BAB 4

😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁

Pemuda berumur 20 tahun berjalan gontai masuk ke dalam sebuah rumah. Pikirannya kacau balau akibat perbuatannya sendiri yang menunjukan foto sepupu wanitanya kepada temannya, kalau itu adalah pasangan kencan bebasnya. Naasnya lagi, ia sudah terlanjur membuat janji untuk ketemuan dan bertukar pasangan kencan, semua itu hanya karena keegoisannya yang tidak mau kalah dari sang teman.

"Pulang-pulang udah lemas aja kau, Bar!" sapa Butet yang sedang duduk santai bersama Liana ketika Barno muncul.

"Bocah nggak boleh keluar malam-malam! Akibatnya begitu tuh, masuk angin jadinya, makanya kamu lemas," sambung Liana mengejek.

"Barno kita sudah dewasa, jadi dia nggak bakalan mendengarkan omongan kita," ejek Butet lagi

"Telepon orang tuanya, dan bilang jangan mengirim uang jajan lagi." Liana tertawa lebar.

Walau sudah sering mendapat ejekan, tapi kali ini sangat berbeda karena ia sekarang sedang mengalami sebuah dilema.  Barno pun menjadi sangat kesal mendengar ledekan kedua paribannya  itu.

"Sialan! Kalian benar-benar nggak jelas, buang-buang waktuku aja ngomong sama kalian!" bentak Barno.

"Hei. Beraninya kali kau ngomong kayak gitu sama kita, nggak kumasakkan nasi kau nanti, baru tau rasa kau!" bentak Butet.

"Kau pikir, kau sudah dewasa sekarang! Mau melawan kita, ya!" sambung Liana dengan emosi.

Akan tetapi, Barno tidak peduli dan memilih untuk masuk kedalam kamar, ia langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Pikirannya kalut karena sudah terlanjur menunjukkan foto Liana sebagai pasangan kencannya kepada Suhut. Parahnya lagi, Suhut mengajaknya untuk ketemuan lagi dan membawa pasangan masing-masing.

"Kam-pret, lah! Gimana caranya aku mengajak Liana jalan-jalan. Apalagi dia orangnya begituan, suka bikin kesal, dia paling suka jahilin aku semenjak kami kecil. Ah…. Apa yang harus aku lakukan!" gerutu Barno penuh penyesalan, ia menyapu wajah dengan kedua telapak tangannya, berharap sebuah ide muncul untuk menyalatkan harga dirinya dari Suhut.

"Mereka berdua bakalan membunuhku, kalau tau aku memperkenalkan Liana sebagai pasanganku pada orang lain." batin Barno.

Kepalanya mulai terasa sakit karena terus berpikir untuk mencari solusi dari masalahnya. Barno tidak ingin mengaku kalah dari Suhut, harga dirinya sebagai lelaki dipertaruhkan, ia tidak ingin terus-terusan menjadi bahan olok-olokan pemuda tersebut. Karena  lelah terus berpikir, Barno pun akhirnya terlelap.

Satu jam lebih telah berlalu, Barno terbangun karena rasa haus yang menyerangnya, ia pun keluar dari kamar untuk mengambil air minum di kulkas yang berada di ruang tengah. 

Ketika sedang membuka pintu kulkas yang berada di ruang tengah, ia melihat Liana tidur dengan posisi tengkurap dan kedua kaki terbuka lebar. Gadis itu mengenakan rok kembang pendek, sehingga celana dhalham gadis itu dengan sangat jelas bisa dilihat oleh Barno.

Mata pemuda itupun seketika cerah ketika melihat penampakan tersebut. Sambil meneguk air dalam botol, matanya terus memperhatikan selang**kangan Liana yang terbalut celana dhalham berwarna kuning tersebut.

"Butet ngapain ya, apa dia sudah tidur!" batin Barno dan memutuskan untuk pergi memeriksa kamar kakak sepupunya itu.

Pintu kamar Butet dibukanya dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara, ia melihat sepupunya itu sudah tidur dengan nyenyak. Kemudian ia kembali menutup pintu dan menuju ke tempat Liana yang sedang tidur di sofa.

"Hmm…. Dia membiarkan adiknya tidur sendirian di sini. Dasar saudara yang hebat."

Barno yang berdiri di samping Liana, terus memandangnya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Sekelebat ingatan pun muncul dalam benaknya, ketika Liana beberapa bulan berada di kota ini. 

Saat itu ia pergi ke kosannya Liana untuk mengantarkan makanan yang dikirim oleh orang tuanya dari kampung. Namun, ketika pintu kosannya baru saja terbuka sedikit, Barno langsung melihat pemandangan yang sangat menakjubkan, membuat jantungnya hampir berhenti berdetak.

Sungguh ia tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya, Liana sedang ber sehtyubuuuh dengan seorang pria, dan ia terlihat begitu mahir dan liar berada diatas tubuh pasangannya itu, dengan suara menjerit-jerit panjang, Liana menggoyang ping-gulnya layaknya penari dangdut.

"Pantas dia tidak mau gabung dengan kami dan memilih tinggal di kos-kosan yang notabenya wilayah bebas hambatan," batin Barno yang masih terus memandangi tubuh Liana yang terbaring di atas sofa.

😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

Terpopuler

Comments

NaMika

NaMika

yaampuunnn

2022-06-11

1

Anonymous

Anonymous

😂😂😂😂😂

2022-06-08

2

EL SHADAY

EL SHADAY

nungguin dangdutan nya 😁😁

2022-05-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!