Kakak ipar

“Nis, kamu nginep aja disini, udah malem loh,” kata Kiara sambil menggendong baby Kai, sementara Nisa, ia duduk sambil memangku baby Kia. Kini, keduanya masih berada di dalam kamar si kembar. Sementara Ken sedang bermain bersama papa nya, di dalam kamar sebelah.

“Gak tahu Kak, Nisa ikut gimana Bastian aja,” jawab nisa tanpa menatap kakak ipar nya, matanya masih fokus menatap bayi mungil yang berada di pangkuan nya dengan sesekali tangan nya menyentuh pipinya yang begitu lembut.

“Kamu gak pengen Nis?” tanya Kiara dengan suara sedikit menggoda, membuat Nisa langsung tersenyum getir dan mendongakkan kepala nya sekilas, “Nis, boleh aku bertanya sedikit sama kamu?” tanya Kiara lagi sedikit ragu.

“Apa kak? Tanya saja,” jawab Nisa santai.

“Kamu sama Bastian udah duet belum?” bisik Kiara mendekatkan kepalanya di samping telinga Nisa.

“Duet? Kakak pikir kami mau konser atau main film pakai duet segala,” decak Nisa menggelengkan kepala.

“Maksud ku, kamu sekarang masih perawan apa sudah jebol,” kata Kiara mendetail membuat Nisa langsung menatap nya horor, “Aku hanya bertanya Nis, kalau di pikir pernikahan kamu sama Bastian sudah hampir setengah tahun kan, dan kamu belum ada tanda tanda hamil. Dan satu lagi, aku belum lihat kamu jalan pinguin.”

“Astagfirullah, kak Kiara kenapa ckck,” Nisa sampai menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Kiara yang membuatnya merasa malu.

Memang benar, usia pernikahan nya kini sudah berjalan hampir enam bulan, namun hingga kini dirinya memang masih perawan. Hubungan nya dengan Bastian memang sudah tidak seperti dulu awal menikah. Kini mereka lebih dekat dan saling terbuka, mungkin lebih tepatnya bersahabat, namun untuk ke jenjang lebih lanjut seperti berhubungan suami istri, mereka belum berani. Jangankan untuk berhubungan, hanya sekedar ciuman saja mereka masih canggung. Dan ciuman pertama mereka lakukan di malam pertama, itu pun karena berawal dari pertengkaran.

“Dih, malah bengong.” Kiara menepuk bahu Nisa perlahan agar menyadarkan adik ipar nya namun tidak membangun kan putra nya, “Nis, apa kamu belum mencintai Bastian?”

“Kak, aku—“

“Tidak apa Nis, aku tahu ini memang masih berat untuk kalian. Dan aku tahu sulit kan pasti, aku dulu sama Kai juga begitu. Kami di jodohkan, aku dulu tidak mengenal siapa Kai, aku malah bersahabat dengan suami kamu, tapi aku menikah dengan kakak nya,” kata Kiara terkekeh mengingat kembali kenangan nya dulu.

“Kakak sudah lama mengenal Bastian?” tanya Nisa sedikit terkejut, kini pertanyaan nya terjawab sudah, pantas saja ia merasa bahwa Bastian dan Kiara sangat dekat. Bahkan kedekatan mereka melebihi seorang kakak dan adik ipar, dan kini Nisa baru tahu bahwa Kiara pernah bersahabat dengan Bastian.

“Kami bersahabat lumayan lama Nis, kamu bisa tanyakan apapun tentang dia ke aku.Bahkan aib nya saat SMA aku masih menyimpan nya,” kata Kiara tersenyum menyeringai.

“Kak Kiara bisa ceritakan sama Nisa, bagaimana dulu Bastian? Apakah dia juga sama menyebalkan nya seperti sekarang?” tanya Nisa begitu antusias.

“Dulu—“

Cklek!

Belum sempat Kiara bercerita, suara pintu terbuka membuat nya mengurungkan niat bercerita. Kai masuk dengan membawa dua botol susu untuk kedua bayinya. Ya, hari sudah lumayan malam, mungkin sekitar jam delapan, dan saat nya baby twin K untuk meminum susu. Bukan Kiara tidak mau meng-ASI in mereka, hanya saja asi Kiara tidak cukup, maka dari itu ia di bantu oleh sufor.

“Kak, kalau gitu Nisa pamit dulu deh, udah malem juga, mau cari Bastian.” Kata Nisa sambil meletakkan baby Kia dengan perlahan di tempat tidur.

“Suami kamu masih tidur kayaknya Nis, kamu bangunin gih, kalian belum pada makan juga kan?” tanya Kai dan di balas anggukan kepala oleh Nisa.

Ia segera keluar dan menuju kamar suaminya untuk membangunkan bastian yang memang benar masih tertidur pulas dengan posisi memeluk guling begitu erat.