arista mengatakan sesuatu pada ayah, namun ayah jahat ayah tidak mau mendengarkan Arista." jujur aku sendiri tidak paham saat mendengar penjelasan gadis itu, sehingga membuat aku kembali bertanya.
"Memangnya apa yang Arista katakan pada ayahnya Arista??" tanyaku lagi, namun sepertinya gadis itu enggan untuk menjelaskan secara detail. ia hanya berkata jika ia ingin melakukan sesuatu yang menjadi permintaan ibunya ketika ia bertemu dengan sang bunda di dalam mimpi. terus terang aku sendiri merasa jika permintaan gadis itu memang aneh, maka tidak heran jika ayahnya menolak. meski aku sendiri belum tahu dengan jelas apa permintaan Arista, karena ia sendiri enggan bercerita lebih dalam, namun dari raut wajahnya, gadis itu mulai ceria ketika bertemu denganku.
Saat ini apa pun alasannya aku tidak terlalu peduli, karena yang menjadi tugasku saat ini hanyalah membujuknya agar keluar dari kamar, dan itu sudah berhasil aku lakukan. meski aku sendiri tidak mengerti mengapa, gadis itu dengan mudahnya kembali ceria setiap Kali bertemu denganku.
Sudah hampir dua jam aku berada di rumah itu, Arista juga sudah berkenalan dengan Farhan, putraku. Arista bahkan terkesan sayang pada Farhan, ia begitu senang bertemu dengan Farhan, tidak jauh berbeda saat ia pertama kali bertemu denganku saat di pantai tempo hari.
Merasa hari mulai petang, aku pun pamit pulang pada nyonya Lena dan Arista. awalnya gadis itu bersi keras untuk meminta aku dan Farhan menginap di rumahnya begitu juga dengan Nyonya Lena, namun bagiku sangat tidak pantas menginap di rumah orang yang tak ada hubungan keluarga dengan kami, apalagi orang tersebut memiliki kasta berbeda jauh dengan kami. mereka orang berada sementara kami hanya orang tak punya yang tinggal di sebuah kontrakan sederhana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Fano Jawakonora
terlalu bantak penjelasan pjg lbr cerita yg tak berguna author
2023-06-03
2
💞 NYAK ZEE 💞
mungkin Arista minta ayahnya menikah lagi dan ayahnya ngak mau ...
2022-05-15
1
Ira
semoga Wid berjodoh dgn ayah Arista...
dan mantan dpt karma...
thanks Thor 🙏
2022-05-15
1