***
Malam di Masion Gery...
Gabvin di panggil ke ruangan Gery, Ia mulai di tugaskan mengantarkan Elizha ke kamar yang telah di siapkan oleh Gery beberapa jam yang lalu. Meski heran pada apa yang mereka bicarakan tadi di dalam. Gabvin sama sekali tak mampu bertanya langsung pada Gery. Sebab melihat raut wajah Elizha saja sudah membuatnya yakin bahwa di dalam tadi, ada sebuah kejadian yang tak biasa atau malah ada sebuah pertengkaran di dalamnya. Begitu pikir Gabvin.
"Sudah sampai... malam ini, kamu tidur di sini dulu" Jelas Gabvin. Elizha tak berkomentar dan ia hanya mengangguk diam tak menatap atau membalas ucapan Gabvin.
"Kamu baik-baik saja kan?" tanya Gabvin. Lagi-lagi Elizha hanya bisa mengangguk diam. Gabvin yang makin kahawatir pada gadis itu pun mulai membukakan pintu kamar itu , lalu membiarkan wanita malang itu masuk.
"Ya udah. Masuklah... jangan banyak berfikir hal yang bukan-bukan. Nanti bisa mempengaruhi perkembangan janin dalam kandunganmu. Kamu ngerti kan?" Himbau Gabvin Khawatir. Elizha hanya mengabaikan Gabvin dan mulai masuk ke dalam kamar tersebut.
Gabvin pun menutup pintu tersebut dan membiarkan Elizha beristirahat. Namun, malam ini... Tak ada rasa kantuk dalam benaknya. Ia hanya menangis sejadi-jadinya di dalam kamar mewah tersebut. Bahkan Gabvin tak tahu jika hari ini, sahabatnya yang bernama Gery itu telah melakukan sebuah kesepakatan pra nikah pada wanita yang tak berdaya itu.
Gabvin berdiri di depan pintu, ia pun putuskan untuk mencari Gery dan mengajaknya ngobrol sambil berenang.
Kolam renang...
Byuur! Gabvin berenang bersama Gery, mereka tanding renang dan tetap saja Gery yang menang. Mereka pun mulai menepi ke pinggir kolam "Mau minum apa?" tanya Gabvin ke Gery yang belum naik ke permukaan begitupun Gabvin.
"Kopi hitam..." Jawab Gery simpel.
"Kenapa Kopi hitam? wisky lebih mantap di jam segini..." Jelas Gabvin.
"Nggak ah. Mending kopi aja..." Balas Gery.
"Ya udah, aku pesenin..." Gabvin mulai naik ke permukaan dan berjalan ke luar area kolam. Sedangkan Gery, ia masih meneruskan olahraga malamnya. Yakni berenang gaya bebas.
Beberapa saat kemudian, Gabvin datang membawa minuman yang di pesan Gery. Sedangkan minuman yang di pilih Gabvin adalah anggur merah kualitas tinggi.
"Hei brow. Nih pesananmu..." Teriak Gabvin. Gery pun mulai berenang cepat dan menghampiri Gabvin.
"Siapa nih yang bikinin?" tanya Gery.
"Gua lah. Siapa lagi?" Jawab Gabvin.
"Hem... pasti ada maunya..." Gumam Gery terdengar jelas oleh Gabvin.
"Tuh kamu tahu..." Balas Gabvin terkekeh.
"Trus mau loe apa?" Tanya Gery dengan sebuah gurauan.
"Minum dulu deh kopinya" Pinta Gabvin.
"Oke-oke... kalau nggak enak, gua potong gaji loe, paham?" Jelas Gery mempermainkan Gabvin.
"Sial. Sadis amat sih loe bos..." Cetuk Gabvin mendelik dengan wajah pucatnya.
Puuuuuhhh! Gery meniupi kopi yang masih panas itu, bahkan kepulan uap dalam cangkir yang di ganggamnya, mulai menyeruat keluar Sruuuppttt! Seteguk kopi itu masuk ke lidahnya yang tarasa dingin Gluk! hingga di telannya pelan "Kopi nya enak..." Imbuh Gery membuka matanya yang sedari tadi menikmati aroma kopi itu.
"Gue... Dilawan" Komen Gabvin sombong.
"Ia-ia, gue akuin deh, kopi racikan loe emang mantap" Tambah Gery tersenyum menyunginkan bibirnya.
"Nanti transper ya ke rek gue. Secara gitu, loekan puuas?" gurau Gabvin memulai percakapan yang entah kemana ujungnya.
"Dasar mata duitan!" Dengus kesal Gery.
"Oh ia brow. Langit malam ini cerah banget ya?" Tanya Gabvin.
" Nggg... ya, tapi... lama-lama dingin juga" Gery lekas meraih handuk kimono dan memakainya lekas, begitupun Gabvin. Mereka mulai duduk santai di kursi kolam renang.
"Nggak biasanya loe ajak gue berendam gini? Mau ngobrolin apa?" Slok Gery menatap Gabvin sayu. Ia bahkan seakan tahu apa yang ingin Gabvin utarakan.
"Nggak, gak ada kok... cuman, tadi... pas gue anterin kecengan loe ke masion ini. Dia semangat banget, tapi... barusan gue liat, ketika keluar dari kantor pribadi loe. Kok dia kayak yang down gitu ya? Apa ada yang tetjadi di dalam sana?" Tanya Gabvin sedikit membuka akses privasi pria agkuh itu.
Gery sedikit tercengang, ia mulai menyungingkan bibirnya "Heh" dengusnya, entah kesal entah heran ketika menyimak ungkapan Gabvin barusan.
"Lho, kenapa malah Heh. Nggak ada jawaban lain ya?" Tanya Gabvin kurang puas.
"Loe pingin tahu ya?" gurau Gery.
"Ya lah. Kan kita Basty..." Imbuh Gabvin menggoda.
"Nggak... tadi, gue udah mutusin buat nikahin dia" Jelas Gery sedikit tersenyum pahit.
"Trus?" Tanya Gabvin kurang puas.
"Trus gue ikat dia dengan sebuah surat perjanjian kontrak pra nikah" Jelas Gery. Gabvin sedikit tercengang "Serius loe?" Tanya Gabvin kaget.
"Ia lah... kapan gue boong sama loe" Imbuh Gery. Gabvin sedikit marah pada kelakuan sohibnya itu "Gila loe ya. Loe beneran lakuin itu ke seorang ibu hamil?" tanya Gabvin lagi sedikit menekan Gery dengan nada tingginya.
"Emang kenapa? ada yang salah?" balik tanya Gery.
"Gila loe. Ya salah lah Brow! Dia kan lagi hamil anak loe, nanti kalau dia sampai depresi dan keguguran gara-gara kelakuan loe, trus nanti gimana?" Jelas Gabvin. Gery malah tertawa "Hahahaha ayolah... Gabvin, loe perhatian amat sama tuh cewe. Padahal belum tentu juga anak di rahim cewe itu adalah anak gue. Aneh banget sih loe" Cetuk Gery merendahkan. Entah kenapa, mendengarkan kalimat itu, Hati Gabvin sedikit sakit.
Pantesan, cewe itu murung parah... alasannya si Gery merendahkannya abis-abisan. bathin Gabvin.
"Woy! Brow! Loe baik-baik aja kan?" Tanya Gery, dia sedikit khawatir. Sebab sesaat Gabvin terdiam seakan memikirkan sesuatu.
"Nggak. Gue mulai ke dinginan nih" Ucap Gabvin mulai berdiri. Sedangkan Gery ia masih terduduk diam, ia sedikit heran pada sahabatnya yang tiba-tiba Batmood ketika mendengar ketidak adilan yang Gery lakukan pada wanita yang kini meminta pertanggung jawabannya.
"Gue akan nikahin dia besok pagi..." Tiba-tiba kalimat itu terlontar dari mulut Gery. Dan membuat Gabvin terdiam sesaat sebelum beranjak meninggalkan Gery.
"Gue akan nikahin dia..." Tambahnya lagi. Gabvin lekas membalas "Syukurlah... bukankah itu yang wanita itu inginkan?" Balas Gabvin di iringi sebuah tawa palan.
"Ya. Meski pernikahan siri" Imbuh Gery. Gabvin hanya bisa menyungingkan bibirnya dan berkata "Selamat ya. Aku ucapkan semoga kalian bahagia..." Balas Gabvin seraya melangkah menjauhi Gery yang masih terduduk di kursi santainya.
"Hhhhhh..." helan napas panjang, Gery seakan terbelenggu oleh ulahnya sendiri. Di sisi lain ia harus mempertanggung jawabkan kelakuannya. Di sisi lain ia juga harus menikahi wanita yang sudah di tadirkan untuknya.
"Angel... jika kau tahu, diriku yang sebenarnya... sudah pasti, kau akan lekas meninggalkanku selamanya..." gumam Gery entah apa makna yang terkandung dalam kalimat tersebut.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments