ISTRIKU SAHABAT ADIKKU
PROLOG
Di lorong dekat pasar Tradisional terdapat seorang yang sedang berlari memikul sebuah tas Ransel di punggungnya. Dengan penampilan sedikit berantakan ia berlari sangat cepat agar tidak terlambat di kelas. Dia adalah Evan Tyo Baskoro. Seorang remaja yang menjadi tulang punggung di umurnya yang masih di bilang remaja setelah kebangkrutan perusahaan Almarhum Ayahnya. Saat Damian Baskoro ayah Evan meninggal karna serangan jantung akibat kabar bangkrutnya perusahaan dan hutang yang begitu banyak. Saat itu Evan berumur 16 tahun dan mempunyai adik bernama Early Dwi Baskoro yang berumur 8 tahun.
Karna bangkrut dan banyak hutang yang harus di bayar Selvyana Ibu Evan syok dan membuat Selvy yang awalnya ceria dan energik kini menjadi seorang pendiam dan jarang berkumpul dengan kawan sosialitanya.
"Van, lagi-lagi kau hampir telat" ucap Dika Sahabat Evan sejak kecil.
"Biasalah Dik, semalam aku lembur lagi. Kan lumayan Uang lemburnya bisa buat tambahan biaya Sekolah Lily masuk SMP nanti." Ujarnya sambil menaruh tas punggungnya di kolong bawah kursi.
"Sabar bro, Untungnya Loe kuliah dapet beasiswa full jadi bisa tenang sedikit." Kata Dika sambil menepuk pundak Evan.
"Van Loe kan semenjak kerja di kafe itu, udah jago banget nih bikin menu aneh-aneh yang lezat, kenapa gak nyoba buka kafe sendiri." Saran Dika yang kasihan dengan nasib sahabatnya itu.
"Pengennya sih gitu tapi duit darimana, Asal jeplak aja mulut loe." Ucapnya menatap sahabatnya itu sambil senyum khasnya.
"Gue bisa bantu elo !"Katanya serius.
"Hahh.."
"Selamat pagi ..." Tiba-tiba suara Dosen menggema di seluruh ruangan memotong percakapan dua sahabat itu.
"Pagi pak.." Ucap para mahasiswa.
***
DI KANTIN
"Van gimana tawaran gue tadi pagi?." Tanya Dika sambil melahap makan siangnya di Kampus.
"Hehh.. Gaya loe selangit Dik, Duit dari mana loe.? Makan aja biasanya sepiring berdua sama gue" Ucap Evan tak percaya yang di katakan sohibnya itu.
"Gue serius Van, Loe inget Almarhum kakek gue kan?" Ucapnya meyakinkan.
"Yes, aku inget. Terus apa hubungannya?" Jawabnya tidak mengerti maksud Dika.
"Beliau ninggalin Harta gono gini untuk Ibuku. Kan loe tau gue gak punya ortu lagi selain Mama Selvy." Katanya Santai.
Semenjak orang tua Dika meninggal 2 tahun lalu. Orang tua Evan dan orang tua Dika sudah bertetangga dan bersahabat sebelum anak - anak mereka belum lahir sehingga Baskoro dan Selvy menganggap Dika juga anaknya.
"Serius Loe, Emang Loe gak butuh uang itu hahh?" Ucap Evan menganga mendengar jawaban sahabatnya itu.
"Munafik Van kalo gue bilang gak butuh." Katanya sambil menyumpal bakso ke mulut Evan.
"Sialan Loe, Terus ngapain nawarin Gue." Ucapnya dengan mulut penuh bakso akibat kelakuan Dika.
"Hahahahaha, Maksud Gue gimana kalo kita buat Bisnis kafe bareng pake uang itu." Ujarnya lagi.
"Ehmm.. Gue pikirkan lagi deh.. saat ini aku masih fokus kumpulin duit buat Daftar Ulang sekolah si Lily." Ucapnya lagi.
"Mikirnya jangan lama-lama keburu itu uang habis buat beli PS 5 dan Mobil HaHaHa" Sahutnya sambil tertawa menggelegar seisi kantin.
"Sialan Loe.." Kata Evan sambil berlalu meninggalkan Dika yang tertawa Garing itu.
" Bwahahahah.. woyy tungguin napa" Ucap Dika sambil buru-buru menyantap baksonya yang tinggal sebutir dan berlari mengejar Sohibnya itu.
Di tengah perjalanan Evan dan Dika berjalan menuju kelas terakhirnya namun seorang parubaya memanggil Evan dengan suara Gagahnya.
"Van, Bisa ke ruangan saya sebentar !" panggil Pria Parubaya itu dia adalah Dekan di kampus tersebut.
"Baik pak" Ucap Evan sambil menatap Dekan tersebut lalu menatap sahabat di sampingnya itu.
"Udah sana, Gue tunggu di kelas ." Kata Dika sambil mendorong punggung Evan.
Evan mengangguk dan berjalan mengikuti Dekan tersebut menuju ruangannya. Ia berfikir sepanjang jalan bertanya tanya ada apa? Kenapa? pikiran itu seolah olah berputar putar di kepalanya. Hingga tanpa dia sadari mereka sudah di depan ruangan yang di tuju.
"Maaf Pak apakah saya membuat kesalahan atau mungkin nilai saya turun." Ucapnya dengan cepat karena khawatir dengan alasan kenapa ia di suruh keruangan Beliau.
"AHH.. Tidak tidak bukan sebuah kesalahan tetapi sebuah peluang untukmu." Ucapnya dengan senyum khasnya.
"Maksudnya peluang?" Ucapnya bingung.
"Duduklah dulu biar saya jelaskan." ucapnya masih dengan senyum khasnya.
"Saya mengenal Mendiang Ayahmu, dan Saya juga mengenal Evan kecil saat itu dengan semua tingkah jenius dan mulut pedasnya." Ucapnya sambil berjalan mendekat di samping Evan.
"Maksudnya bagaimana pak, saya masih belum mengerti." Ucapnya makin bingung.
FLASHBACK ON
Sore itu Pak Gunawan mendapat undangan dari rekan bisnisnya yang juga sahabatnya saat SMA yang bernama Baskoro untuk makan malam bersama dengan keluarga kecilnya. untuk merayakan atas kelahiran Anak gadisnya.
"Selamat malam Gun. Apa kabar?" Sambut Baskoro dengan salam hangatnya menyambut Sahabatnya itu.
"Baik Bas, bagaimana denganmu. Dan Selamat atas kelahiran putri kecilmu." Ucapnya masih dengan jabat tangannya.
"Alhamdulillah Baik Gun, Terima kasih" Dengan tatapan rindunya terhadap sahabatnya yang telah lama sibuk dengan universitas dan pekerjaannya yang berbeda bahkan hingga diluar negeri.
Namun karena ia juga harus menyambut tamu yang lainnya sehingga ia berpamitan dengan sahabatnya itu.
"Masuklah nikmati semua yang sudah di hidangkan.Tapi maaf, Saya tidak bisa menemanimu lebih lama karena saya akan kembali menyapa tamu yang lain."Ujarnya sambil menunjuk makanan yang sudah tertata rapi di meja hidangan mempersilahkan Gunawan untuk mencicipinya.
Gunawan hanya mengangguk tersenyum mempersilakan Baskoro menyambut tamunya. Namun tiba-tiba ia merasa sakit perut dan mencari seorang pelayan untuk menanyakan dimana letak toiletnya.
"Mas... Dimana Toiletnya." tanya nya pada seorang pelayan yang sedang lewat.
"Di sebelah kiri Pak." Ucap pelayan itu menunjuk kearah kanan dan berlalu menghampiri tamu yang tengah memanggil pelayan itu.
"Maksudnya .. katanya kiri kok nunjuk kanan sih" Ucapnya bingung menatap punggung pelayan yang sedang berlari kecil menuju tamu yang lain.
"Ahh sudahlah coba ke kiri aja dulu kalo nyasar balik aja" Gumamnya Lirih tak mau ambil pusing.
Setelah menelusuri lorong sebelah kiri, Gunawan tidak menemukan toilet namun Dia berpapasan dengan seorang anak laki laki tampan berusia 9 tahun.
"Om Lihat Ayahku tidak?." Tanya bocah itu ke Gunawan.
"Siapa nama Ayahmu sayang, lalu mengapa kau bisa terpisah dengan Ayahmu."Jawab Gunawan pada anak itu.
"Ayahku bernama Baskoro Sanjaya, Aku tidak berpisah tetapi Ayah menyuruhku menyelesaikan tugas ini. Jika selesai aku boleh menemuinya." Ucapnya dengan lugu sambil menunjuk sebuah puzzle berukuran besar kira kira setinggi anak itu dengan potongan yang terbilang sangat kecil jika di lakukan anak seumurannya.
"Woww... Hebat, Apa kamu yang menyusun puzzle itu sendiri."Tanya Gunawan kagum yang hanya di jawab anggukan saja oleh Anak di hadapannya.
"Siapa Namamu nak." Tanyanya lagi.
"Evan Baskoro Om. Jadi Om tau dimana Ayahku." Tanya anak itu.
"Iya saya tau, Biar saya antar." Jawabnya sambil merentangkan tangan ingin mengendong anak itu.Seketika anak itu mundur selangkah.
"Bagaimana jika Om tunjukan saja jalannya dan aku mengikuti dari belakang, Siapa tau Om mau menculikku dengan cara mengendongku lalu membungkamku."Ujar anak itu menyelidik.
Gunawan hanya tercengang mendengar jawaban pedas dari anak kecil tersebut.
"Om.. Jika tidak tau dimana Ayahku maka pergilah."Jawabnya lagi membuyarkan Lamunan Gunawan yang membuatnya seperti orang bego.
"Baiklah aku antar."Jawabnya mengalah dan tidak mau lagi di balas kata kata pedas dari mulut mungil anak itu.
'Ternyata bocah tampan ini anak Baskoro,mulutnya begitu pedas sama seperti Ayahnya' Batin Gunawan.
Gunawan kembali menuju ke arah Baskoro berada. Ia lupa dengan Hajatnya yang ingin ke toilet setelah perbincangan dengan Bocah di belakangnya.
"Bas, Apa dia anakmu." Tanya Gunawan menepuk pundak Baskoro yang masih mengobrol ringan dengan para tamu.
"Ehh.. Iya Gun. Apa dia merepotkan mu?." Tanya Baskoro yang merasa tidak enak dengan sifat anaknya yang suka Blak-Blakan itu.
"Evan bukankah tadi Ayah suruh kamu di ruangan dulu sambil mengerjakan tugasmu." Tanya Baskoro pada anaknya yang kini berada di belakang Gunawan.
"Aku sudah selesai Yah.Jadi gak masalah dong aku keluar mencari mu dan ibu juga Adik. Sesuai perjanjian." Jawabnya sambil melengos mencari keberadaan Ibu dan Adiknya.
"Hahahahah.. Ku pikir kata kata pedas itu hanya berlaku untuk orang asing ternyata Bapaknya juga kena mulut cabenya." Sahut Gunawan sambil tertawa renyah mengejek sahabatnya itu.Baskoro menatap tajam Gunawan sehingga lelaki itu diam membisu.
"Evan, Apa kau yakin sudah beres. Ayah baru memberimu tugas 20 menit yang lalu.Tidak mungkin selesai secepat itu." Kata Baskoro yang tidak percaya tugas yang ia berikan selesai dalam waktu 20 menit. padahal orang dewasa saja membutuhkan ber jam-jam untuk tugas itu.
"Terserah, Cek sendiri saja."Sahut anak itu sambil berlari menuju Ibu dan Adiknya.
"WHAT..20 Menit." Ucap Gunawan kaget mendengar waktu yang di ucapkan Baskoro.
"Anakmu benar-benar briliant Bas.Jaga dia baik baik. Dia sangat berharga di mata orang lain."Ucapnya lagi sambil menepuk pundak Baskoro.
FLASHBACK OFF
Evan hanya diam mendengarkan cerita Pak Dekan tersebut sambil mengingat ingat kejadian yang di ceritakan sekarang.
"Lalu apa maksud Anda memanggilku kesini?" Tanya Evan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Early Almiranda
lanjut Thor .. keknya bagus ceritanya /Drool/
2024-10-08
3