"Lepaskan aku. Kalau tidak, aku akan berteriak!"
"Teriak saja sampai suaramu habis. Kalau pun ada yang mendekat ingin menolongmu, aku hanya tinggal bilang saja bahwa istriku kabur dari rumah karena cemburu pada wanita lain," ucapku tidak mau kalah.
"Laki-laki brengsyek! Lepaskan!" teriaknya lagi.
Rupanya dia tidak gentar pada ancamanku, malah justru kembali berteriak. Kalau sudah seperti ini, lebih baik aku segera menggendongnya masuk ke dalam mobil. Gadis ini terlalu berani dan keras kepala. Dia benar-benar tidak takut padaku sama sekali.
"Akh!!! Lepaskan aku!!! Lepaskan aku pria brengsyek!!!" Dia berteriak dengan keras sambil memukul-mukul dadaku saat dia menyadari bahwa kakinya tidak lagi berpijak pada tanah. Ya, sekarang aku sedang menggendongnya ala bridal.
"Pak!!! Tolong saya Pak!!! Saya mau diculik!!!" Dia berteriak dengan keras pada siapa pun yang kami lewati. Dan memang, orang-orang itu tengah memperhatikan ke arah kami berdua.
Tentu saja suara teriakannya yang sangat keras memekik telinga itu mengundang perhatian banyak orang untuk mendekat. Orang-orang pasti penasaran, sebenarnya ada apa dengan kami berdua. Apakah benar saat ini aku sedang berbuat jahat pada gadis ini atau tidak.
"Jangan percaya, Pak. Istri saya memang begitu kalau lagi cemburu. Dia langsung kabur dari rumah, jadi terpaksa saya harus membawanya pulang dengan cara paksa seperti ini." Aku berkata pada orang-orang yang sudah mendekat ke arah kami. Mungkin sebagian dari mereka datang untuk menolong gadis ini dariku.
Mendengarku berkata seperti itu, orang-orang yang mendekat langsung mengurungkan niat mereka. Mana mungkin orang luar berani mencampuri urusan rumah tangga orang lain.
"Sebaiknya masalah keluarga itu dibicarakan baik-baik. Kalau ada masalah, tinggal diselesaikan di atas tempat tidur," ujar salah seorang bapak-bapak yang ikut mendekat menyaksikan kami.
Sepertinya orang-orang sudah tertipu dengan ucapanku. Mereka benar-benar mengira bahwa kami ini memang sepasang suami istri.
"Betul sekali. Saya suka saran Bapak," ucapku lalu tertawa.
Memang itu yang ingin aku lakukan pada gadis ini, Pak. Gumamku dalam hati. Membayangkannya saja sudah cukup membuatku kembali bersemangat. Setelah berpuasa selama 8 hari, sebentar lagi aku akan segera melakukan pelepasan.
"Pembohong! Pembohong besar! Jangan harap kamu bisa menyentuhku! Jangan mimpi! Argh!!!" teriaknya lalu kembali meronta di dalam gendonganku.
Seharusnya aku yang berkata seperti itu, bukan gadis ***** ini. Harusnya dia yang tidak boleh bermimpi untuk lepas dariku, karena mulai detik ini, dia tidak akan aku biarkan lepas dari sisiku.
Aku mempercepat langkahku berjalan menuju mobil. Aku mencoba mengabaikan dia yang tidak bisa diam dan terus memakiku sedari tadi. Bukan hanya itu, dia bahkan menggigitku. Untungnya, pakaian yang aku kenakan cukup tebal.
"Diam. Berhenti memberontak kalau kamu tidak mau kepalamu terbentur di badan mobil," ucapku sebelum akhirnya aku menggendongnya masuk ke dalam mobil.
Untuk sementara dia menuruti apa kataku. Mungkin dia benar-benar takut kepalanya sampai terbentur di badan mobil hingga pingsan.
Tapi begitu kami sudah masuk ke dalam mobil, dia kembali berteriak dan memberontak. Gadis *****. Sudah seperti ini dia masih saja tetap berusaha melawan. Benar-benar gadis yang pantang menyerah. Menarik.
Mungkin karena sudah lelah berteriak dan memberontak, sekarang dia malah memilih menangis di dalam dekapanku. Aku mendekapnya dengan sangat kuat, tidak akan aku biarkan dia mendapat kesempatan untuk kabur meski pun mobil yang kami tumpangi sudah melesat di jalan raya. Takut dia tiba-tiba main drama-dramaan melompat dari dalam mobil yang tengah melaju cepat seperti film action.
Mobil yang dikemudikan oleh Roy melaju pesat menuju villa. Tapi hingga detik ini, dia belum juga berhenti menangis. Padahal, sudah belasan menit berlalu.
"Sudahlah, berhenti menangis, karena aku tidak akan memiliki belas kasihan padamu. Apalagi membiarkan kamu lepas begitu saja," ucapku. "Aku sudah bersusah payah mencarimu hingga kamu berhasil aku tangkap."
"Tolong lepaskan aku, aku mohon ..." pintanya sambil terus menangis.
"Jangan mimpi, diam saja. Aku tidak suka bertindak kasar pada perempuan. Tapi jika kamu terlalu keras kepala, maka terpaksa aku harus melakukan sesuatu untuk membuatmu menurut," ancamku agar dia segera diam.
Mendengarnya menagis tiada henti benar-benar membuatku semakin merasa bersalah. Tapi meski pun begitu, aku tetap tidak rela melepaskannya. Dia harus menjadi milikku.
Aku semakin mengeratkan pelukanku padanya. Entah mengapa, dari lubuk hatiku terdalam berkata, aku ingin melindungi gadis ini.
B e r s a m b u n g ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Shenaylin..😌😌
😂😂😂😂🤣
2024-08-07
0
Ajusani Dei Yanti
kran pipa🤭🤭🤭😅
2022-10-17
2
Marlinda Ramlee
laki2 brngset lepaskn.....😐🤨
2022-09-08
0