Aku berjalan memasuki ruang kerjaku dengan perasaan kesal yang teramat sangat. Bisa-bisanya ada seorang gadis yang berani menolakku secara terus menerus.
Plak! Plak! Aku membanting beberapa buah buku tebal yang ada di atas meja kerjaku dengan keras ke lantai.
"Sial! Gadis itu benar-benar membuatku seperti pria yang tidak punya harga diri. Berani-beraninya dia membuatku mengemis-ngemis padanya."
"Arg-" Baru saja aku ingin kembali membanting benda-benda lain untuk meluapkan segala kemarahanku, namun tiba-tiba saja ponselku berdering di dalam saku celanaku.
"Siapa lagi yang berani meneleponku disaat seperti ini? Tidak tahu apa kalau aku sedang marah?" gumamku seraya merogoh ponsel yang ada di dalam saku celanaku. Setelah aku cek, rupanya William yang menghubungiku.
"Ada apa?!" bentakku.
"Ma-maaf, Tuan. Sa-saya ... saya hanya ingin menyampaikan informasi bahwa ...."
"Bahwa apa?! Cepat katakan! Atau kamu mau aku pecat?!" ancamku. Disaat marah seperti ini, aku memang butuh tempat untuk melampiaskannya.
"Ti-tidak, Tuan. Sa-saya hanya ingin mengatakan bahwa ibunya nona Rania baru saja masuk rumah sakit dan harus segera menjalani operasi," jawabnya cepat. Mungkin dia takut aku kembali memarahinya.
Sejenak aku terdiam, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh William barusan. Setelah mengerti, aku akhirnya bisa mengembangkan senyumanku. Kabar yang disampaikan oleh William bagai sebuah angin segar yang bisa menghempaskan segala amarahku hanya dalam waktu sekejap.
Jika ibunya saat ini sedang masuk rumah sakit dan harus segera menjalani operasi, itu artinya, bertambah lagi satu bebannya yang membutuhkan biaya besar. Kalau sudah seperti ini, gadis itu tidak punya pilihan lain lagi, mau tidak mau terpaksa dia harus menyerahkan diri padaku agar dia bisa segera mendapatkan sejumlah uang untuk melunasi semua hutang dan biaya pengobatan ibunya di rumah sakit.
Setelah aku memutus sambungan teleponku dengan William, aku pun segera menghubungi Roy.
"Roy, datang ke ruang kerjaku sekarang juga," titahku.
Sekarang aku sudah duduk di balik meja kerjaku. Aku mulai menyalakan komputer untuk mengintip apa saja yang sedang di lakukan oleh gadis itu saat aku tinggal seorang diri di dalam sana.
"Ck, kenapa dia tidak mau berhenti menangis juga sih? Apa aku terlihat sebegitu menjijikkannya di matanya sehingga untuk melayaniku dengan bayaran tinggi saja dia tidak sudi," gumamku. Aku tidak habis pikir dengan cara berpikir gadis yang satu ini. Disaat para gadis di luar sana memuja dan mendambakan aku, dia malah sebaliknya.
Saat aku tinggal, dia bahkan tidak beranjak dari tempat tidur sedikit pun. Rupanya ancamanku tadi tidak begitu berpengaruh untuk membuatnya segera beranjak masuk ke dalam kamar mandi membersihkan diri lalu mempersiapkan dirinya untuk melayaniku nanti. Benar-benar gadis yang sangat keras kepala. Apa dia belum tahu bagaimana keadaan ibunya sekarang? Jika dia sudah tahu, tidak mungkin 'kan dia tega membiarkan ibunya menderita melawan penyakit yang tengah menggerogoti tubuh ibunya saat ini.
Tok tok tok!
Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar. Aku yakin, itu pasti Roy yang datang.
"Masuk!" teriakku.
Setelah Roy masuk dan menghadap di depan mejaku, dia pun bertanya, "Ada apa Tuan memanggil saya?"
"Roy, aku ingin kamu melakukan sesuatu untukku."
B e r s a m b u n g ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Sheeon
baru kali ini karaan dibuat kelimpungan sama perempuan ya. kelabakan. dapat lawan dia. Dimata Rania Karaan cuma menang duit doang, ya..
2023-01-14
2
Fenty Izzi
rupanya cinta... opsesi dn nafsu kaaran sudah memenuhi otaknya... hingga dia tidak bisa bersabar dn berfikir jernih😁
2022-08-15
0
Anastasia Anastasia
nafsu bejat karran membuat otaknya picik
2022-06-16
0