Di restoran.

Kini Putri duduk di balik kemudi, sementara aku dan Farhan duduk di jok belakang. dari raut wajahnya, aku bisa menebak jika saat ini Putri sedang bertanya tanya tentang gadis itu. sehingga aku pun berinisiatif untuk menjelaskan, meski pertanyaan belum terlontar dari mulut Putri.

"Aku baru dua kali bertemu dengan gadis itu, pertama kali aku bertemu dengannya saat aku mampir di pantai, usai menghadiri sidang putusan pengadilan atas gugatan cerai yang diajukan mas Hardi. saat itu aku yang tengah kalut dengan semua masalah yang hadir dalam hidupku, memutuskan untuk mampir sebentar untuk menenangkan diri di pinggir pantai. namun saat aku hendak beranjak dari sana, tiba tiba ada seorang gadis yang memanggilku. di situlah pertama kali aku berjumpa dengan gadis itu, dan untuk kedua kalinya tadi ketika di makam." aku menceritakan semuanya pada sahabatku itu.

"Sampai dengan saat ini aku sendiri tidak tahu, mengapa gadis itu bersikap seperti itu padaku. bahkan yang lebih mengejutkan lagi, nenek dari gadis itu mengatakan jika setelah ibunya meninggal, untuk pertama kalinya gadis itu bisa kembali tersenyum, saat dia berjumpa denganku" lanjut jelasku pada Putri.

"Lalu, kenapa kamu tidak bertanya pada nenek dari gadis itu, apa yang menyebabkan gadis itu menyukai dirimu Wid, bahkan kamu sampai menjadi penyebab kembalinya senyum gadis itu yang telah lama hilang??." mendengar pertanyaan putri aku pun diam sejenak, sebelum kembali menjawab pertanyaan dari sahabatku itu.

"Jujur Put, saat itu pikiranku sedang kalut, sehingga aku tidak berpikir sejauh itu, yang saat itu aku pikirkan adalah bisa menuruti permintaan seorang anak yang ingin menemaninya bermain sejenak. apalagi saat itu aku juga terus kepikiran dengan Farhan, yang tengah aku titipkan pada tanteku." jawabku jujur.

"Tapi biarlah Wid, mungkin itu semua sudah menjadi salah satu rahasia Tuhan, kamu bertemu dengan seorang anak gadis yang sudah di tinggal ibunya untuk selama lamanya. mungkin dengan melihatmu gadis itu bisa sedikit mengobati kerinduannya pada ibunya." mendengar kata kata Putri yang begitu bijak, semakin membuatku bersyukur pada Tuhan karena sudah mengirimkan seorang sahabat yang begitu pengertian dan bijaksana seperti Putri, di dalam kehidupanku. selain Farhan, Putri juga bagaikan secercah cahaya yang hadir dalam gelapnya kehidupanku.

"Terima kasih Put, kamu selalu mengerti padaku." entah sudah berapa kali aku mengucapkan terima kasih pada sahabatku itu, Sampai sampai ia sendiri hanya menghela napas dalam, saat mendengarkan aku yang terus mengucapkan kata kata itu.

Saat di perjalanan pulang, Putri mengajak aku dan Farhan untuk mampir makan di siang di sebuah restoran. awalnya aku menolak ajakan Putri, namun Putri yang mengerti dengan alasanku menolak ajakannya tersebut langsung berkata.

"Kamu tidak usah khawatir biar aku yang traktir, lagian kemarin aku gajian. kamu kan hampir setiap hari mengantarkan makanan ke kontrakan ku, jadi sekarang giliran aku yang traktir kamu." ucap Putri yang tahu betul jika alasan aku menolak ajakannya, karena tidak ingin buang buang uang dengan makan di restoran mewah seperti ini.

Saat aku hendak berucap, seketika Putri mengarahkan tangannya ke hadapanku.

"Stop, jangan lagi ucapakan kata kata itu Wid, jangan sampai aku merasa kenyang sebelum menikmati hidangan restoran ini!!." ucap Putri seraya mengarahkan tangannya ke hadapanku. sahabatku tersebut bisa menebak apa yang akan aku katakan, itu sebabnya ia bersikap demikian. sementara aku langsung mengulum senyum padanya, begitupun dengan putri yang langsung ikut tersenyum padaku.

"Jangan sampai aku kenyang dengan kata terima kasih darimu, sementara aku belum menikmati hidangan spesial dari restoran ini." lanjutnya, sontak membuatku langsung tergelak, otomatis saat itu aku langsung menjadi pusat perhatian dari beberapa pengunjung restoran lainnya. menyadari itu, aku langsung menutup mulutku dengan telapak tanganku sendiri.

Di saat menunggu pesanan datang tiba tiba aku rasa ingin buang air kecil, sehingga aku menitipkan putraku pada Putri sebelum berlalu menuju toilet wanita.

Ketika berada cukup jauh dari Putri dan Farhan tiba tiba ponselku bergetar tanda sebuah pesan masuk, setelah kuperiksa ternyata dari salah satu customer yang ingin memesan pakaian dalam jumlah besar. saking senangnya, sampai aku yang fokus pada ponselnya tersebut, tidak memperhatikan sekitar saat melangkah. sampai sesuatu yang tidak di inginkan pun terjadi.

"Bruk." aku tidak sengaja menabrak seorang pelayan yang tengah membawa sebuah nampan yang berisikan dua gelas jus, sehingga tumpahan minuman tersebut mengenai seseorang yang juga berjalan berlawanan arah denganku.

"Maaf mas aku tidak sengaja." aku langsung meminta maaf pada pelayan tersebut, sebelum menyadari jika ada seseorang yang juga kena imbas dari kejadian itu.

"Kalau punya mata itu di pake!!." meski nada suara pria itu tidak membentak, namun terdengar begitu menakutkan di indera pendengaranku.

"Maaf tuan, aku tidak sengaja." ucapku saat menyadari selain pelayan tadi ternyata ada seorang pria yang menjadi korban dari kejadian itu, bahkan pria yang awalnya berpakaian rapi tersebut langsung berdengus kesal saat melihat tumpahan jus yang mengenai jasnya.

Jika dilihat dari penampilannya, nampak jelas pria itu bukan orang sembarangan. mengingat stelan jas lengkap yang kini di kenakan pria itu merupakan produk branded, yang harganya membuatku susah menelan saliva. apalagi jika pria itu sampai meminta ganti rugi, mungkin akan membuatku kesulitan bernapas.

Tatapan pria itu nampak begitu dingin, saat menatap ke arahku. karena merasa bersalah, secara spontan aku langsung membantu pria itu untuk membersihkan jasnya yang terkena tumpahan jus. namun di luar dugaanku, niat baikku justru mendapat penolakan keras dari pria itu.

"Tidak perlu, siapa yang menyuruhmu menyentuhku??." pria itu langsung menepis tanganku. niat baikku yang mendapat penolakan seperti itu, membuatku malu setengah mati. aku segera memandang ke arah Putri dan Farhan, berharap keduanya tidak melihat kejadian itu.

Untung saja ada seorang pelayan yang tengah menyajikan makanan di meja Putri dan Farhan, sehingga menutupi pandangan Keduanya ke arahku saat ini.

"Tuan saya benar-benar minta maaf, sungguh saya tidak sengaja melakukannya." ucapku seraya beberapa menundukkan kepala, berharap pria itu memaafkan aku dan tidak membawa masalah ini ke pihak yang berwajib, mengingat stelan jas yang kini dikenakannya memiliki harga yang fantastis.

Bukannya menjawab permintaan maaf dariku, pria itu malah langsung pergi begitu saja, seakan aku hanyalah sebuah serangga pengganggu yang harus di jauhi.

Meski begitu aku tetap bersyukur pria itu tidak mempermalukan aku di tempat umum seperti ini, apalagi sampai memintaku untuk mengganti rugi karena telah mengotori pakaiannya.

Setelah kejadian itu aku bahkan hampir lupa niat utamaku yang hendak ke toilet. setelah memastikan pria itu keluar dari restoran tersebut, aku pun kembali melanjutkan langkah menuju toilet.

"Kamu kenapa Wid, kenapa wajahmu nampak pucat seperti itu, apa kamu sedang tidak enak badan???." saat baru saja kembali dari toilet, Putri langsung bertanya ketika melihat wajahku yang masih nampak memucat akibat ketakutan akibat kejadian tadi.

"Enggak kok Put, aku nggak sakit, sepertinya aku terlalu lapar, makanya nampak pucat." jawabku, sejujurnya aku merasa bersalah karena sudah berbohong pada sahabatku itu, namun tidak ada pilihan lain, aku tidak ingin membuat sahabatku tersebut ikut kepikiran dengan kejadian tadi. sudah terlalu sering aku menyusahkan Putri, aku tidak ingin menambah lagi dengan menceritakan kejadian tadi padanya.

"Maafkan aku Put, aku tidak bermaksud membohongimu." dalam hatiku saat merasa bersalah telah berbohong pada Putri.

Terpopuler

Comments

Evy

Evy

pasti Bapaknya Rista...calon jodoh tuh...

2024-09-28

0

Siti Masitah

Siti Masitah

makanya kalo jln..hati2..

2024-07-30

1

Tanpa Nama

Tanpa Nama

ayahnya Rista mungkin tuh.

2022-05-11

4

lihat semua
Episodes
1 Resmi bercerai.
2 Sikap mertua.
3 Bagai buah simalakama.
4 Operasi ibu.
5 Mungkin Tuhan sedang jatuh cinta.
6 Menyandang status janda.
7 Kontrakan.
8 Tawaran gila.
9 Ziarah.
10 Di restoran.
11 Kerinduan.
12 Iba.
13 Mengurung diri.
14 Kembali sekolah.
15 Lukisan.
16 Mustahil.
17 Ujian demi ujian.
18 Melamar.
19 Menerima tawaran.
20 Kemarahan Gunawan.
21 Ijab Qobul.
22 Panggilan baru.
23 Bermain game.
24 Persidangan hak asuh.
25 Kembali bersikap dingin.
26 Mimpi buruk.
27 Lomba.
28 Menjadi juara.
29 Makan di restoran.
30 Pingsan.
31 Masuk rumah sakit.
32 Bayi tabung.
33 Bayangan wanita itu.
34 Membatalkan program bayi tabung.
35 Kamar Hotel.
36 Mampir ke makam.
37 Menginap di Vila.
38 Pulang tepat waktu.
39 Ingin Bakso.
40 Positif Hamil.
41 Aroma Parfum.
42 Masuk rumah sakit.
43 Rumah sakit.
44 Kembali ke rumah.
45 Hadir di waktu yang tepat.
46 Khawatir.
47 Sikap manis.
48 Kedatangan Putri.
49 Barang sensitif.
50 Kedatangan ibunya Hardi.
51 Berat berpisah.
52 Kekhawatiran Gunawan.
53 Menginap.
54 Kebenaran.
55 Meninggalkan rumah.
56 Penginapan 1.
57 Penginapan 2.
58 Perjalanan ke Bogor.
59 Janji.
60 Rasa penasaran Widia.
61 Kalung.
62 Kebenaran.
63 Mencari kebenaran.
64 Menghasut.
65 Perubahan sikap Arista.
66 Pria itu ternyata Gio.
67 Bagai jatuh tertimpa tangga.
68 Persidangan 1.
69 Persidangan 2.
70 Membatalkan lamaran.
71 Melepas rindu.
72 Kekhawatiran Widia.
73 Mual Muntah.
74 Widia Hamil.
75 Di culik.
76 Pengakuan.
77 Cinta tak kesampaian.
78 Ternyata karena Warisan.
79 Cuti.
80 Malam pengantin.
81 Pabrik.
82 Perkara Toge.
83 Kembali ke ibukota.
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Resmi bercerai.
2
Sikap mertua.
3
Bagai buah simalakama.
4
Operasi ibu.
5
Mungkin Tuhan sedang jatuh cinta.
6
Menyandang status janda.
7
Kontrakan.
8
Tawaran gila.
9
Ziarah.
10
Di restoran.
11
Kerinduan.
12
Iba.
13
Mengurung diri.
14
Kembali sekolah.
15
Lukisan.
16
Mustahil.
17
Ujian demi ujian.
18
Melamar.
19
Menerima tawaran.
20
Kemarahan Gunawan.
21
Ijab Qobul.
22
Panggilan baru.
23
Bermain game.
24
Persidangan hak asuh.
25
Kembali bersikap dingin.
26
Mimpi buruk.
27
Lomba.
28
Menjadi juara.
29
Makan di restoran.
30
Pingsan.
31
Masuk rumah sakit.
32
Bayi tabung.
33
Bayangan wanita itu.
34
Membatalkan program bayi tabung.
35
Kamar Hotel.
36
Mampir ke makam.
37
Menginap di Vila.
38
Pulang tepat waktu.
39
Ingin Bakso.
40
Positif Hamil.
41
Aroma Parfum.
42
Masuk rumah sakit.
43
Rumah sakit.
44
Kembali ke rumah.
45
Hadir di waktu yang tepat.
46
Khawatir.
47
Sikap manis.
48
Kedatangan Putri.
49
Barang sensitif.
50
Kedatangan ibunya Hardi.
51
Berat berpisah.
52
Kekhawatiran Gunawan.
53
Menginap.
54
Kebenaran.
55
Meninggalkan rumah.
56
Penginapan 1.
57
Penginapan 2.
58
Perjalanan ke Bogor.
59
Janji.
60
Rasa penasaran Widia.
61
Kalung.
62
Kebenaran.
63
Mencari kebenaran.
64
Menghasut.
65
Perubahan sikap Arista.
66
Pria itu ternyata Gio.
67
Bagai jatuh tertimpa tangga.
68
Persidangan 1.
69
Persidangan 2.
70
Membatalkan lamaran.
71
Melepas rindu.
72
Kekhawatiran Widia.
73
Mual Muntah.
74
Widia Hamil.
75
Di culik.
76
Pengakuan.
77
Cinta tak kesampaian.
78
Ternyata karena Warisan.
79
Cuti.
80
Malam pengantin.
81
Pabrik.
82
Perkara Toge.
83
Kembali ke ibukota.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!