***
Malam panjang mulai berlalu, pria itu melakukan pelepasan sebanyak tiga kali sepanjang malam dan membuat Elizha sungguh kewalahan. ****** milik Elizha terasa nyeri dan ngilu akibat serangan yang terus menerus dan tanpa henti. Tubuh Elizha terkulai lemas tak berdaya, sisa cumbuannya tertera di mana-mana. Entah mabuk atau apa, pria itu terus memeluk Elizha tetutama mendekap dua gunung kembar yang sintal padat milik Elizha.
Elizha menangis dalam heningnya malam hingga wajahnya sembab dan matanya bengkak juga lingkar hitam panda pun menjadi saksi ke biadaban pria yang kini menggaulinya habis-habisan.
"Hiks! Hiks! Kenapa... kenapa tuhan tak adil padaku!" Tangis Elizha menutup wajahnya dengan ke sepuluh jarinya.
Pria itu mulai bangun dan melonggarkan dekapannya "Hem... untuk apa kamu menangis, toh semalam kamu menikmatinya dan tak melawanku sama sekali" Jelas pria itu membisik di dekap daun telinga Elizha, bahkan karna terlalu dekat. Elizha bisa merasakan betapa panasnya hembusan napas pria itu.
"Jahat! Kau sungguh jahat! Kenapa kamu terlalu membenciku... padahal aku sama sekali tak punya masalah denganmu! Kenapa kamu tega merenggut segalanya dariku!" Teriak Elizha flustrasi.
"Heh. Apa dengan bicara demikian kau patut di kasihani?" Tanya pria itu terkekeh.
"Kau sungguh naif! Bahkan kau tak tahu, jika hasil dari hubungan kita malam itu... telah membuatku harus menanggung beban yang berat!" Bentak Elizha mulai bangun dan menatap pria itu juga mencecahnya.
"Beban...?" Kekeh pria itu mengolok.
"Ya. Beban! Aku hamil!" Teriak Elizha. Pria yang tadinya tertawa itu mulai terdiam.
"Ha-hamil?" Pria itu mulai terbata dan mematung.
"Ya. Aku hamil, aku bahkan tak punya kekasih... setelah malam itu, situasiku sungguh kacau. orang tuaku mengusirku dan di hari pertama aku bekerja, kau malah melakukan hal tak senono lagi padaku! Kau jahat!" Teriak Elizha memukul-mukul dada telanjang milik pria itu. Pria itu masih terdiam menerima amarah Elizha beserta air matanya. Tak lama setelah dada pria itu memerah,kedua tangan Elizha mulai di tahannya dan pria itu mulai menatap Elizha tajam "Apakah anak itu adalah milikku?" Tanya Pria itu menusuk.
"Apa maksudmu!" Balas Elizha mulai menitikan air matanya lagi tanpa suara.
"Heh. Apakah ada bukti jika anak di kandunganmu adalah milikku?" Tanya pria itu.
"Brengsek! kau pikir aku ini wanita apa!!" Marah Elizha meronta untuk melepaskan tangannya dari genggaman sang pria cabul itu.
"Heh. Bahkan kau tak bisa membuktikan siapa anak yang sedang kau kandung itu... ku pikir uang yang kau bawa dari dompetku sudah cukup untuk menutup mulutmu... anggap saja kita tak pernah melakukannya" Jelas pria itu. Mendengar kalimat itu, hati Elizha sungguh sakit sekali. Hingga tanpa sadar, Elizha menampar pria itu dengan sangat keras.
"Aku benci padamu!" Teriaknya. Pria itu hanya bisa terdiam dan kaget, baru kali ini ada wanita yang begitu berani menamparnya.
Hingga pria itu pun tak terima dan kembali membalas Elizha dengan tamparan yang sama di pipi sebelah kiri Elizha. Plak! Tamparan pria itu yang amat keras berhasil membuat Elizha tak sadarkan diri. Elizha kembali terkulai di hadapan pria itu.
"Berani sekali kau memukul wajahku yang tampan ini... kau pikir siapa dirimu! Bahkan sampai kiamat dan tak ada satu wanita pun di dunia ini. Aku sama sekali tak akan pernah memilihmu sebagai istriku!" Jelas Pria itu.
Pria itu lekas bangun dari sofa dan segera melangkah menuju kamar mandi. Ia pun mulai membersihkan dirinya. Sementara Elizha di biarkan terlelap dengan balutan selimut putih yang di ambil pria itu dari lemari pakaian darurat pria itu.
***
Lama Elizha terlelap di sofa pria itu, hingga pagi tiba... Elizha tak kunjung sadarkan diri. Pria itu sama sekali tak khawatir bahkan ia malah kembali duduk di meja kerjanya dan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang bertumpuk.
Tok! Tok! Bunyi pintu di ketuk.
"Masuk!"Ucap Pria itu.
"Aku masuk" Ucap seorang pria tampan yang baru saja masuk ruangan pria cabul itu. Ia melangkah santai menuju meja kerja pria itu, tatanan rapi dan elegant di tampilkan pria tampan itu.
"Oh loe Vin, ada apa... tumben sepagi ini"
"Ini, gue baru pulang dari prancis pagi tadi... dan tadinya Gue mau ke masion loe. Tapi, nampaknya Lo nggak pulang tadi malam... kemana loe brow?" Tanya Gabvin teman Pria yang bernama Geryy. Gabvin mulai duduk di depan pria yang ia sebut Gery itu.
"Ada urusan apa? jika kurang penting... pergilah, bukankah kau ada deadline tentang bisnis minyak yang sangat penting itu. Aku ingin proyek itu segera ditangani dengan baik. Aku nggak mau rugi banyak!" Tegas Gery.
"Ais. Oke-oke... Aku juga sudah siapkan segalanya kok. Tuan Ceo, rupanya bicara anda terlalu pormal meski dengan sahabat sendiri" Gumam Gebvin.
"Ini jam kerja, pergunakanlah sebaik mungkin atau ku potong gajimu satu bulan ini" Bentak Gery marah.
"Astaga... Oke-oke, aku pergi... tapi, aku kesini hanya ingin memberikan oleh-oleh dari prancin... ini adalah kopi arabica terbaik. Jadi, ini kuberikan padamu" Jelas Gabvin mulai berdiri dan menaruh box copee yang ia bawa di meja kerja Gery sang CEO dari perusahaan G.O group.
"Oke... aku pamit" Ucap Gabvin lekas memutar langkah dan segera berjalan menuju pintu keluar. Tapi entah kenapa, mata Gabvin malah jelalatan hingga menoleh ke arah sofa di mana Elizha terlelap.
"Wah. apa itu boneka?" tanya Gabvin melangkah ke arah di mana Elizha tidur. Ia hendak membuka selimut putih yang membalut tubuh telanjang Elizha saat itu.
Ketika tangannya mulai meraih selimut putih itu, Gery lekas menahan tangan Gabvin dan Elizha pun selamat.
Grep!!!
Gabvin tertatih menatap Gery yang tiba-tiba ada di sebelahnya. Padahal tadi Gery masih terduduk di meja kerjanya.
"Jangan sentuh!" Ucap Gery memperingatkan.
"Hey brow. Sejak kapan Loe bisa sulap. Jelas-jelas tadi gue liat Loe masih duduk di sana. Kok tiba-tiba ada disini, loe nggak mungkin teleportasi kan?" Gurau Gabvin sedikit canggung.
"Pergi! Jangan ganggu privasiku!" Jelas Gery.
"Apakah dia wanita malam? Aku bolehkan mencicipinya sedikit. Kayaknya dia cewek baru..." Gumam Gabvin. Lantas ocehan itu membuat Gery makin marah "Keluar!" Hingga Gery membentak Gabvin lebih keras.
"Ba-baiklah, nggak perlu ngambek kali..."Gumam Gabvin. Gabvin masih menatap wajah Elizha yang tampak menakutkan.
"Rasanya aku pernah bertemu dengan wanita itu... tapi, di mana ya?" Tanya Gabvin memutar otak.
"Aku bilang pergi ya pergi!" Imbuh Gery mendorong tubuh Gabvin agar bisa keluar dari rusngannya.
"Hey brow tunggu! Tunggulah dulu. aku belum selesai menjelasakan!" Gumam Gabvin.
"Sudah! pergi sana. Nggak ada hal yang perlu kau jelaskan!" Balas Gery.
...Blam!!!...
Pintu tertutup dan Gery mulai bersandar di daun pintu itu "Haaaah... sial, dia memang sangat berisik!" Gumam Gery. Tatapan lurus itu mulai tergoda akan keberadaan wanita di ruangnnya. Hingga Gery kembali mengunci pintu ruang kerjanya dan kembali memakan Elizha yang masih tak sadarakan diri itu.
Ruangan kedap suara miliknya, amat sangat berguna di situasi semacam ini.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Siti Halimatun
tu sigot gpp ta....dihantam berkali kl SM papanya
2023-10-09
0
Nurma sari Sari
dasar laki2 bajing*n Geri, laki2 seperti Geri gk pantas di jadikan suami Eliza, gk usah minta pertanggung jawaban sama Geri.
2022-11-18
1
Enung Samsiah
iiih brengsekk geri
2022-11-15
0