Ziarah.

Hari demi hari kulalui dengan hidup berdua bersama putraku.

Setiap hari aku mengantarkan putraku ke sekolah, sebelum aku mulai mengatur dan menyiapkan pakaian yang sudah aku Peking lalu mengirimkannya pada customer. hampir setiap hari seperti itu rutinitas yang kujalani, guna mencari uang untuk menyambung hidup.

Sementara Putri yang bekerja sebagai pegawai kantoran akan mendatangi kontrakan kami di saat malam hari, saat ia kembali dari kantor.

Jika pesanan dari luar kota sedang banyak, dengan suka rela sahabatku itu akan membantuku. secara tidak langsung putri banyak mengajarkan aku bagaimana cara menghadapi kerasnya hidup, sebagai seorang wanita singel.

Di mana kita harus bisa setegar batu karang, yang selalu kuat meski dihempas sang ombak, karena hidup tak selalu berjalan sesuai dengan harapan kita.

Hari Minggu Farhan sedang libur sekolah, aku pun berniat mengajaknya untuk Ziarah ke makam kedua orang tuaku, karena sudah hampir sebulan aku tak ziarah ke makam ayah dan ibuku.

Awalnya Aku hendak berangkat dengan mengendarai motor matikku, tapi putri yang juga sedang libur kerja ingin ikut denganku, kami pun berangkat dengan menggunakan mobil Putri.

Makam kedua orang tuaku letaknya cukup jauh, jadi butuh waktu sekitar dua jam untuk menuju ke sana. karena saat ini kami menumpangi mobil putri, maka aku tidak terlalu khawatir jika putraku akan kepanasan.

Dua jam kemudian kami pun tiba di area pemakaman.

Aku yang kini berjongkok di samping pusara ibuku seraya memanjatkan beberapa doa khusus untuk wanita paling spesial dalam hidupku tersebut, saat berdoa aku yang tak sanggup lagi genangan air air mata itu pun segera menutup wajahku dengan selendang.

Mungkin Putri melihatku menangis sampai ia melangkah mendekatiku, sahabatku itu kemudian mengusap lembut punggungku seraya berkata.

"Aku percaya kamu wanita yang kuat, di atas sana ibumu pasti bangga melihat putrinya yang selalu mampu berjuang sampai dengan detik ini." ucap Putri seraya mengusap lembut punggungku.

"Aku hanya menyesal Put, aku menyesal pernah terpaksa meninggalkan ibuku karena pria yang sama sekali tidak menghargai kehadiranku dalam hidupnya." ucapku dengan di sela tangisku.

Tangisku semakin menjadi saat putraku mulai ikut mengelus punggungku.

"Mama jangan nangis lagi!!! jika mamah terus menangis, nenek pasti juga ikutan sedih di atas sana. mamah jangan nangis lagi ya, disinikan ada Farhan yang akan selalu menemani dan menjaga mamah." ucapan putraku semakin membuatku terisak, karena sungguh terharu akan ucapan putraku.

Untung saja di area pemakaman tersebut tidak terlalu banyak orang yang ziarah, hanya nampak beberapa orang yang jaraknya lumayan jauh dari kami, yang juga tengah berziarah. jadi aku tidak harus menjadi pusat perhatian saat menangis seperti saat ini.

Setelah berdoa di samping makam ibuku, kini aku beralih ke makam ayahku yang letaknya tepat di samping makam ibuku.

Sama seperti yang kulakukan di samping makam ibuku, kini aku pun memanjatkan doa di samping pusara ayahku. di samping makam pria yang merupakan cinta pertama bagiku, ayah yang selalu mengerti dengan posisiku. seorang ayah yang luar biasa, yang tidak pernah menuntut banyak dari anak anaknya.

Sampai dengan menghembuskan napas terakhirnya, ayahku selalu mengingatkan kami untuk tidak pernah meninggalkan sholat.

Ayahku adalah sosok ayah yang bijak, ayah yang tidak pernah membedakan kasih sayangnya pada anak anaknya. ayah selalu memberikan kasih sayang dengan porsi yang sama terhadap ke empat anaknya.

Tidak terasa sudah hampir satu jam aku berada di samping pusara kedua orang tuaku, kalau saja sinar matahari yang semakin terasa panas mengenai punggungku, mungkin aku tidak menyadari jika saat ini putri dan Farhan yang kini tengah berteduh di bawah pohon bunga Kamboja telah lama menunggu.

Aku pun segera melangkah menghampiri putri dan Farhan yang kini berteduh di bawah pohon bunga Kamboja yang nampak rimbun.

"Maafkan mamah nak sudah membuat Farhan terlalu lama menunggu." ucapku saat menghampiri keduanya.

"Maaf Put, sudah membuatmu terlalu lama menunggu." ucapan yang sama ku lontarkan pada sahabatku, namun putri hanya mengangguk seolah mengerti denganku.

"Baiklah, sekarang kita pulang!!." ucapku, kami pun segera beranjak, namun baru saja beberapa langkah, tiba tiba ada suara seseorang yang tidak asing.

"Tante." Aku pun menoleh ke arah sumber suara.

"Arista." aku tidak menyangka bisa kembali berjumpa dengan gadis itu, apalagi berjumpa di area pemakaman.

Seperti biasa gadis itu datang bersama dengan Omanya, serta ada beberapa orang pria yang berbadan tinggi besar yang setia mengikuti langkah gadis itu kemanapun.

"Tante sedang apa di sini??." gadis itu langsung bertanya saat menghampiri kami.

"Tante sedang ziarah ke makam orang tua Tante, kamu sendiri sedang apa di sini??." setelah menjawab, aku pun balik bertanya pada gadis itu.

"Sama seperti Tante, Rista juga ziarah ke makam bunda." mendengar jawaban gadis itu membuatku melongo.

"Ternyata apa yang di katakan nyonya Lena Tempo hari benar, bundanya Rista memang sudah meninggal dunia." dalam hatiku, yang tempo hari masih belum yakin dengan ucapan omanya Rista, di perjumpaan pertama kami di pantai.

Ternyata benar, apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan kenyataan yang ada.

Saat pertama kali aku melihat gadis itu, yang ada pikiranku adalah seorang gadis yang beruntung memiliki kehidupan yang layak, serta mendapatkan kasih sayang yang lengkap serta perhatian dari orang orang terdekat. ternyata aku salah, semua itu tidak seperti yang aku lihat, gadis ini bahkan sudah harus di tinggal ibunya untuk selamanya saat usianya masih terbilang masih sangat muda.

"Tante,,,,Tante,,,,." panggilan gadis itu membuyarkan lamunanku tentangnya.

"Iy iya ada apa Rista." tanyaku, sebab tadi aku malah asyik melamun sehingga aku tidak mengindahkan ucapan gadis itu.

"Tante melamun ya??." tebak gadis itu.

"Enggak kok cantik, Tante hanya teringat dengan almarhumah ibunya Tante." jawabku beralasan.

"Kebetulan banget nak Widia, Tante senang banget bisa ketemu kamu lagi. sejak berjumpa dengan kamu tempo hari, Rista selalu memaksa Tante untuk mencari alamat kamu." ucap nyonya Lena, saat berhasil menyusul langkah cucunya. sementara aku hanya bisa diam tertegun, tidak percaya, jika seorang anak gadis yang berasal dari kalangan atas ingin kembali bertemu denganku yang notabennya hanya orang biasa. apalagi gadis itu bahkan terkesan merengek pada keluarganya untuk mencari tahu alamat tempat tinggalku.

Sementara Putri dan Farhan yang kini berdiri di antara kami, hanya bisa bertanya tanya dalam hati, khususnya Putri sebagai orang dewasa tentunya. Putri bahkan sangat penasaran, tentang siapa sebenarnya gadis itu dan apa hubungannya denganku.

"Tante, boleh nggak Rista minta alamat rumah Tante, Rista ingin mampir ke rumah Tante." melihat gadis itu yang nampak memelas saat meminta, aku yang tidak merasa sampai hati pun memberi tahu alamat rumahku pada gadis itu. sebelum kami pamit undur diri.

"Ini alamat kontrakan Tante, jika berkenan Rista boleh main ke kontrakan Tante!!." aku pun memberikan sebuah kertas yang sudah ku tuliskan alamat kontrakan ku pada gadis itu, wajah gadis itu nampak berseri seri saat mendapatkan alamat rumahku.

Jujur dalam hatiku yang terdalam,aku masih bingung kenapa gadis itu bisa menyukaiku bahkan di saat pertama kali berjumpa denganku.

Terpopuler

Comments

Evy

Evy

Bakalan dapat jodoh lagi tuh kayaknya...lewat anaknya...

2024-09-28

0

Jade Meamoure

Jade Meamoure

Arista calon anak itu ☺☺☺

2024-09-14

1

lihat semua
Episodes
1 Resmi bercerai.
2 Sikap mertua.
3 Bagai buah simalakama.
4 Operasi ibu.
5 Mungkin Tuhan sedang jatuh cinta.
6 Menyandang status janda.
7 Kontrakan.
8 Tawaran gila.
9 Ziarah.
10 Di restoran.
11 Kerinduan.
12 Iba.
13 Mengurung diri.
14 Kembali sekolah.
15 Lukisan.
16 Mustahil.
17 Ujian demi ujian.
18 Melamar.
19 Menerima tawaran.
20 Kemarahan Gunawan.
21 Ijab Qobul.
22 Panggilan baru.
23 Bermain game.
24 Persidangan hak asuh.
25 Kembali bersikap dingin.
26 Mimpi buruk.
27 Lomba.
28 Menjadi juara.
29 Makan di restoran.
30 Pingsan.
31 Masuk rumah sakit.
32 Bayi tabung.
33 Bayangan wanita itu.
34 Membatalkan program bayi tabung.
35 Kamar Hotel.
36 Mampir ke makam.
37 Menginap di Vila.
38 Pulang tepat waktu.
39 Ingin Bakso.
40 Positif Hamil.
41 Aroma Parfum.
42 Masuk rumah sakit.
43 Rumah sakit.
44 Kembali ke rumah.
45 Hadir di waktu yang tepat.
46 Khawatir.
47 Sikap manis.
48 Kedatangan Putri.
49 Barang sensitif.
50 Kedatangan ibunya Hardi.
51 Berat berpisah.
52 Kekhawatiran Gunawan.
53 Menginap.
54 Kebenaran.
55 Meninggalkan rumah.
56 Penginapan 1.
57 Penginapan 2.
58 Perjalanan ke Bogor.
59 Janji.
60 Rasa penasaran Widia.
61 Kalung.
62 Kebenaran.
63 Mencari kebenaran.
64 Menghasut.
65 Perubahan sikap Arista.
66 Pria itu ternyata Gio.
67 Bagai jatuh tertimpa tangga.
68 Persidangan 1.
69 Persidangan 2.
70 Membatalkan lamaran.
71 Melepas rindu.
72 Kekhawatiran Widia.
73 Mual Muntah.
74 Widia Hamil.
75 Di culik.
76 Pengakuan.
77 Cinta tak kesampaian.
78 Ternyata karena Warisan.
79 Cuti.
80 Malam pengantin.
81 Pabrik.
82 Perkara Toge.
83 Kembali ke ibukota.
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Resmi bercerai.
2
Sikap mertua.
3
Bagai buah simalakama.
4
Operasi ibu.
5
Mungkin Tuhan sedang jatuh cinta.
6
Menyandang status janda.
7
Kontrakan.
8
Tawaran gila.
9
Ziarah.
10
Di restoran.
11
Kerinduan.
12
Iba.
13
Mengurung diri.
14
Kembali sekolah.
15
Lukisan.
16
Mustahil.
17
Ujian demi ujian.
18
Melamar.
19
Menerima tawaran.
20
Kemarahan Gunawan.
21
Ijab Qobul.
22
Panggilan baru.
23
Bermain game.
24
Persidangan hak asuh.
25
Kembali bersikap dingin.
26
Mimpi buruk.
27
Lomba.
28
Menjadi juara.
29
Makan di restoran.
30
Pingsan.
31
Masuk rumah sakit.
32
Bayi tabung.
33
Bayangan wanita itu.
34
Membatalkan program bayi tabung.
35
Kamar Hotel.
36
Mampir ke makam.
37
Menginap di Vila.
38
Pulang tepat waktu.
39
Ingin Bakso.
40
Positif Hamil.
41
Aroma Parfum.
42
Masuk rumah sakit.
43
Rumah sakit.
44
Kembali ke rumah.
45
Hadir di waktu yang tepat.
46
Khawatir.
47
Sikap manis.
48
Kedatangan Putri.
49
Barang sensitif.
50
Kedatangan ibunya Hardi.
51
Berat berpisah.
52
Kekhawatiran Gunawan.
53
Menginap.
54
Kebenaran.
55
Meninggalkan rumah.
56
Penginapan 1.
57
Penginapan 2.
58
Perjalanan ke Bogor.
59
Janji.
60
Rasa penasaran Widia.
61
Kalung.
62
Kebenaran.
63
Mencari kebenaran.
64
Menghasut.
65
Perubahan sikap Arista.
66
Pria itu ternyata Gio.
67
Bagai jatuh tertimpa tangga.
68
Persidangan 1.
69
Persidangan 2.
70
Membatalkan lamaran.
71
Melepas rindu.
72
Kekhawatiran Widia.
73
Mual Muntah.
74
Widia Hamil.
75
Di culik.
76
Pengakuan.
77
Cinta tak kesampaian.
78
Ternyata karena Warisan.
79
Cuti.
80
Malam pengantin.
81
Pabrik.
82
Perkara Toge.
83
Kembali ke ibukota.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!