"Alicia, masa depanmu, masa depan anakmu, masa depan generasi selanjutnya, akan menjadi taruhannya. Jika kita menang maka negeri ini akan makmur dan sejahtera. Tidak akan ada lagi pertumpahan darah dan kekerasan. Jadi aku mohon...." Kata laki-laki paru baya yang baru saja memeluk Alice.
Wajah Alicia pun memancarkan semangat dan tekad.
"Baiklah, ayah. Doakan aku." Kata Alicia dengan penuh harap memeluk ayahnya kembali.
"Tentu, Berkatku bersamamu putriku." Kata pria paru baya yang ternyata adalah ayah Alicia.
Disaat itulah Alicia harus melangkah maju. Seorang wanita yang membawa nasib masa depannya dan keluarganya. Untuk memasuki Akademi Internasional : Smart Unite. Sekolah yang dibuat oleh pihak netral sehingga anak-anak generasi emas bisa dengan tenang untuk belajar dengan tenang.
Akademi itu bahkan di akui oleh UNICEF, Oxford, dan beberapa lembaga pendidikan ternama kelas dunia. Terletak di pulau terpencil di tengah peta Indonesia dengan membuat pulau buatan dan membuat akademi di atasnya beserta fasilitasnya. Hanya mereka yang terpilih dan layak untuk bersekolah disana. Murni dengan persyaratan tes. Tidak ada jalur dalam. Karena di SU (SMART UNITE) mengantisipasi adanya gerakan fraksi yang menyeludup ke dalamnya.
Fasilitasnya berupa mall, wahana, dan tempat-tempat umum lainnya sehingga para murid tidak perlu ke pulau utama untuk mencari hiburan dan kebutuhan. Murid-murid akan di sediakan untuk 1 orangnya berupa 1 kamar apartemen dan 1 ponsel. Ponsel itu tidak bisa digunakan untuk menghubungi dunia luar sehingga para murid tidak bisa menghubungi siapapun yang berada di luar pulau buatan. Tidak ada akses atau sarana untuk keluar dari pulau buatan itu. Untuk antisipasi para pihak fraksi untuk berkomunikasi dengan dunia luar, jadi SU benar-benar netral dan tidak berpihak kepada siapapun.
Sudah banyak lulusan sana yang menjadi orang sukses. Tapi yang sangat mengejutkannya. Setiap 1 generasi hanya meluluskan 1 orang saja. Itu masih jadi misteri. Karena yang berada di sana hanya orang-orang pintar dan jenius maka cukup sulit untuk memastikan kebenaran dibalik sekolah itu.
...********...
"Jadi apa yang kau inginkan, Thers? Hm? Masuk ke akademi SMART UNITE? " Tanya anak laki-laki terlihat seperti berumur sekitar 15-16 tahun melalui radio sambungan.
"Iya. Bukankah kau pernah bilang ingin bersekolah di sekolah biasa dan hidup normal layaknya murid normal." Kata wanita dari saluran radio itu.
"Aku memang bilang seperti itu. Tapi tidak ketika negara kita sedang krisis perang saudara seperti ini. Perang bodoh ini harus dihentikan. Para penganut fraksi disini begitu menyebalkan dan meresahkan." Kata laki-laki itu.
"Sayang, aku memang memberimu hak khusus untuk bergerak bebas tapi jangan lupa kalau kita harus bersikap netral pada negara ini. Semua ajaranku yang kuajarkan padamu bukan semestinya kau gunakan sebagai alat perang di masa ini. Selamatkanlah beberapa orang yang pantas saja dan jangan terlalu mencolok. Aku juga sudah susah-susah untuk membangunnya untukmu." Kata wanita itu dengan nada sedikit khawatir. Laki-laki dalam radionya pun melepas napas berat.
"Baiklah kalau begitu. Kalau kau sampai memaksaku, Thers." Kata laki-laki itu. Akhirnya dia mengalah dengan wanita yang sudah merawatnya ketika masih kecil.
"Terima kasih. Pulanglah pagi ini." Kata wanita itu dengan lembut.
"Ok." Kata laki-laki itu mematikan saluran radio yang ada di telinganya.
"Bersekolah ya? Meskipun waktunya kurang pas...." Laki-laki itu ngedumel sambil memainkan ponsel yang ia pegang. Ia pun mencari nomor di ponselnya lalu melakukan panggilan. suara menunggu panggilan pun terdengar di ponsel yang ia tempelkan ke telinganya.
"Pak A. Seperti biasanya aku memesan perjamuan." Kata laki-laki itu.
"Iya. Untuk 20 orang. Di pelabuhan Merak, di timur dermaga. Ada bangunan tua disana. Jika kau menemukan makanan berceceran maka disanalah tempatnya." Kata laki-laki itu. Anak laki-laki itu pun mematikan ponselnya secara sepihak. Anak itu pun memeriksa magazine yang ada di dalam pistol Desert Eagle-nya.
"Baiklah sebaiknya aku segera pergi sebelum Thers menelponku lagi." Kata laki-laki itu. Dia pun keluar dari ruangan gelap itu berisi dengan 20 mayat orang dewasa yang tewas tertembak dan tersayat. Punggung telapak tangannya dia gunakan untuk mengelap bercak darah dan potongan-potongan daging yang menempel di pipinya.
...********...
Hari ujian masuk pun telah tiba. Semua calon murid disana berkumpul di pulau buatan itu. Alicia sebagai anak berprestasi dan banyak memenangkan lomba olimpiade sains dan matematika, merasa cukup gugup untuk memulai ujiannya. Ayahnya tidak dapat mengantarnya karena calon murid hanya bisa diantar oleh orang tuanya maksimal dari pelabuhan. Jumlah kuota yang disediakan saja tidak dibatasi. Mungkin karena pendaftarnya terlalu banyak sehingga para wali pendaftar tidak bisa ikut mengsntar sampai ke SU.
"Untuk semua calon murid. Diharapkan untuk segera menuju ke gedung yang sesuai dengan tulisan di kartu ujian kalian. Keterlambatan maksimal adalah 1 menit menuju ruang ujian. Jadi diharapkan sekali lagi untuk para calon murid SMART UNITE untuk segera mencari ruangan ujiannya." Peringatan itupun selesai.
"Ya ampun gawat. Aku bahkan tidak tahu ruangan mana A-3 lagi. Semua orang sepertinya sudah mengetahui letak ruangan mereka." Gumam Alicia ketakutan. Tiba-tiba ada seorang calon murid laki-laki yang tidak sengaja menyenggolnya karen juga sedang terburu-buru.
"Oh maafkan aku. Aku sedang terburu-buru." Kata laki-laki itu. ditangan yang ia gunakan untuk melambai tertulis ruangan A-3.
Alicia pun segera berlari membuntutinya karena dia dengan laki-laki itu ternyata satu ruangan. Orang-orang semakin sedikit. Mereka sudah semuanya masuk ke dalam ruangan ujian masuk.
Karena di setiap ruangan difasilitasi teknologi canggih maka pintu akan otomatis menutup dan mengunci apabila waktu sudah mendekati ujian. Itu yang dibaca Alicia ketika dia ingin mendaftarkan diri ke SU.
Setelah berjalan cepat mengikuti laki-laki yang satu ruangan dengannya, Alicia malah kehilangan jejak laki-laki itu. Alicia cukup kebingungan karena semua orang berada di depan ruang ujian. Kemudian secara tidak sengaja, Alicia melihat papan ruangan yang tepat berada di atasnya. Bertuliskan "Ruangan A-3" Ia pun segera masuk ke dalamnya. Ketika pertama kali masuk, Alicia cukup terpukau melihat isi ruangan itu. Bersih, rapi, dan harum. Bahkan jauh melebihi dari fasilitas yang ada disekolahnya. Bahkan lantainya seperti baru dan mengkilat yang padahal sekolah itu sudah berdiri tepat setelah 1 tahun awal perang saudara antar fraksi. Di dalam ruangan pun masih sedikit pesertanya.
Alicia pun segera menuju tempat duduk yang sesuai dengan nomor yang ada dikartu ujiannya. Tersisa 10 detik lagi. mereka yang belum menemukan ruangan mereka semakin panik. Di tiga detik terakhir, seorang laki-laki yang menabrak Alicia pun masuk. Pintu pun tertutup rapat dan terkunci.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments