Amber menarik tangan sang adik tiri kearah toilet. Ia mengunci pintu toilet tersebut. Ia sudah terlalu bersabar menghadapi sikap semena-mena dua benalu, penyebab hancurnya kehidupan keluarga yang sangat bahagia dulunya.
Amber akan memberikan wanita ini efek jera agar tidak menginjak-injak harga dirinya lagi.
Dia harus membungkam mulut kotor gadis ini, yang sudah merebut kasih sayang sang daddy. Gadis yang menyembunyikan, wajah aslinya di balik sikap polos dan lembutnya. Amber akan membuat gadis ini tidak bisa, menganggunya lagi dan menjadi pengacau dalam kehidupannya kelak bersama kekasihnya.
Amber terhenyak, mengingat sang kekasih yang menyuruhnya tetap diam di tempatnya, tapi apa yang ia lakukan malah meninggalkan tempatnya tadi.
Amber ingin segera memberikan pelajaran buat gadis ini dulu, setelah itu kembali ketempatnya semula.
"Lepaskan.!" Lirih seorang gadis yang kini sedang menunduk diatas wastafel dengan kepala ditekan kuat. Kulit kepalanya seakan-akan dikuliti oleh tarikan yang Amber lakukan padanya.
"Sakit," ringisnya.
"Sakit? Apa kau tau, kalau aku lebih sakit dari ini." Bisik Amber dan menenggelamkan wajahnya adik tirinya itu, di dalam wastafel berisi air. Amber menekan kuat kepala adik tirinya, setelah di rasa cukup, Amber menarik kembali rambut adik tirinya itu dengan kasar.
Sedangkan Liliana hanya bisa menepuk-nepuk tangannya diatas lantai westafel. Nafasnya seakan habis dan jantungnya seakan ingin berhenti berdetak.
"Huhk, huhk, huhk."
Liliana terbatuk-batuk, dengan wajah yang sudah merah. Ia mengatur nafasnya yang sesak.
"Lepaskan, aku.!! Lirihnya dengan bibir gemetar dan raut wajahnya sudah memucat.
Amber tersenyum sinis dan ia kembali menarik rambut adik tirinya dan menghantamkan kearah cermin besar yang tertempel di dinding, di atas westafel.
"Prangg." Cermin wastafel itupun pecah dan berjatuhan di lantai bersamaan dengan cairan merah segar yang berbau amis menetes dari kepala Liliana.
Gadis itu langsung tergulai lemas diatas lantai yang terdapat remahan kaca.
Liliana menatap Amber dengan raut wajah ketakutan, penglihatannya sedikit demi sedikit mengabur, tapi tarikan di rambutnya kembali menyadarkan dirinya.
"Bukankah, kau mengatakan padaku kalau aku adalah anak terbuang dan terabaikan? Jadi kenapa kalian berharap padaku untuk membuat hidup kalian sejahtera. Aku bukan wanita bodoh dan lemah, yang rela menjadi tumbal keserakahan kalian. Kenapa bukan kau saja yang menikahi pria tua itu? Bukankah kau sangat menyukai harta? Aku pikir kau pantas menikahi pria tua kaya itu. Darimana kau menjajahkan tubuhmu pada pria muda secara gratisan, lebih baik kau menjual dirimu saja pada pria tua kaya raya itu." Bisik Amber dingin penuh tekanan dan aura menakutkan.
"Tapi aku bukan anak daddy, Ken.!" Lirih gadis itu di tengah-tengah kesadarannya.
"Memang kau bukan anaknya, tapi karena mu dan ibumu, aku harus kehilangan mommy dan sosok daddy. Bukankah kau dan ibumu lah, yang menghabiskan harta tuan kenn untuk berfoya-foya? Jadi harusnya kau yang bertanggungjawab. Jangan menjadi benalu di hidup orang lain, jadilah orang yang punya harga diri dan kehormatan. Oh iya, kaukan tidak memiliki harga diri, dan kau hanya seorang jaaalang kecil yang menjijikkan." Bisik Amber lagi dengan nada hinaan.
"Jaga mulut, wanita sialan." Maki Liliana, dengan suara ringisan dan getaran takut.
"Wow. Ternyata nyali mu besar juga."
"Bagaimana kalau aku menghabiskan nyawa disini. Orang akan berpikir kau berusaha bunuh diri. Aku akan membantumu melompat dari lantai atas kelantai dasar." Bisik Amber. Kekehan Amber membuat wajah Liliana bergetar takut.
"T-tidak. Tolong lepaskan aku." Mohon Liliana.
"Kumohon lepaskan aku.!"
"Amber lepaskan aku.!"
Amber tidak memindai permohonan Liliana. Ia kembali melukai adik tirinya itu, dengan menggores wajah dan leher adik tirinya. Ia juga melukai sekujur tubuh adik tirinya.
Kini gadis malang itu terkapar dilantai kamar mandi, dengan darah yang berhamburan kemana-mana.
Liliana kini sudah tak sadarkan diri. Entahlah dia masih hidup atau sudah mati, di lihat dari tubuhnya dan luka ia dapat begitu parah.
"Selamat menikmati, hari-hari indah mu adik tiri.
Setelah membereskan kekacauan dan meletakkan adiknya di salah satu toilet di kamar mandi tersebut. Amber meninggalkan tempat itu dengan rat wajah santai seakan tidak terjadi apa-apa.
Dari jauh Amber dapat melihat punggung kokoh kekasihnya yang sedang menunggunya sambil memindai iPad ditangannya.
"Kita pulang.!"ajak Amber.
"Hum. Ayo." Sahut Bram cepat.
Amber pun mengambil tasnya dan juga jaketnya.
Sementara Bram meraih tas milik Amber dan membawanya dia juga meraih tangan kekasihnya itu dan menarik-narik lembut keluar dari lestauran.
Ia tidak ingin bertanya apapun pada wanitanya ini, ia tidak mau membuat mood wanitanya kembali memburuk.
Bram membantu Amber memasuki mobil dan melakukan perlakuan manis yang biasa ia lakukan sebelum memasuki mobil.
Setelah menyakinkan wanitanya duduk dengan tenang Bram pun, memasuki mobil dan duduk di balik kemudi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Muhammad Iqbal
amber wanita kuat... tapi bisa lembek ditangan Bram..
2022-12-31
0
Novie Achadini
gue suka sosok ambet yg nggak mau ditindas. brani dan jagoan good author
2022-12-20
0
Darsih suranto
Amber tegas bgt.smg kamu g jd wanita lemah
2022-08-11
1