Bagai buah simalakama.

Beberapa bulan setelahnya ibu yang sering sakit sakitan membuatku terus kepikiran, di satu sisi aku ingin berbakti pada ibu yang telah melahirkan aku, di sisi lain aku juga harus berbakti pada pria yang sudah memberiku seorang putra.

Posisiku saat itu bagai Buah simalakama, aku jadi serba salah. meski begitu hampir setiap hari aku menjenguk ibuku.

Benar kata orang, di mata mertua menantu perempuan selalu salah. di saat aku menjenguk ibuku, ibu mertuaku selalu berpikir jika aku hanya menghabiskan uang putranya untuk keperluan keluargaku, sementara kenyataannya justru ayahku yang selalu membantu karena tidak tega melihatku kesulitan.

Tidak jarang aku menjadi topik perbincangan ibu mertuaku pada tetangga sekitar, awalnya aku mencoba untuk cuek bahkan terkesan menulikan telingaku agar hatiku tidak lelah. bukan sekali aku menjadi bulan bulanan ibu mertuaku, apa saja yang terjadi di dalam rumah tanggaku sudah pasti aku yang di salahkan tanpa bertanya kebenarannya.

Sama seperti malam itu saat aku sakit ibu mertuaku datang, aku pikir beliau akan datang menjengukku, karena saat itu asam lambungku sedang naik, mungkin karena terlalu banyak pikiran karena tekanan demi tekanan yang aku hadapi.

Ternyata dugaanku salah, ibu mertuaku malah meminta suamiku untuk ikut dengannya tanpa peduli dengan kondisiku saat itu. mungkin karena suamiku tidak tega makanya beliau menolak ajakan ibunya. sampai ibu mertuaku memutuskan untuk membawa serta anakku ke rumahnya. tidak ingin berdebat karena kondisiku saat ini lemas, aku pun mengizinkan ibu mertuaku membawa cucunya.

Namun saat waktu telah menunjukkan pukul dua dini hari ponsel suamiku berdering, ternyata ibu mertuaku yang menelepon. dari nadanya aku bisa mendengar jika ibu dari suamiku tersebut sedang mengoceh, meski aku tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang di ucapkan.

"Baik bu aku akan segera ke sana." jawab suamiku melalui sambungan telepon, sebelum mematikan sambungan teleponnya.

"Sejak tadi Farhan tidak mau tidur, ia terus menangis makanya ibu menelepon." ucapan suamiku seketika membuatku terus kepikiran dengan putraku. begitulah seorang ibu sakit pun tidak akan terasa lagi saat mendengar keadaan putranya sedang tidak baik baik saja.

"Ayo mas kita ke rumah ibu sekarang, aku takut perut Farhan bisa sakit jika ia terus menangis." kataku yang sudah kelabakan memikirkan putraku.

Karena jarak kos kosan yang kami tinggali berjarak sekitar setengah kilometer ke rumah mertuaku jadi butuh waktu hampir dua puluh menit untuk tiba di sana, karena kami hanya berjalan kaki. saat itu kehidupan kami sangat jauh dari kata cukup, tapi aku ikhlas menerima takdir yang telah di haruskan untukku.

Mungkin kesal menunggu dua puluh menit lamanya ibu mertuaku terdengar mengoceh tidak jelas saat kami baru saja tiba di pekarangan rumah. aku pun bergegas mengetuk pintu, setelah pintu terbuka aku pun segera meraih tubuh putraku.

Anakku memang jarang sekali berpisah denganku, apalagi harus tidur terpisah denganku. mungkin itu yang menyebabkan putraku terus menangis sejak tadi, mungkin saat ini perutnya sakit akibat kelamaan menangis sehingga membuatnya sulit berhenti menangis meski aku sudah mencoba mendiamkan putraku.

Karena terus melihat putraku terus menangis tak kunjung berhenti aku pun jadi bingung sendiri, sementara ibu mertuaku bukannya membantu untuk mendiamkan cucunya yang tengah menangis, beliau malah mengoceh tidak jelas. seperti biasa beliau kembali membanding bandingkan aku dengan menantu tetangga sebelah rumahnya.

"Ngurus anak satu aja nggak becus, lihat tuh si Neneng ngurus anak empat semua anteng anteng aja, nggak ada yang ribet seperti anak kamu." tiba tiba hatiku terasa begitu nyeri saat mendengar ocehan ibu mertuaku. mungkin jika beliau hanya mengatai aku saja itu tidak akan membuat hatiku sesakit ini, tapi beliau juga ikut mengatai anakku yang notabennya adalah cucu kandungnya sendiri.

Aku hanya bisa mengelus dadaku, berharap rasa sakit di sana sedikit berkurang. malam itu kurasakan malam terpanjang bagiku di sepanjang hidupku karena harus menginap di rumah yang tidak pernah menganggap kehadiranku.

Sementara suamiku jangankan untuk sedikit membelaku di depan ibunya, beliau malah ikut menyalahkan aku. dari semuanya hanya ayah mertua serta salah satu adik ipar ku yang sedikit peduli padaku, namun di saat ia memberi pembelaan padaku, justru ia yang jadi sasaran ocehan ibunya sendiri.

Namun Kini adik iparku tersebut telah lebih dulu menghadap sang khalik, karena sakit yang di deritanya.

Sampai dengan pagi harinya aku sama sekali tidak bisa memejamkan mataku bahkan sedetik pun, setiap kalimat pedas yang di lontarkan ibu mertuaku masih terngiang jelas di telingaku.

Sekitar pukul setengah delapan aku membangunkan suamiku untuk segera mengantarkan aku pulang, jujur aku tidak tahan berlama lama di rumah itu, di mana hampir semua penghuninya tidak suka padaku.

Dengan berat hati karena masih merasakan kantuk akhirnya suamiku mengantarkan aku kembali ke kos kosan kami. dan setelahnya beliau kembali meninggalkan kami, ia pun segera kembali ke rumah orangtuanya dengan berbagai macam alasan.

Di lubuk hati terdalam terkadang aku berpikir jika suamiku mungkin tidak lagi mencintaiku, bagaimana tidak, setiap kali ibunya mencaci maki diriku beliau bahkan sama sekali tidak peduli. padahal ia sendiri tahu kedua orang tuaku bahkan tidak pernah berkata sekasar itu padaku.

Setiap kali hatiku sedih kala teringat semua perkataan pedas ibu mertuaku, aku hanya bisa berlinang air mata, hanya tuhan tempatku mengadu. aku juga tidak pernah mengadukan semua perlakuan kasar mereka pada kedua orang tuaku, sebab aku tidak ingin menambah beban kedua orang tuaku.

Sampai kadang di sela tangis aku hanya bisa meminta suatu saat aku bisa merasakan kebahagiaan layaknya wanita pada umumnya. namun ketika aku tersadar, Aku segera beristighfar tidak ingin tuhan menganggap aku tidak ikhlas dengan takdir yang telah digariskan untukku.

Sampai suatu hari saat aku datang menjenguk ibuku, aku benar benar tidak tega melihat kondisi ibuku yang semakin hari semakin lemah.

Dan pada saat itu ibuku memintaku untuk kembali ke rumah agar ada yang merawatnya, karena saat itu adik bungsuku masih sekolah, jadi saat ia sekolah tidak ada yang menjaganya ketika ayahku pergi bekerja, sementara dua orang saudara laki lakiku sudah menikah dan tinggal di rumah masing masing.

Sore harinya aku segera kembali dari rumah ibuku sebelum suamiku kembali dari tempatnya bekerja, aku sengaja pulang lebih dulu di banding beliau karena aku takut jika beliau akan marah jika tahu aku masih berada di rumah ibuku. karena jika beliau marah bukan hanya aku yang mendapat cacian darinya namun keluargaku pun jadi sasaran. hampir setiap kali tersulut amarah suamiku pasti akan mengikut sertakan keluargaku di dalamnya terutama orang tuaku yang sama sekali tidak tahu apa apa.

Episodes
1 Resmi bercerai.
2 Sikap mertua.
3 Bagai buah simalakama.
4 Operasi ibu.
5 Mungkin Tuhan sedang jatuh cinta.
6 Menyandang status janda.
7 Kontrakan.
8 Tawaran gila.
9 Ziarah.
10 Di restoran.
11 Kerinduan.
12 Iba.
13 Mengurung diri.
14 Kembali sekolah.
15 Lukisan.
16 Mustahil.
17 Ujian demi ujian.
18 Melamar.
19 Menerima tawaran.
20 Kemarahan Gunawan.
21 Ijab Qobul.
22 Panggilan baru.
23 Bermain game.
24 Persidangan hak asuh.
25 Kembali bersikap dingin.
26 Mimpi buruk.
27 Lomba.
28 Menjadi juara.
29 Makan di restoran.
30 Pingsan.
31 Masuk rumah sakit.
32 Bayi tabung.
33 Bayangan wanita itu.
34 Membatalkan program bayi tabung.
35 Kamar Hotel.
36 Mampir ke makam.
37 Menginap di Vila.
38 Pulang tepat waktu.
39 Ingin Bakso.
40 Positif Hamil.
41 Aroma Parfum.
42 Masuk rumah sakit.
43 Rumah sakit.
44 Kembali ke rumah.
45 Hadir di waktu yang tepat.
46 Khawatir.
47 Sikap manis.
48 Kedatangan Putri.
49 Barang sensitif.
50 Kedatangan ibunya Hardi.
51 Berat berpisah.
52 Kekhawatiran Gunawan.
53 Menginap.
54 Kebenaran.
55 Meninggalkan rumah.
56 Penginapan 1.
57 Penginapan 2.
58 Perjalanan ke Bogor.
59 Janji.
60 Rasa penasaran Widia.
61 Kalung.
62 Kebenaran.
63 Mencari kebenaran.
64 Menghasut.
65 Perubahan sikap Arista.
66 Pria itu ternyata Gio.
67 Bagai jatuh tertimpa tangga.
68 Persidangan 1.
69 Persidangan 2.
70 Membatalkan lamaran.
71 Melepas rindu.
72 Kekhawatiran Widia.
73 Mual Muntah.
74 Widia Hamil.
75 Di culik.
76 Pengakuan.
77 Cinta tak kesampaian.
78 Ternyata karena Warisan.
79 Cuti.
80 Malam pengantin.
81 Pabrik.
82 Perkara Toge.
83 Kembali ke ibukota.
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Resmi bercerai.
2
Sikap mertua.
3
Bagai buah simalakama.
4
Operasi ibu.
5
Mungkin Tuhan sedang jatuh cinta.
6
Menyandang status janda.
7
Kontrakan.
8
Tawaran gila.
9
Ziarah.
10
Di restoran.
11
Kerinduan.
12
Iba.
13
Mengurung diri.
14
Kembali sekolah.
15
Lukisan.
16
Mustahil.
17
Ujian demi ujian.
18
Melamar.
19
Menerima tawaran.
20
Kemarahan Gunawan.
21
Ijab Qobul.
22
Panggilan baru.
23
Bermain game.
24
Persidangan hak asuh.
25
Kembali bersikap dingin.
26
Mimpi buruk.
27
Lomba.
28
Menjadi juara.
29
Makan di restoran.
30
Pingsan.
31
Masuk rumah sakit.
32
Bayi tabung.
33
Bayangan wanita itu.
34
Membatalkan program bayi tabung.
35
Kamar Hotel.
36
Mampir ke makam.
37
Menginap di Vila.
38
Pulang tepat waktu.
39
Ingin Bakso.
40
Positif Hamil.
41
Aroma Parfum.
42
Masuk rumah sakit.
43
Rumah sakit.
44
Kembali ke rumah.
45
Hadir di waktu yang tepat.
46
Khawatir.
47
Sikap manis.
48
Kedatangan Putri.
49
Barang sensitif.
50
Kedatangan ibunya Hardi.
51
Berat berpisah.
52
Kekhawatiran Gunawan.
53
Menginap.
54
Kebenaran.
55
Meninggalkan rumah.
56
Penginapan 1.
57
Penginapan 2.
58
Perjalanan ke Bogor.
59
Janji.
60
Rasa penasaran Widia.
61
Kalung.
62
Kebenaran.
63
Mencari kebenaran.
64
Menghasut.
65
Perubahan sikap Arista.
66
Pria itu ternyata Gio.
67
Bagai jatuh tertimpa tangga.
68
Persidangan 1.
69
Persidangan 2.
70
Membatalkan lamaran.
71
Melepas rindu.
72
Kekhawatiran Widia.
73
Mual Muntah.
74
Widia Hamil.
75
Di culik.
76
Pengakuan.
77
Cinta tak kesampaian.
78
Ternyata karena Warisan.
79
Cuti.
80
Malam pengantin.
81
Pabrik.
82
Perkara Toge.
83
Kembali ke ibukota.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!