Kerinduan.

Setelah selesai makan, kami pun segera meninggalkan restoran mengingat saat ini Farhan sudah tertidur usai makan, mungkin putraku sudah kelelahan sehingga ia pun nampak begitu lelap.

Aku menggendong Farhan menuju mobil putri, di mana putri sudah terlebih dahulu membukakan pintu mobil untuk kami.

Setelah kembali menutup pintu mobil, Putri pun mengitari mobil lalu masuk dan duduk di balik kemudi.

Aku kembali memfokuskan pikiranku pada salah satu customerku yang memesan pakaian wanita dengan jumlah yang cukup banyak, agar aku bisa secepatnya melupakan kejadian di restoran tadi.

Beberapa saat kemudian mobil yang di kemudikan Putri tiba di kontrakan kami, aku segera turun dari mobil saat Putri kembali membantuku untuk membuka pintu mobil.

Putri Tidak langsung kembali ke kontrakannya, melainkan ia mampir dulu ke kontrakan kami dengan menenteng sebuah tas yang berisi laptop.

"Aku mampir ya Wid." ucapnya, kemudian mendahului langkahku, sementara aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah sahabatku itu. bagaimana tidak, ia berusaha mendahului langkahku sementara kunci kontrakan masih berada di tasku.

"Mana kuncinya??." Putri mengulurkan tangannya untuk meminta kunci kontrakan padaku, sementara aku hanya bisa menunjuk ke arah tasku jinjing milikku dengan menggunakan dagu, karena saat ini aku tengah menggendong putraku.

Putri kemudian mengambil kunci kontrakan dari tasku.

Setelah Putri membuka pintu kontrakan aku segera masuk lalu merebahkan tubuh Farhan di tempat tidur, sementara Putri kini nampak mengeluarkan laptop dari dalam tasnya.

Aku dan Putri memang seangkatan saat SD dan SMP, namun nasibku tidak seberuntung Putri yang bisa mengenyam pendidikan sampai dengan perguruan tinggi. aku terpaksa berhenti sekolah saat kelas dua SMA, dengan kendala biaya.

Sebagai sahabat tentunya aku merasa bangga, saat melihatnya sibuk berkutat dengan pekerjaannya melalui komputer lipat miliknya.aku terus memperhatikannya sampai sahabatku itu menyadari, aku yang sejak tadi terus memandang ke arahnya.

"Ada apa Wid?? tanya Putri saat menyadari sejak tadi aku terus menatap dirinya, yang tengah sibuk berkutat dengan laptopnya.

"Nggak papa, aku hanya merasa bangga punya sahabat sehebat kamu." jawabanku membuat Putri tersenyum padaku.

"Kamu bahkan lebih hebat dariku Wid, kamu bisa menghidupi anakmu dengan membuka usaha sendiri, tidak seperti aku yang hanya bisa bekerja di perusahaan orang lain." itulah sahabatku, Selalu saja merendah jika ada yang memujinya, sekalipun yang memujinya aku sendiri.

Mendengar ucapan sahabatku, aku hanya bisa tersenyum, sehingga membuat putri kembali berujar.

"Jika kita bekerja di tempat orang Wid, sudah pasti kita harus mengikuti semua peraturan yang berlaku, termasuk datang dan pulang sesuai dengan waktu yang sudah di tentukan perusahaan. berbeda jika kita memiliki usaha sendiri, kita bisa beristirahat kapan pun yang kita inginkan, tanpa harus terpaku pada aturan dan semacamnya." mendengar penjelasan Putriku membuatku menyadari kadang kala pekerjaan yang menurut seseorang begitu membanggakan belum tentu menyenangkan, begitu pun sebaliknya.

"Belum lagi jika memiliki pimpinan seperti atasan tempatku bekerja, beliau termasuk sosok pekerja keras. atasan selalu ingin semua pegawainya menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, jika tidak sudah pasti jiwa tegasnya akan meronta. apalagi atasanku adalah seorang duda, sudah pasti beliau lebih banyak menghabiskan waktu di kantor." lanjut terang Putri, yang menceritakan tentang sosok atasannya.

"Apa atasanmu setua itu ya, sampai mudah marah??." tanyaku, yang mengira atasan Putri adalah seorang bandot tua yang mudah sekali marah.

Sementara Putri langsung tergelak saat mendengar tebakanku tentang sosok atasannya, sampai aku meletakkan telunjukku di bibir, meminta agar sahabatku tersebut berhenti tergelak, aku takut suara Putri akan membangunkan Farhan yang tengah tidur di kamar.

"Suutt,,,,pelankan suaramu kau bisa membangunkan Farhan dengan suara gelak tawamu" titahku sembari meletakkan telunjukku di bibir.

"Habisnya kamu lucu banget Wid, atasanku nggak setua itu kali Wid, beliau masih berusia tiga puluh tujuh tahun." terang Putri yang mematahkan tudinganku tentang sosok atasannya.

"Awalnya atasanku itu memiliki sikap yang ramah. beliau bahkan sangat ramah terhadap semua pegawainya, termasuk pegawai biasa sepertiku. namun sejak terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan beliau harus kehilangan sosok istri yang sangat dicintainya, sikap beliau berubah seratus delapan puluh derajat. kini beliau bahkan bersikap dingin pada makhluk yang namanya wanita, saking cintanya beliau pada almarhumah istrinya." mendengar cerita Putri tentang sosok atasannya membuat aku teringat akan ayahku yang begitu merasa kehilangan saat ibuku meninggal.

Mungkin saking cintanya ayah pada ibu, sampai ayahku pun menyusul tepat satu setengah tahun setelah ibuku meninggal.

Mengingat sosok ayah membuatku begitu merindukannya, sampai sampai aku berharap bisa memiliki pasangan seperti sosok ayahku. pria yang setia dan selalu membimbing pasangannya mendapat ridho illahi.

Sampai dengan lamunanku tentang sosok ayah buyar saat mendengar kalimat Putri.

"Astaga, kenapa kita jadi ngomongin atasanku sih." ucapan Putri membuatku mengangkat kedua bahuku, pertanda aku pun bingung kenapa Kami bisa sampai membahas tentang sosok pria yang aku sendiri pun tak mengenalnya.

Mungkin melihat wajahku yang nampak lelah, putri pun pamit untuk segera kembali ke kontrakannya, yang hanya berjarak satu rumah dari kontrakan kami.

"Wid, sebaiknya kamu istirahat, aku juga mau kembali ke kontrakanku!! jangan lupa mengabarkan padaku jika kamu sedang kewalahan melayani customer, biar aku ke sini untuk membantumu!!." kata Putri sebelum ia meninggalkan kontrakan kami.

"Siap komandan." jawabanku membuat Putri kembali tersenyum sebelum benar-benar meninggalkan kontrakan kami.

Sebelum masuk ke kamar aku lebih dulu memeriksa ponselku, takutnya ada chat dari customerku. namun saat aku membuka ponsel, ada beberapa panggilan tak terjawab tertera di sana.

"Rena." ucapku saat melihat panggilan tak terjawab dari adik perempuanku, aku jadi khawatir. apalagi panggilan tak terjawab dari adikku bukan hanya sekali, melainkan sebanyak lima kali.

"Apa yang terjadi sampai Rena menghubungi sebanyak ini??." gumamku. karena penasaran dengan apa terjadi, aku pun segera membuka aplikasi hijau milikku. untuk mengirim sebuah pesan pada adikku, karena sudah dua kali aku mencoba menghubungi kembali namun tak juga tersambung.

Saat aku membuka aplikasi hijau milikku, ternyata sudah ada beberapa pesan dari Rena yang belum sempat aku baca.

"Assalamualaikum,,,,Mbak di mana sekarang, kenapa nggak balik saja ke rumah peninggalan orang tua kita?? kenapa mbak Widia juga nggak ngomong sama Rena, kalau mbak sudah bercerai dengan mas Hardi??." aku hanya bisa menghela napas dalam, saat membaca pesan Rena yang pertama. sebelum aku kembali membaca pesan lainnya.

"Mbak tolong jawab, di mana mbak sekarang kami benar benar khawatir sama mbak Widia." setelah membaca chat kedua dari adik perempuanku itu, aku bisa kembali bernapas lega. karena dari bunyi pesan yang di kirim oleh adikku, mereka hanya mengkhawatirkan keadaanku, apalagi saat ini aku hanya tinggal berdua dengan putraku.

Sementara aku yang masih ingin menenangkan diri tersebut kemudian mengirimkan sebuah pesan untuk membalas pesan yang tadi di kirimkan oleh adik perempuanku.

"Waallaikumsalam, kalian tidak perlu khawatir sama mbak, Rena, yang jelas saat ini mbak dalam keadaan sehat walafiat tanpa kurang suatu apapun, begitupun dengan keponakan kalian, Farhan." Setelah selesai mengetik pesan, aku pun segera mengirimkannya pada adik perempuanku itu.

"Maaf Rena, bukannya mbak tidak ingin memberi tahu di mana mbak tinggal sekarang, mbak hanya tidak ingin menyusahkan kalian." aku yang sebenarnya begitu merindukan ketiga saudaraku tersebut hanya bisa menahan genangan air mata yang kini beranak sungai di pelupuk mata.

Terpopuler

Comments

Ira

Ira

kasih karma yg pedih utk suami penghianat dan Pelakor nya...

2022-05-12

3

Tanpa Nama

Tanpa Nama

semoga bertemu jodoh yang lebih baik

2022-05-11

1

lihat semua
Episodes
1 Resmi bercerai.
2 Sikap mertua.
3 Bagai buah simalakama.
4 Operasi ibu.
5 Mungkin Tuhan sedang jatuh cinta.
6 Menyandang status janda.
7 Kontrakan.
8 Tawaran gila.
9 Ziarah.
10 Di restoran.
11 Kerinduan.
12 Iba.
13 Mengurung diri.
14 Kembali sekolah.
15 Lukisan.
16 Mustahil.
17 Ujian demi ujian.
18 Melamar.
19 Menerima tawaran.
20 Kemarahan Gunawan.
21 Ijab Qobul.
22 Panggilan baru.
23 Bermain game.
24 Persidangan hak asuh.
25 Kembali bersikap dingin.
26 Mimpi buruk.
27 Lomba.
28 Menjadi juara.
29 Makan di restoran.
30 Pingsan.
31 Masuk rumah sakit.
32 Bayi tabung.
33 Bayangan wanita itu.
34 Membatalkan program bayi tabung.
35 Kamar Hotel.
36 Mampir ke makam.
37 Menginap di Vila.
38 Pulang tepat waktu.
39 Ingin Bakso.
40 Positif Hamil.
41 Aroma Parfum.
42 Masuk rumah sakit.
43 Rumah sakit.
44 Kembali ke rumah.
45 Hadir di waktu yang tepat.
46 Khawatir.
47 Sikap manis.
48 Kedatangan Putri.
49 Barang sensitif.
50 Kedatangan ibunya Hardi.
51 Berat berpisah.
52 Kekhawatiran Gunawan.
53 Menginap.
54 Kebenaran.
55 Meninggalkan rumah.
56 Penginapan 1.
57 Penginapan 2.
58 Perjalanan ke Bogor.
59 Janji.
60 Rasa penasaran Widia.
61 Kalung.
62 Kebenaran.
63 Mencari kebenaran.
64 Menghasut.
65 Perubahan sikap Arista.
66 Pria itu ternyata Gio.
67 Bagai jatuh tertimpa tangga.
68 Persidangan 1.
69 Persidangan 2.
70 Membatalkan lamaran.
71 Melepas rindu.
72 Kekhawatiran Widia.
73 Mual Muntah.
74 Widia Hamil.
75 Di culik.
76 Pengakuan.
77 Cinta tak kesampaian.
78 Ternyata karena Warisan.
79 Cuti.
80 Malam pengantin.
81 Pabrik.
82 Perkara Toge.
83 Kembali ke ibukota.
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Resmi bercerai.
2
Sikap mertua.
3
Bagai buah simalakama.
4
Operasi ibu.
5
Mungkin Tuhan sedang jatuh cinta.
6
Menyandang status janda.
7
Kontrakan.
8
Tawaran gila.
9
Ziarah.
10
Di restoran.
11
Kerinduan.
12
Iba.
13
Mengurung diri.
14
Kembali sekolah.
15
Lukisan.
16
Mustahil.
17
Ujian demi ujian.
18
Melamar.
19
Menerima tawaran.
20
Kemarahan Gunawan.
21
Ijab Qobul.
22
Panggilan baru.
23
Bermain game.
24
Persidangan hak asuh.
25
Kembali bersikap dingin.
26
Mimpi buruk.
27
Lomba.
28
Menjadi juara.
29
Makan di restoran.
30
Pingsan.
31
Masuk rumah sakit.
32
Bayi tabung.
33
Bayangan wanita itu.
34
Membatalkan program bayi tabung.
35
Kamar Hotel.
36
Mampir ke makam.
37
Menginap di Vila.
38
Pulang tepat waktu.
39
Ingin Bakso.
40
Positif Hamil.
41
Aroma Parfum.
42
Masuk rumah sakit.
43
Rumah sakit.
44
Kembali ke rumah.
45
Hadir di waktu yang tepat.
46
Khawatir.
47
Sikap manis.
48
Kedatangan Putri.
49
Barang sensitif.
50
Kedatangan ibunya Hardi.
51
Berat berpisah.
52
Kekhawatiran Gunawan.
53
Menginap.
54
Kebenaran.
55
Meninggalkan rumah.
56
Penginapan 1.
57
Penginapan 2.
58
Perjalanan ke Bogor.
59
Janji.
60
Rasa penasaran Widia.
61
Kalung.
62
Kebenaran.
63
Mencari kebenaran.
64
Menghasut.
65
Perubahan sikap Arista.
66
Pria itu ternyata Gio.
67
Bagai jatuh tertimpa tangga.
68
Persidangan 1.
69
Persidangan 2.
70
Membatalkan lamaran.
71
Melepas rindu.
72
Kekhawatiran Widia.
73
Mual Muntah.
74
Widia Hamil.
75
Di culik.
76
Pengakuan.
77
Cinta tak kesampaian.
78
Ternyata karena Warisan.
79
Cuti.
80
Malam pengantin.
81
Pabrik.
82
Perkara Toge.
83
Kembali ke ibukota.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!