2. Harapan

Sebagai putra tunggal orang ternama di negerinya, tentu saja Lana tahu bagaimana cara bersikap dan menjaga kehormatan keluarganya. 

“Jangan pernah katakan apapun tentang rumah tangga kita! Kau harus ingat itu! Panggil aku dengan sebutan Mas!” tutur Lana selama di mobil. 

“Ya! Saya tahu!” jawab Isyana dingin. 

Sekitar pukul 12 malam, mobil mewah yang Lana kendarai sendiri memasuki halaman rumah di sebuah desa. 

Bendera kuning tertancap di gapura masuk ke gang jalan desa yang berpagarkan tanaman hijau dan terpangkas rapih. 

Sebuah rumah dengan gaya kuno, bertiangkan kayu- kayu tua dan mengkilap karena plistur, lantainya juga terlihat sangat bersih, dindingnya ukiran kayu, rumah klasik tetapi elegan.

Dari Rumahnya tergambar jelas bahwa si empunya kalangan orang menengah ke atas dan menicintai budaya.

Tuan Atmadja Subiyantoro dialah pemilik rumah itu, Bapak Isyana yang beberapa waktu lalu menghembuskan nafas terakhirnya.

Dia adalah mantan seorang saudagar tanah di wilayah itu yang menguasai perkebunan kentang dan teh. 

Sayang semenjak menikahi istri keduanya dia banyak merugi dan beberapa ladangnya terjual.

Di ruang tamu yang tampak seperti aula desa itu, warga setempat dan sanak saudara berkerumun menunggu dan melakukan banyak ritual penghormatan 

“Bapak....!” Isak Isyana sesampainya di rumah orang tuanya yang bertahun- tahun Isyana tinggalkan. 

Sejak ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi, Isyana diungsikan ke rumah neneknya di provinsi tetangga, saat itu usia Isyana masih 10 tahun. Isyana ikut neneknya dengan dalih agar menemani neneknya dan agar tidak terus bertengkar dengan saudara tirinya. 

“Nggak usah banyak drama. Bapakmu memang sudah waktunya mati!” gertak Lana menghentikan mobilnya. Lana sangat membenci Isyana menangis.

“Hiks... hiks...!” Isyana masih menahan isaknya dan menyeka air matanya.

Ucapan Lana yang menyuruhnya berhenti menangis justru menjadi ucapan yang membuat tubuh Isyana, bereflek menangis lebih keras.

Betapa tidak, setiap insan sewajarnya merasakan sakit ditinggal orang terkasih. Apalagi sosok ayah, cinta pertama bagi seorang putri. 

Seharusnya di saat Isyana rapuh seperti ini, Lana lah orang yang pertama kali mengulurkan tangan menyeka air mata Isyana dan menyediakan bahu tempat melepur sedihnya.

Nyatanya Lana justru menambahkan torehan luka Isyana. 

Isyana melepas seat beltnya dan segera turun. Semua yang ada di situ menyambut Isyana dengan anggukan ramah, begitu juga terhadap Lana, semua memberikan hormat. 

Sayangnya di setiap Isyana dan Lana berjalan, ibu- ibu atau bahkan bapak- bapak yang mempunyai mulut ember akan berkasak kusuk. 

“Nggak imbang banget ya? Suaminya tinggi putih bersih ganteng, istrinya kucel, rambutnya keriting berantakan lagi!” 

Kasak- kasuk itu sangat membuat Isyana tidak nyaman. Lebih dari Isyana kasak kusuk itu membengkakan telinga si laki- laki tampan yang menjadi objek berita. 

Lana memilih menahan amarah dan melampiaskan pada Isyana, sebab jika menanggapi warga, itu bisa menjatuhkan reputasinya. 

Lana dan Isyana bersikap layaknya anak dan menantu, melihat jenazah yang telah terbujur kaku, berdo’a bersama- sama dan memberikan penghormatan terakhir. 

Isyana tak menyiakan kesempatan untuk meriung bersama keluarganya, sampai pagi tiba dan acara pemakaman selesai.

Lana juga memerankan peranya dengan sangat apik, menjadi menantu keluarga yang terkena musibah. Lana juga menyapa para pelayat dengan ramah.  

Sesuai dengan perkiraan Mika. Orang tua Lana yang berada di luar negeri begitu mendengar besanya meninggal langsung pulang ke negaranya. Meskipun kedatangan mereka sedikit terlambat karena upacara pemakaman telah usai.

Mereka tiba, tepat saat Isyana dan Lana bersiap pulang. 

“Papi... Mami,” sapa Lana langsung menyambut orang tuanya. 

“Kalian mau kemana?” tanya Ayah Lana melihat anak dan menantunya sudah rapih. 

“Pulang Pih!” 

“Pulang gimana? keluarga istrimu sedang berkabung. Tinggalah di sini, setidaknya satu malam lagi. Sebagai menantu kau harus ikut doa bersama!” bisik Tuan Wira Hanggara ayah Lana. 

Lana pun tidak bisa berkutik, mengangguk dan menghentikan langkah, mengurungkan niat untuk pulang.  

"Ya, Pih!"

“Papa Mama ikut berbela sungkawa, Sayang!” tutur Tuan Wira menghampiri Isyana yang berdiri mematung di belakang Lana.

“Ya.. Pah!” jawab Isyana sopan.

“Malam ini Papa Mama akan ikut doa bersama, menginap di sini!” tutur Tuan Wira lagi. 

Lana dan Isyana kemudian mengurungkan niatnya untuk pulang. Mereka kembali masuk.

Tentu saja Ibu tiri Isyana dan saudaranya tak jadi bersungut- sungut. Mereka tersenyum bahagia kedatangan tamu besan kayanya.

Jika Isyana dan suaminya akan ketus dan dingin ke ibu tiri Isyana, berbeda dengan Tuan Wira dan istrinya. Mereka membawa oleh- oleh yang banyak dan sangat ramah. 

Sembari menunggu acara doa bersama. Lana bersama ayahnya di luar menyapa tamu. Isyana bergabung dengan para tetangga dan ART menyiapkan masakan. 

“Kemarilah!” seret ibu tiri Isyana. 

“Ada apa Bu?” tanya Isyana. 

Ibu tiri Isyana mengajak Isyana masuk ke kamar dan menepi dari keramaian.

“Tanda tangani ini semua!” ucap ibu tiri Isyana memberikan beberapa berkas sertifikat tanah dan surat kuasa. 

“Ibu!” pekik Isyana tidak mengira

Baru tadi siang bapaknya dimakamkan, ibunya sudah membahas warisan. Isyana menelan ludahnya tak percaya, ada apa dengan semua orang? Kenapa di sekeliling Isyana seakan semua orang jahat dan tidak punya hati. 

“Tanda tangani surat kuasa ini. Suamimu sudah kaya kan? Hidupmu sudah enak, jangan serakah! Biarkan peninggalan bapakmu jadi milik kami! Adik- adikmu masih butuh biaya kuliah!” ucap Ibu Tiri Isyana bersungut - sungut dengan tatapan sinisnya.

“Hhhhh!” Isyana hanya bisa menghela nafas menahan tangisnya.

Isyana bingung mau bilang apa.

Isyana hanya bisa mengangkat wajahnya, menatap sekilas wajah perempuan keji yang hadir di hidupnya.

Bisa- bisanya di hari kematian suaminya, ibu tiri Isyana menyempatkan membuat surat kuasa.

Sejak ibunya meninggal, kebahagiaan Isyana seakan terampas dan benar- benar hilang. 

Keluarga Isyana dan orang tua Isyana seharusnya menjadi tempatnya berharap dan berlindung saat Isyana dalam derita. Nyatanya pulang ke rumahnya semakin menambah lara. 

“Cepat! Memang kau kurang apalagi? Kau menjadi menantu tunggal di keluarga itu, tanah bapakmu tidak berarti apa- apa kan? Ayo tanda tangani sekarang!” desak Ibu Tiri Isyana memaksakan Isyana menggenggam balpoin dan menuliskanya di kertas. 

Isyana ingin melawan dan berteriak, tapi di luar kamar, para sanak saudara dan tetangga berkumpul.

Apa jadinya jika Isyana melawan dan bertengkar, belum lagi mertuanya juga ada di sini.

Entah pada siapa Isyana bisa mengadu. Bahkan kehidupan rumah tangga Isyana seperti dalam penjara.

Isyana tidak bisa banyak berfikir dan akhirnya patuh saja. Isyana tanda tangan atau tidak, toh harta ayahnya memang sudah dikuasi ibu tiri dan anak- anaknya. 

“Bagus!” tutur Ibu tiri Isyana menarik cepat surat bermaterai yang berisikan surat kuasa bahwa Isyana menyerahkan hak warisnya pada saudara tirinya. Surat itu sudah Isyana tanda tangani. 

Isyana hanya terdiam, bahkan air matanya seperti sudah kering. Isyana menjadi limbung hendak berbuat apa.

Isyana kemudian keluar dan ikut acara doa bersama. Berusaha setegar mungkin menghadapi ibu- ibu pengajian.

Saat Isyana berdekatan dengan ibu mertuanya. Isyana memang mendapatkan perlakuan yang sangat lembut. Itulah satu- satunya tempat Isyana mendapatkan perlindungan.

Sayangnya setiap pergerakan Isyana tak luput dari pengawasan Lana. Lana sangat takut jika sampai Isyana keceplosan membicarakan aib suaminya. 

Setelah beberapa waktu berlalu, acara doa bersama selesai.

Asisten rumah tangga ibu tiri Isyana pun sudah menyiapkan kamar untuk mereka. 

“Ini sudah tahun kedua pernikahan kalian, kapan ada cucu untuk Mama?” tanya ibu Lana di sela- sela obrolan menjelang masuk ke kamar masing- masing. 

Mendengar pertanyaan itu, Isyana tertunduk lesu. Lana pun hanya berdehem. 

“Minumlah ini!” ucap Ibu Lana memberikan satu butir obat ramuan. 

“Apa ini Mah?” tanya Lana curiga dan sangat tidak nyaman. 

“Sudah minum, ayo!” ucap Mama Lana lagi memaksa dan memberikan segelas air putih agar Lana segera meminumnya.  

Di depan Isyana, ayahnya dan mertuanya Lana tak berkutik dan terpaksa meminum obat itu. Entah obat apa.

Setelah semua tamu pergi, Lana dan Isyana masuk ke kamar yang telah disediakan. Kamar 4 x 4 dengan dinding kayu dan ranjang dengan kelambu. Kamar yang luas dan klasik untuk masyarakat desa tapi menjadi kamar yang sempit jika dibanding hotel tempat Lana biasa menginap. 

“Apa di sini tidak ada sofa?” bentak Lana galak lagi setelah mereka sampai di kamar. 

“Kalau kau tak bersedia tidur denganku, aku akan tidur di kamar lain!” jawab Isyana peka.

Isyana tahu kalau Lana enggan tidur denganya. 

“Kau bilang apa? Hah? Tidur di kamar lain? Kau sengaja ingin membuat ayahku jantungan? Iya! Kau tau kan aturan saat ada orang tuaku?” tanya Lana lagi dengan tatapan bengis.

Lana dan Isyana harus bersikap baik di hadapan orang tuanya.

“Ya.. aku tahu! Aku akan tidur di bawah!” jawab Isyana lemah. 

“Bagus ! Otakmu ternyata masih berfungsi!” jawab Lana.

Lana kemudian melemparkan bantal dan selimut dengan kasar, membiarkan Isyana tidur di lantai.

“Sampai kapan aku akan bertahan seperti ini?” batin Isyana meringkuk dengn selimutnya, merasakan dinginya lantai menyergap kulitnya. 

Isyana kemudian terfikir perkataan mertuanya. 

“Apa jika aku hamil dan mempunyai anak, suamiku akan sayang padaku? Bagaimana mungkin aku bisa punya anak, jika diaa saja tak sudi menyentuhku?” batin Isyana lagi, tiba- tiba hatinya merasa ngilu. 

Selama jadi istri Lana, sekaya apapun suaminya, tak sepeserpun Isyana pernah mendapatkan nafkah kecuali makanan.

Isyana tak pernah membeli make up atau alat untuk berhias. Alat mandipun adalah jatah yang sudah diatur kepala pembantu di rumah besar suaminya. Isyana benar- benar menjadi iatri yang jelek.

Memikirkan bagaimana Isyana melarikan diri dari hidup malangnya semakin membuat Isyana pusing. Isyana kemudian mencoba memejamkan matanya.

Belum Isyana terlelap. Isyana mendengar suaminya gelisah tidur kekanan dan ke kiri. Padahal beberapa menit sebelumnya Isyana sempat mendengar dengkuran halus suaminya.

“Dia kenapa?” batin Isyana melirik Lana.

Pemandangan yang sangat jarang bisa Isyana liat, melihat suaminya tidur di atas kasur. 

Isyana mencoba mengalihkan pandanganya dan berusaha cuek, tapi Lana semakin terdengar gelisah.

Isyana kemudian bangun dan memeriksa. Di saat Isyana bangun dan mendekat ke suaminya, seketika itu lampu padam.

Untung di luar, bintang dan rembulan bersinar terang, sehingga kilaunya yang masuk melalui celah jendela masih membuat bayang- bayang Isyana bisa teraba indra mata. 

Saat Isyana hendak berbalik, ada tangan besar yang menariknya. Isyana pun terhuyung jatuh dan masuk ke dalam pelukan suaminya. 

“Lana!” pekik Isyana gelagapan. 

Rupanya obat yang mertua Isyana berikan adalah obat kuat dan penyubur dengan dosis tinggi. Itu obat yang Ibu Lana biasa berikan pada Tuan Wira yang sudah memasuki waktu senja. Obat bantu agar hubungan Tuan Wira dan istrinya tetap terjaga.

Isyana berusaha melepaskan tubuhya dari cengekraman suaminya. 

“Mika...!” lirih Lana justru semakin mengencangkan pelukanya pada Isyanya.

Sungguh kata yang mengiris hati Isyana. Di dalam kamar gelap itu, meski tangan Lana memeluknya erat yang dia panggil ternyata permpuan lain. 

“Lepaskan, Lana!” ucap Isyana kembali berusaha melepaskan diri.

Sayangnya Lana justru memutar tubuh Isyana agar berada di bawah kungkunganya. 

“Temani aku malam ini, Sayang!” ucap Lana meracau tidak sadar.

Lana bahkan merapatkan tubuhnya ke Isyana sehingga mereka berhimpitan. Isyana juga merasakan benda keras yang menempel.

Itu adalah pertama kalinya Isyana berdekatan dengan suaminya.

Isyana merasakan sesak dan ingin segera melepaskan diri, sayangnya Lana justru mendaratkan bibirnya dan melahap habis bibir Isyana. 

“Ini tidak salah kan? Dia suamiku kan?” lirih Isyana dalam hati menahan pedih dan akhirnya pasrah terhadap apa yang dilakukan suaminya. 

Meski dengan sadar Isyana tahu, di bayangan dan di otak Lana dirinya orang lain, bukan Isyana. 

“Aku berharap, kau akan bisa berbuat baik dan mencintaiku setelah ini, Lana!” batin Isyana saat Lana membuka paksa pakaian bawahnya. 

Malam itu, meski di bawah pengaruh obat, Lana berhasil menggagahi Isyana. 

Terpopuler

Comments

Nurmala

Nurmala

udh disiksa knp ga mau lari sihhh

2022-10-13

0

Nurma sari Sari

Nurma sari Sari

seharusnya kamu jgn tanda tangan, rmh itu satu2 nya warisan peninggalan orang tuamu, untuk kamu suatu saat nanti, seandainya kamu sdh GK tahan lagi bersama Lana. kamu bisa tinggal di rmh warisan orang tuamu itu

2022-09-27

1

AndyDee YuniNyong

AndyDee YuniNyong

emang keluar rumah tanpa ijin suami itu dosa. tapi kalau suda suaminya KDRT baik pergi. persetan dengan ayat lapuk bertahan kerana cinta. haha nunggu mati kali baru nyesal.

2022-09-19

0

lihat semua
Episodes
1 1. Seperti tahanan
2 2. Harapan
3 3. Kabur
4 4. Hidup Baru.
5 5. Teman Baru.
6 6. Istrinya pasti sangat cantik.
7 7. Mamiku Sakit
8 Intermesso
9 8. Kantor Pusat
10 9. Balapan.
11 10. Ragu.
12 11. Tekad Isyana
13 12. Sebuah Rencana.
14 13. Kehilangan Isyana.
15 14. Ayo Cerai.
16 15. Rencana 1
17 16. Mama Pulang
18 17. Perang dimulai.
19 18. Putus atau cerai?
20 19. Emosi.
21 20. Pupus.
22 21. Tidak diam diri
23 22. Gerebeg
24 23. Mika malu.
25 24. Putri Tersihir
26 25. Adnan terhasut
27 26. Balasan untuk Lana
28 27. Apa aku loser?
29 28. Hasutan
30 29. Aku Bersumpah.
31 30. Gembelll.
32 31. Cepat
33 32. Bomerang.
34 33. Mommy Ara
35 34. Identitas Isyana.
36 35. Beruntungnya...
37 36. Diabaikan.
38 37. Baru Sadar
39 38. Keputusan
40 39. Orang Tua Lana
41 40. Sumpah Ibu.
42 41. Doa Mommy Ara
43 42. Ketok Palu
44 43. Kapan Kamu Sadar Isyana
45 44. Jadi Wanita Berharga
46 45. Permintaan Nyonya Ara
47 46. Pupus
48 47. Bu Dini.
49 48. Bukan Cleaning Servis
50 49. Janji Bu Dini
51 50. Tidak Kenal
52 51. Harus dengan tujuan mulia.
53 52. Bertengkar hebat
54 53. Aku Tidak ingin lihat kamu lagi
55 54. Titip.
56 55. Kebakaran.
57 56. Mama mau ketemu
58 57. Omelet Sayur
59 58. Pertolongan.
60 59. Nikah Siri.
61 60. Saya Baru Bercerai 3 bulan ini
62 61. Besarkan anak ini
63 62. Buat Anakmu Bangga
64 63. Menang Bohay
65 64. Tidak Setuju
66 65. Putri Hak Binar
67 66. Dia sedang memilih jalan
68 67. Tetap Cari Ya Pah.
69 68. Where are you?
70 69. Sudah Siap.
71 70. Katakan
72 71. 5 Permintaan
73 72. Terkabul
74 73. Isyana kaget.
75 74. Ini Baru Orang Kaya
76 75. Itu si Gembel
77 76. Mobil jemputan.
78 77. Momy sedang tidur
79 78. Mommy Tidak Sakit Lagi
80 79. Kenal Akrab
81 80. Mulai bercabang
82 81. Aku Ikut Takziah Aja.
83 82. Apa itu anakku?"
84 83. Siapa Teteh sebenarnya?
85 84. Beda Istri Beda Rejeki
86 85. Biar Putri Kuat seperti tokoh Anime
87 86. Aku akan mengantarmu.
88 87. Atur Jadwal Kerja ke Kota B
89 88. Jangan kesana
90 89. Raih cita- citamu dulu.
91 90. Mau datang
92 91. Who Is Tante Bunga?
93 92. Merasa belum move on
94 93. Bagaimana mengajaknya?
95 94. Berapa Lama Move On?
96 95. Di depan Gerbang
97 96. Dia bergerak...
98 97. Nanti Tanya Daddy.
99 98. Mendadak ngatur.
100 99. Nyelonong.
101 100. Mengenang Istri
102 101. Kenapa Isyana di Situ?
103 102. Dosen Baru
104 103. Mamah Yang Bisa Lakukan
105 104. Masa naksir ob
106 105. Beli Skincare
107 106. Bu Wira lebih cerdik
108 107. Roti Untuk Putri
109 108. Suami itu apa sih?
110 109. Ambigu.
111 110. Kepercayaan Papa
112 111. Kejutan Mika
113 112. Nggak boleh lupa. Titik
114 113. Lana ingin hari ini
115 114. Kebetulan.
116 115. Cucuku
117 116. Bu Dini senang.
118 117. Suami Adalah.
119 118. Suami Itu menikah.
120 Majù Aja.
121 120. Misi
122 bukankah Kalian Sudah bercerai.
123 Emosi
124 Jawab Jujur ya.
125 Panggil Mommy.
126 Isyana Sekarang Kuliah
127 Diusir
128 Tugas Untuk Saka.
129 Bertemu
130 Provokasi
131 Dua Jemputan.
132 Nguping.
133 Gelang
134 Ingkar Janji
135 Kemana
136 Apa artinya Aku cemburu.
137 Jemput
138 Isyana sudah tahu
139 Sengaja.
140 Teteh Yang Sajikan
141 Modusin Balik.
142 Terong Belanda
143 Iyah.
144 Tidak Seperti Tukang Sayur
145 Mika!!!
146 Berubah bukan boneka
147 Mas Binar!
148 Jantungku mau lompat
149 Ada Perlu dengan Dina
150 Pelita.
151 Bu Wira mengadu.
152 Ganti Warna
153 Anak Nakal
154 Bakal Rindu
155 Mode Serius.
156 Cari Solusi
157 Binar melihatnya
158 Sindiran
159 Gudang Itu
160 kencan itu apa
161 Lembut
162 Mantap
163 Geram
164 Bukan anak Nakal
165 Tolong Papah
166 Asal Usul
167 Apa ini?
168 Dirigen.
169 Dimana Isyana.
170 Mika sehina itu
171 Isyana Takut
172 Berkedip
173 Laci
174 Akting bahaya
175 Bonus jadi Orang Gila
176 Mas Binar...
177 Pemberitahuan
178 Tunggu di luar
179 Isyana Bleng.
180 Balapan
181 final
182 Sudah lahir.
183 Bisa dibawa Pulang
184 Doa Uti
185 Siap
186 Akad Sah
187 Penjelasan- Intermesso
188 Bukan Mamahmu lagi
189 Dia Suamiku
190 BreastCare
191 Mas Sabar kok.
192 Drama
193 Balas dendam
194 Aduan ke Binar
195 Gerebek
196 Ditinggalkan
197 Tunggu Ya.
198 Siapa Adnan?
199 Kemana?
200 Buka Suara.
201 Pulang
202 Gantikan Dia
203 Bersamaku.
204 Kamarmu
205 Binar Nyebelin.
206 Maaf
207 Nggak ada solusi lain
208 Menang Putri
209 Taktik
210 Pemandangan.
211 Pulang ke Alamat asli.
212 Amanda
213 Ikhlas
214 Binar Tahu Alamatnya
215 Polisi.
216 Bapak.
217 Eksklusif
218 Bayar kesalahanmu
219 Tugas Amanda
220 Sesuai Pesanan
221 Siapkan Nama
222 Hoam...
223 Harus bahagia
224 Bicara serius
225 Pemecatan.
226 Bersyukur
227 Anak Asuh
228 Kemajuan.
229 Ke Luar Negeri
230 Pamitan
231 Bermanja.
232 Memegang kendali
233 Trik Binar.
234 Tidak Dibalas.
235 Bian
236 PHP
237 Malu
238 Nyebelin
239 Pinggir sungai
240 Selesai?
241 Tunggu
242 Mantan
243 Miss Atik
244 Rumah impian.
245 Istrimu
246 Menyatu
247 Serendah Itu?
248 Kandang Harimau
249 Tanda tangan
250 Suami Vs Istri
251 Menunggu Kabar
252 Kaget
253 Adil
254 Muka Tembok
255 Akal Bulus
256 Bonus
257 Keinginan Tuan Priangga
258 Pikir Nanti
259 Kebalikan
260 Tamat.
261 Sayonara
Episodes

Updated 261 Episodes

1
1. Seperti tahanan
2
2. Harapan
3
3. Kabur
4
4. Hidup Baru.
5
5. Teman Baru.
6
6. Istrinya pasti sangat cantik.
7
7. Mamiku Sakit
8
Intermesso
9
8. Kantor Pusat
10
9. Balapan.
11
10. Ragu.
12
11. Tekad Isyana
13
12. Sebuah Rencana.
14
13. Kehilangan Isyana.
15
14. Ayo Cerai.
16
15. Rencana 1
17
16. Mama Pulang
18
17. Perang dimulai.
19
18. Putus atau cerai?
20
19. Emosi.
21
20. Pupus.
22
21. Tidak diam diri
23
22. Gerebeg
24
23. Mika malu.
25
24. Putri Tersihir
26
25. Adnan terhasut
27
26. Balasan untuk Lana
28
27. Apa aku loser?
29
28. Hasutan
30
29. Aku Bersumpah.
31
30. Gembelll.
32
31. Cepat
33
32. Bomerang.
34
33. Mommy Ara
35
34. Identitas Isyana.
36
35. Beruntungnya...
37
36. Diabaikan.
38
37. Baru Sadar
39
38. Keputusan
40
39. Orang Tua Lana
41
40. Sumpah Ibu.
42
41. Doa Mommy Ara
43
42. Ketok Palu
44
43. Kapan Kamu Sadar Isyana
45
44. Jadi Wanita Berharga
46
45. Permintaan Nyonya Ara
47
46. Pupus
48
47. Bu Dini.
49
48. Bukan Cleaning Servis
50
49. Janji Bu Dini
51
50. Tidak Kenal
52
51. Harus dengan tujuan mulia.
53
52. Bertengkar hebat
54
53. Aku Tidak ingin lihat kamu lagi
55
54. Titip.
56
55. Kebakaran.
57
56. Mama mau ketemu
58
57. Omelet Sayur
59
58. Pertolongan.
60
59. Nikah Siri.
61
60. Saya Baru Bercerai 3 bulan ini
62
61. Besarkan anak ini
63
62. Buat Anakmu Bangga
64
63. Menang Bohay
65
64. Tidak Setuju
66
65. Putri Hak Binar
67
66. Dia sedang memilih jalan
68
67. Tetap Cari Ya Pah.
69
68. Where are you?
70
69. Sudah Siap.
71
70. Katakan
72
71. 5 Permintaan
73
72. Terkabul
74
73. Isyana kaget.
75
74. Ini Baru Orang Kaya
76
75. Itu si Gembel
77
76. Mobil jemputan.
78
77. Momy sedang tidur
79
78. Mommy Tidak Sakit Lagi
80
79. Kenal Akrab
81
80. Mulai bercabang
82
81. Aku Ikut Takziah Aja.
83
82. Apa itu anakku?"
84
83. Siapa Teteh sebenarnya?
85
84. Beda Istri Beda Rejeki
86
85. Biar Putri Kuat seperti tokoh Anime
87
86. Aku akan mengantarmu.
88
87. Atur Jadwal Kerja ke Kota B
89
88. Jangan kesana
90
89. Raih cita- citamu dulu.
91
90. Mau datang
92
91. Who Is Tante Bunga?
93
92. Merasa belum move on
94
93. Bagaimana mengajaknya?
95
94. Berapa Lama Move On?
96
95. Di depan Gerbang
97
96. Dia bergerak...
98
97. Nanti Tanya Daddy.
99
98. Mendadak ngatur.
100
99. Nyelonong.
101
100. Mengenang Istri
102
101. Kenapa Isyana di Situ?
103
102. Dosen Baru
104
103. Mamah Yang Bisa Lakukan
105
104. Masa naksir ob
106
105. Beli Skincare
107
106. Bu Wira lebih cerdik
108
107. Roti Untuk Putri
109
108. Suami itu apa sih?
110
109. Ambigu.
111
110. Kepercayaan Papa
112
111. Kejutan Mika
113
112. Nggak boleh lupa. Titik
114
113. Lana ingin hari ini
115
114. Kebetulan.
116
115. Cucuku
117
116. Bu Dini senang.
118
117. Suami Adalah.
119
118. Suami Itu menikah.
120
Majù Aja.
121
120. Misi
122
bukankah Kalian Sudah bercerai.
123
Emosi
124
Jawab Jujur ya.
125
Panggil Mommy.
126
Isyana Sekarang Kuliah
127
Diusir
128
Tugas Untuk Saka.
129
Bertemu
130
Provokasi
131
Dua Jemputan.
132
Nguping.
133
Gelang
134
Ingkar Janji
135
Kemana
136
Apa artinya Aku cemburu.
137
Jemput
138
Isyana sudah tahu
139
Sengaja.
140
Teteh Yang Sajikan
141
Modusin Balik.
142
Terong Belanda
143
Iyah.
144
Tidak Seperti Tukang Sayur
145
Mika!!!
146
Berubah bukan boneka
147
Mas Binar!
148
Jantungku mau lompat
149
Ada Perlu dengan Dina
150
Pelita.
151
Bu Wira mengadu.
152
Ganti Warna
153
Anak Nakal
154
Bakal Rindu
155
Mode Serius.
156
Cari Solusi
157
Binar melihatnya
158
Sindiran
159
Gudang Itu
160
kencan itu apa
161
Lembut
162
Mantap
163
Geram
164
Bukan anak Nakal
165
Tolong Papah
166
Asal Usul
167
Apa ini?
168
Dirigen.
169
Dimana Isyana.
170
Mika sehina itu
171
Isyana Takut
172
Berkedip
173
Laci
174
Akting bahaya
175
Bonus jadi Orang Gila
176
Mas Binar...
177
Pemberitahuan
178
Tunggu di luar
179
Isyana Bleng.
180
Balapan
181
final
182
Sudah lahir.
183
Bisa dibawa Pulang
184
Doa Uti
185
Siap
186
Akad Sah
187
Penjelasan- Intermesso
188
Bukan Mamahmu lagi
189
Dia Suamiku
190
BreastCare
191
Mas Sabar kok.
192
Drama
193
Balas dendam
194
Aduan ke Binar
195
Gerebek
196
Ditinggalkan
197
Tunggu Ya.
198
Siapa Adnan?
199
Kemana?
200
Buka Suara.
201
Pulang
202
Gantikan Dia
203
Bersamaku.
204
Kamarmu
205
Binar Nyebelin.
206
Maaf
207
Nggak ada solusi lain
208
Menang Putri
209
Taktik
210
Pemandangan.
211
Pulang ke Alamat asli.
212
Amanda
213
Ikhlas
214
Binar Tahu Alamatnya
215
Polisi.
216
Bapak.
217
Eksklusif
218
Bayar kesalahanmu
219
Tugas Amanda
220
Sesuai Pesanan
221
Siapkan Nama
222
Hoam...
223
Harus bahagia
224
Bicara serius
225
Pemecatan.
226
Bersyukur
227
Anak Asuh
228
Kemajuan.
229
Ke Luar Negeri
230
Pamitan
231
Bermanja.
232
Memegang kendali
233
Trik Binar.
234
Tidak Dibalas.
235
Bian
236
PHP
237
Malu
238
Nyebelin
239
Pinggir sungai
240
Selesai?
241
Tunggu
242
Mantan
243
Miss Atik
244
Rumah impian.
245
Istrimu
246
Menyatu
247
Serendah Itu?
248
Kandang Harimau
249
Tanda tangan
250
Suami Vs Istri
251
Menunggu Kabar
252
Kaget
253
Adil
254
Muka Tembok
255
Akal Bulus
256
Bonus
257
Keinginan Tuan Priangga
258
Pikir Nanti
259
Kebalikan
260
Tamat.
261
Sayonara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!