Pagi yang cerah pun tiba... Setiap penghuni kamar hotel bangun dan membuka tirai mereka untuk menghirup udara segar bersama datangnya sinar mentari yang begitu indah dan hangat.
Namun rupanya semua itu tak dirasakan Elizha. Gadis malang itu baru saja tersadar dalam keadaan mata membelalak lebar-lebar hingga hampir copot dari tempatnya.
"Oh my god!!" pekiknya hingga tangisannya mulai pecah. Elizha tak menyangka jika ketika ia tersadar dalam mimpinya. Ia malah dapati tubuhnya telah telanjang dalam sebuah balutan selimut putih milik kamar hotel yang telah ia pesan tadi malam itu.
Dan yang lebih parahnya lagi, saat ia menoleh ke samping kiri matrasnya... ia malah dapati seseorang telah tertidur disampingnya dalam keadaan yang sama. Apa lagi itu adalah seorang pria tampan yang tak pernah ia kenal.
Oh tuhan. Apa yang terjadi tadi malam...? Bathin Elizha menggumam. Seraya ia mulai menutup mulutnya erat-erat dalam sebuah tangisan.
"Hiks... si-siapa kamu! Su-sungguh brengsek!" Teriak Elizha marah bersama tangisannya yang pecah. Ia pun mengoyang-goyangkan tubuh pria itu dengan penuh emosi. Sedangkan sang pria misterius itu hanya membuka matanya dengan santai.
"Mmmh... kau sudah bangun ya?" Tanya pria itu.
Pria itu menatap Elizha dengan mata sayu nya yang menawan "Cukup! Jangan bertele-tele...! Tolong jelaskan apa yang terjadi tadi malam!" Tangis Elizha terisyak-isyak sesegukan.
"Hmm..." Pria itu malah menyungingkan bibirnya.
"Apa maksud senyuman itu!" Tanya Elizha makin tergerus emosi.
Pria itu bangun dan mulai mengingsutkan tubuhnya lalu duduk di matras dengan posisi menyandar di bantal kamar hotel tersebut. Dengan setengah tubuhnya berbalut selimut putih.
"Aku tak akan minta maaf. Sebab ini mutlak bukan kesalahanku. Jika ingin marah, marahlah pada dirimu sendiri"Jelas pria itu.
Apa maksud kata-katanya... Bathin Elizha.
"Hentikan cibiran mu itu! Kenapa kamu malah memutar balikan pakta! Aku akan lapor polisi!" Bentak Elizha seraya meraih ponsel di meja lampu kamar hotel itu. Namun sayangnya, pria misterius itu malah menahan langkah Elizha dan mencengkram tangannya.
"Lepaskan!" Bentak Elizha menatap Pria itu dengan mata melototnya.
"Apakah kamu bermaksud mempermalukan dirimu sendiri dengan melakukan semua ini!" Tanya pria itu dengan suara menekan Elizha.
"Lepaskan! Apakah kau takut hah! Dasar pria brengsek!!!" Teriak Elizha mendorong pria itu.
"Lakukanlah... jika kau sungguh tidak tahu malu!" Pasrah pria itu membiarkan Elizha menyentuh ponselnya. Saat Elizha memegangi ponsel tersebut. Nada dering pun mulai membuyarkan kegusarannya "Trrrrt! Trrrt!" Elizha sedikit terkejut, ia pun lekas membuka ponselnya "Ha-halo Mar... hiks" Sapa Elizha dalam keadaan tidak baik-baik saja. Ia menatap pria di sampingnya dengan penuh amarah yang besar.
"Zha! Loe kemana sih pagi-pagi gini! Gue ke kamar loe tadi, tapi Loe nggak di sana... apa loe udah pulang?" Tanya margaret panik.
Lho.kenapa Margaret bilang begini? Tanya Elizha dalam hati.
"Nggak kok. Gue masih di sini Margaret..." Balas Elizha menatap pria itu lalu membuang matanya.
"Kalau gitu gue kesana lagi..." Balas Margaret.
"Bye..." Ponsel pun mulai di tutup. Elizha merasa aneh hingga ia menurunkan ponselnya pelan.
"Kamar nomber berapa ini?" Tanya Elizha gagap seakan malu untuk bertanya.
"Kenapa kau baru bertanya" Olok pria itu.
"Jawab saja! Kamar nomber berapa ini!" Marah Elizha menghempas air mata di pelipisnya.
"Hem. Sungguh wanita arogan... saat ini kau ada di kamar seratus kosong satu..." Jelas pria itu seraya terkekeh.
Apa! Kenapa hal ini bisa terjadi padaku!"Bathin Elizha menggumam.
"Kenapa! Kenapa kamu malah menodai ku! Pasti kamu tahu jika saat kamu menyentuhku. Aku..."Tak sanggup Elizha melanjutkan kalimat yang ingin ia sampaikan.
"Hem... kenapa? Apakah kau menyesal?" pria itu lagi-lagi menyungingkan bibirnya.
"ini adalah kesalahanku! Tapi... kau harus bertanggung jawab!" Teriak Elizha meremas selimut di sampingnya.
"Hem... memangnya kamu sedang bicara dengan siapa? Aku tak ingin melakukan itu... jangan-jangan ini memang rencanamu untuk memerasku?" Tanya pria itu.
Elizha tersentak dan mulai menatap mata pria itu liar "Brengsek! Berani kau mengotoriku! Padahal masa depanku baru saja akan ku tentukan. Teganya kau merenggut segalanya dariku!" Teriak Elizha mengila.
"Heh. Aku tak suka di bentak! Untuk membuatmu diam... maka aku akan membayarmu dengan bayaran yang pantas dan sesuai" Jelas pria itu. Elizha merasa makin terhina "Brengsek! Aku tak butuh semua itu! Aku hanya ingin kau nikahi aku! Aku tak mau hasil hubungan tak jelas ini membuatku makin gila... Apa lagi... Apa lagi jika... Jika, jika aku... nantinya hamil..."Jelas Elizha dengan teriakan di bumbui air matanya yang tumpah ruah.
"Heh. Menikah? Apa kau gila? Aku sama sekali tak berminat..."Kekeh pria itu. Ia pun mulai bangun dan segera melangkah menuju kamar mandi.
Blam Pria itu menutup pintu kamar mandi dan Elizha pun termenung di buatnya.
Sial! Apa yang harus aku lakukan?" Bathin Elizha menggumam.
Sementara pria itu membersihkan dirinya. Elizha lekas berpakaian, lalu membuntal tubuhnya dengan selimut kamar tersebut. Elizha meraih dompet pria itu dan mulai pergi meninggalkan kamar tersebut.
Anggap saja ini sebagai jaminan. Karna aku yakin kau akan mencariku! Gumam Elizha.
Blam...
Elizha lekas kabur seketika itu. Bahkan ia melupakan ponselnya di meja lampu kamar hotel milik pria asing itu. Setelah itu, setelah pria itu keluar dari bathroom... pria itu pun masuk kembali ke kamar di mana Elizha dan dirinya bergulat semalam. Namun sesaat Ia pun menyimak bahwa Elizha memang sudah tak ada di sana. Pria itu pun terkekeh bukan kepalang.
"Wanita gila... Hahahahahah... Dasar!" Cecah pria itu merendahkan.
Trrrt! Trrrt! ponselpun kembali berdering... Pria itu menoleh ke arah ponsel Elizha yang tertinggal itu.
Pria itu mulai menghampiri meja tersebut dan kemudian meraihnya "Pip!" Ponselpun mulai di angkatnya "Hallo Zha! Loe di mana sih! Gue cari loe ke kamar loe, tapi loe tetap nggak ada! Sebenarnya loe di mana sih ngeselin!" Jelas Margaret.
Pria itu mulai menutup ponsel tersebut dan mulai menatap sesuatu yang menurutnya janggal. Rupanya setelah ia lama berpikir, akhirnya ia paham... jika ia telah kecolongan. Dompet yang ia simpan di meja lampu kamar tersebut telah Raif begitu saja. Padahal isi dalam dompet itu sangatlah penting. Terdapat beberapa kartu kredi dan debit juga uang tunai yang cukup besar.
"Heh. Wanita itu memang bukan wanita sembarangan" kekehnya menahan tawa saat ia tahu bahwa ia memang telah kecolongan. Pria itu mulai berfikir.
"Jika aku bertemu lagi dengannya... Maka akan ku balas dengan perlakuan yang sangat sepadan" ucap pria tampan itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Nurma sari Sari
lanjut
2022-11-18
0
LIANG TAI
lanjut lamjut tour
2022-11-17
0
RATNA RACHMAN
lanjut
2022-08-28
0