Usai menghabiskan sarapan nya, kini Nisa memilih untuk duduk di depan ruang tv. Menonton sambil menikmati cemilan kesukaan nya, inilah surga yang sesungguhnya bagi Nisa.
"Kamu gak keluar hari ini?" tanya Bastian yang sudah rapi dengan pakaian kerja nya.
"Enggak, perut aku masih sakit." jawab nya tanpa menatap ke arah Bastian, karena matanya masih fokus menatap layar televisi, "Kamu pulang jam berapa?" tanya nya dan kali ini ia mengalihkan pandangan nya menatap sang suami.
"Entahlah, mungkin malam, karena aku akan ada dua operasi hari ini." jawab Bastian sambil memakai jam di tangan nya.
"Sama dokter kemaren?" tanya Nisa berdecak dan langsung memalingkan wajah kembali menatap televisi.
"Dokter siapa?" tanya Bastian mengerutkan dahinya, "Kau masih cemburu dengan dokter Widhi?"
"Dih, siapa juga yang cemburu. Aku cuma tanya, ingat yah cuma tanya!" tekan Nisa memberengut kesal.
"Lama lama aku panggil Sayang juga nih kalau cemburuan," celetuk Bastian terkekeh dan menggelengkan kepala.
Entah itu hanya candaan atau tulus dari hati Bastian, tapi nyatanya mendengar celetuk kan Bastian, mampu membuat wajah Nisa merona dan terasa sedikit panas.
"Dokter Widhi itu adik kelas ku saat SMA. Adik kelas Kiara juga, kamu bisa tanya sama dia, dia tahu kok. Dan Dokter Widhi kerja di rumah sakit sebagai dokter kandungan, jadi beda jalur dengan ku." Jelas Bastian lalu duduk tepat di sebelah Nisa, namun gadis itu masih seolah tidak perduli. Matanya masih fokus menatap televisi dengan tangan yang terus memasukkan cemilan ke dalam mulut.
"Dan soal kemarin, dia datang karena kakaknya kecelakaan, ada masalah serius jadi harus di operasi. Dan kebetulan operasi itu aku yang pegang, jadi dia menemui ku kemarin."
"Iya, nemuin tapi sampai kaya gitu!" cetus Nisa kembali kesal membayangkan posisi Bastian dan dokter Widhi tempo hari.
"Astaga, itu hanya reflek. Dia mau mengambil pulpen yang jatuh." Bastian berusaha meluruskan kesalahpahaman hang terjadi antara dirinya dan Nisa. Namun, entah mengapa mendengar penjelasan Bastian tidak membuat Nisa merasa lega atau percaya.
"Sudahlah Bas, gak perlu jelasin apa-apa. Mending buruan kamu berangkat kerja sana," usir Nisa menghela napas nya kasar.
"Astaga, kamu masih gak percaya padaku?"
"Bukan gak percaya, tapi entahlah. Aku cuma lagi diem aja, udah sana. Harusnya kamu gak usah jelasin apa-apa, biar aku masih ada alasan untuk marah sama kamu!" cetus Nisa berdecak kesal.
"Jadi benar kamu marah? cemburu?" sebuah senyum langsung terbit di wajah Bastian saat mendengar pengakuan dari Nisa.
"Eh, bu—bukan gitu juga. Tau ah, udah sana pergi! Dokter Widhi sudah menunggu!" sindir nya, lalu ia meletakkan makanan nya dengan kasar di meja.
Beranjak dari sofa, ia hendak pergi ke kamar. Namun dengan cepat Bastian menarik tangan nya hingga membuat Nisa kini terduduk menyamping di paha Bastian.
"Marah? Cemburu? gak suka? benci? terus apa lagi?" tanya Bastian setengah berbisik, mata keduanya saling menatap hingga membuat jantung keduanya berdetak tak menentu.
"A—aku gak cemburu! apalagi marah, a—aku .emmmtthhh ... "
Nisa langsung membulatkan matanya dengan sempurna saya tiba tiba ia merasakan ada sebuah benda basah dan kenyal hinggap kembali di bibirnya. Ini, ini adalah rasa yang sama dengan apa yang ia rasakan di awal pernikahan tepatnya di malam pertama nya.
"Aku suka lihat kamu marah dan cemburu," bisik Bastian setelah melepaskan penyatuan bibir nya.
Sementara Nisa? jangan tanya, gadis itu masih terkejut sampai tak bisa mengatakan sepatah kata apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Sweet Girl
sepitceles gitu katanya 🤣🤣
2022-09-07
2
Ainal Fitri
mulai ad perubahan ya...sedikit demi sedikit lama lama jd bukit wkwkwk
2022-05-27
6
TK
bagus
2022-05-25
1