Pagi harinya aku kembali ke rumah di mana aku dan keluarga kecilku pernah tinggal bersama. aku ke sana untuk mengambil semua pakaianku serta pakaian putraku yang masih berada di rumah itu.
Saat tiba di sana sayup ku dengar suara seorang wanita dari dalam rumah, sampai dengan beberapa saat kemudian aku mencoba mengetuk pintu. setelah beberapa kali mengetuk barulah mas Hardi membukakan pintu, namun saat ini mas Hardi tidak sendiri, ada seorang wanita yang kini bersamanya.
"Widia." ucap mas Hardi saat terkejut melihat kedatanganku.
"Maaf mas jika kedatanganku mengganggu kalian, aku hanya ingin mengambil pakaianku dan pakaian putraku." kataku sebelum masuk ke dalam rumah, aku pun segera masuk tanpa memperdulikan wanita yang kini bergelayut manja di lengan mas Hardi.
Mas Hardi menyusul langkahku.
"Memangnya kamu sudah punya tempat tinggal yang baru??." mas Hardi bertanya padaku, saat aku tengah mengambil sebuah koper yang berada di atas lemari.
"Sudah, aku akan tinggal di sebuah kontrakan bersama dengan Farhan, jika mas ingin bertemu dengan Farhan aku tidak akan melarangnya. karena tidak ada mantan anak dan mantan ayah, jadi aku tidak akan melarang jika mas ingin mengunjungi Farhan." kataku seraya memasukan semua pakaianku dan pakaian putraku ke dalam koper.
"Jika kamu dan Farhan ingin tetap tinggal di rumah ini, aku tidak keberatan." tawaran mas Hardi itu sangat gila menurutku, bagaimana tidak, dia menawarkan aku untuk tetap tinggal di rumah yang sama dengannya sementara kami tak lagi terikat dalam ikatan pernikahan. apalagi saat ini wanita yang pernah menjadi duri dalam rumah tangga kami juga tinggal di rumah itu.
Jika tidak memikirkan dosa, mungkin saat ini sudah ku tampar wajah mas Hardi saking kesalnya, sebab seenaknya saja berkata sesuka hatinya.
"Maaf mas tapi kita bukan lagi pasangan suami istri, jadi tidak mungkin kita bisa tinggal di bawah satu atap." meski sangat kesal mendengar tawaran mas Hardi yang tidak masuk akal, namun aku tetap berusaha tenang saat berbicara padanya.
"Apa apaan sih kamu mas, kenapa kamu malah nawarin dia tinggal di sini lagi??." kini giliran wanita ganjen itu yang protes dengan tawaran mas Hardi padaku.
Karena wanita itu sudah nampak ngambek di depan mas Hardi, mantan suamiku itu pun segera merayunya. sementara aku yang melihat drama keduanya merasa geli sendiri, karena aku yakin jika wanita itu sengaja bersikap demikian, agar mas Hardi berusaha merayunya di depanku.
Wanita itu sengaja ingin membuatku marah dan cemburu, tapi wanita itu salah besar, karena bukannya cemburu aku malah terkesan jijik melihat keduanya. hatiku sudah benar benar mati pada mantan suamiku, sampai tak ada lagi rasa marah apalagi cemburu padanya.
Setelah selesai mengemas semua pakaianku dan pakaian putraku, aku pun segera menarik koperku keluar dari kamar. namun saat di depan pintu, dengan sengaja wanita itu mengeluarkan kalimat yang sengaja menyindirku.
"Kasian Banget sih kamu, habis manis sepah di buang." mendengar sindiran dari wanita itu membuatku menghentikan langkahku sejenak.
"Berdoalah agar mas Hardi hanya melakukan ini padaku, semoga ia tidak melakukan hal yang sama pada wanita lain, termasuk padamu. karena sejatinya pria yang suka selingkuh tidak akan pernah berubah sampai kapanpun" sahutku sebelum kembali melanjutkan langkah.
Wanita itu nampak menghentakkan kakinya kesal saat mendengar jawabanku. berbeda dengan mas Hardi, pria itu tak sanggup berkata kata, karena sejujurnya apa yang aku katakan benar adanya. ia berselingkuh dariku bukan hanya sekali, namun perselingkuhan ia lakukan berkali kali selama menjalani pernikahan kami.
Aku pun segera meninggalkan rumah yang sudah beberapa tahun terakhir kami tinggali bersama, dengan menumpangi sebuah taksi online.
Tak sadar air mata mengalir di sudut mataku, air mataku tumpah bukan karena berpisah dari pria itu, namun air mataku tumpah saat meninggalkan rumah yang kami bangun dengan jerih payah bersama. mas Hardi yang beberapa tahun terakhir di angkat sebagai supervisor di perusahaan tempatnya bekerja, sementara aku membantunya dengan berjualan online, dan Alhamdulillah jualanku laris manis. dari situlah kami membangun rumah impian kami itu. namun semua itu seakan sirna saat wanita tadi datang dan menjadi duri dalam rumah tangga kami.
Dengan nekat yang sangat kuat aku akan berusaha untuk melanjutkan hidup bersama putra semata wayangku, Farhan.
Aku tidak terlalu takut untuk menghidupi putraku, sebab selama menjadi istri mas Hardi saja aku sudah biasa mencari uang sendiri dengan berjualan pakaian secara online. aku akan berjualan online di kontrakanku nantinya, jika sudah memiliki uang lebih, aku berniat untuk menyewa sebuah ruko untuk jualan dan menyetok barang.
Satu jam di perjalanan akhirnya aku pun tiba, di sebuah kontrakan yang akan kami tinggali. yang di mana kontrakan tersebut berdekatan dengan kontrakan sahabatku, putri.
Putri yang melihatku tiba dengan menumpangi sebuah taksi online segera menghampiriku. Putri dan Farhan lebih tepatnya, karena tadi sebelum mengambil pakaian di rumah itu, aku menitipkan putraku pada sahabatku tersebut.
Putraku yang kini berjalan menghampiri aku ingin meraih salah satu koper yang ku bawa, namun dengan lembut kutolak dengan alasan berat.
"Tidak perlu sayang, mama bisa kok, lagian kopernya berat Farhan belum sanggup mengangkatnya." ucapku memberi pengertian pada putraku, dan Farhan pun mengangguk paham.
Aku pun segera mengeluarkan kunci kontrakan dari tasku lalu membukanya. ternyata benar kata Putri kontrakan itu memang sangat sederhana, namun aku tetap bersyukur karena aku akan tinggal di tempat itu bersama putra kesayanganku.
Karena kontrakannya yang lumayan berdebu sehingga butuh waktu seharian untuk membersihkannya,. Untung saja Putri ikut membantu, sampai kontrakan itu nampak bersih dan nyaman untuk di tinggali.
"Terima kasih Put, kamu sudah banyak membantuku." ucapku tulus pada sahabatku.
"Berapa kali harus ku bilang padamu Wid, tidak perlu berterima kasih, sepertinya aku sudah kenyang mendengar kamu yang terus mengucapkan terima kasih padaku." jawabnya lalu tersenyum manis, sehingga aku pun ikut tersenyum kemudian ikut duduk di bangku bersamanya.
"Meski seribu kali mengucapkan terima kasih, kurasa tidak akan sanggup membalas semua kebaikanmu padaku." ucapku seraya menyandarkan bahuku di sandaran bangku, untuk meluruskan pinggangku guna mengurangi rasa lelah Seharian membersihkan kontrakan.
"Sekarang jangan pusing memikirkan terima kasih, sebaiknya sekarang kita memikirkan bagaimana kedepannya masa depan kita sebagai wanita singel." ucapan Putri membuatku langsung tersenyum padanya, mengingat sahabatku itu yang masih setia menyendiri, meski usianya sudah menginjak dua puluh sembilan tahun.
"Sepedih pedihnya hidup aku sih, tapi aku sudah pernah menikah tidak sepertimu yang masih setia menyendiri.". ucapku sengaja meledek sahabatku tersebut, mengingat dulu kami sering sekali bergurau seperti itu saat aku belum menikah dengan mantan suami.
Tak ingin kalah, Putri pun ikut meledekku.
"Meskipun pedih dengan menghidupi diri sendiri, tapi jika harus memilih, aku lebih memilih hidup pedih seperti ini daripada harus menikah dengan pria gila seperti mantan suamimu." mendengar kalimat Putri itu pun langsung membuatku tergelak, begitupun dengan putri yang ikut tergelak bersamaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Shasi
tampar aja. wajib malah. kan dah bukan suami istri. itu namanya pelehan
2022-09-07
2
Sulati Cus
g dosa kok km nampar apalagi status mantan kata2 tersebut emang g pantas
2022-09-05
0