Surat Perjanjian

Jika dipikir-pikir, perkataan Leilani memang ada benarnya. Siapa yang tidak kenal dengan Leilani?

Jangan salah. Leilani juga tidak kalah terkenal dari tujuh pria populer ini. Hanya saja bedanya, tujuh pria ini terkenal dengan paras tampannya, sedangkan Leilani terkenal dengan paras buruk rupa.

Akan tetapi, sebenarnya jika diperhatikan dengan seksama, Leilani ini tidak begitu jelek. Hanya saja, penampilan lusuh dan terkesan tidak terawat membuat Leilani menonjol diantara teman-temannya.

Di sekolah ini, sepertinya hanya Leilani yang tidak bisa merawat diri. Bahkan gadis yang kecantikannya bisa dikatakan dibawah Leilani pun bisa merawat diri, sehingga mereka tidak menjadi cemoohan seperti yang dialami Leilani.

Lihat saja penampilan Leilani sekarang ini. Dia memakai seragam putih abu yang kebesaran, ditambah warnanya yang sudah pudar. Tas punggungnya yang berwarna hitam juga sangat tidak enak dipandang.

Rambut Leilani dibiarkan tergerai ke depan. la juga sering menunduk, membuat wajahnya semakin tidak kelihatan.

Bisa dilihat, rambut Leilani bergelombang bekas ikatan. Maklum, Leilani tidak pernah catokan. Bahkan potongan rambutnya juga berantakan.

Leilani hanya keramas, kemudian menyisir rambutnya. Hanya itu perawatan terbaik yang Leilani berikan pada rambutnya.

Bu Rika memandang Leilani dengan tatapan sedikit iba. "Ckckck. Perkataan kamu emang bener sih, Lela," ucap bu Rika setelah mendengar perkataan Leilani barusan.

"Ibu mengakuinya. Ibu juga kenal sama kamu karena kamu terkenal dengan sebutan gadis buruk rupa," jujur bu Rika.

"Masa sih? Tapi kok gue gak tau elu ya?" goda Hadyan sambil mengangkat sudut bibirnya.

Leilani hanya menunduk. Ia tidak berniat lagi untuk bicara. Cukup sudah perdebatan mereka. Leilani sudah malas menghadapinya.

"Sudah, sudah!!" Pak Bayu mengalihkan perhatian mereka semua.

Pak Bayu tidak mau Leilani semakin tersudut dan kemudian nekat keluar dari klub ini.

"Semuanya Sudah saling kenal, kan, sekarang? Jadi kita sudahi acara perkenalan," ucap pak Bayu memotong pertikaian.

"Oke, oke," jawab bu Rika sambil membuat simbol OK dengan tangan kananya.

"Pak, Bu!" seru Dimas sambil mengangkat tangan kanannya.

"Iya. Kenapa?" balas pak Bayu.

"Gue mau pamit pulang. Acara perkenalannya udah, kan?" ujar Dimas sambil berdiri dari duduknya.

Pak Bayu dan yang lainnya sudah tidak kaget lagi dengan ucapan Dimas yang terkesan tidak sopan.

"Eh!! Tunggu, tunggu!" seru bu Rika. "Kalian belum menandatangani surat keanggotaan. Kalau kalian tidak tanda tangan ... itu artinya kalian tidak sah menjadi anggota klub ini."

"Ya udah, Bu. Kalo gitu ... mana suratnya. Saya juga buru-buru. Ada pertandingan," timpal Candra.

Bu Rika pun memberikan kode pada pak Bayu agar segera mengeluarkan surat keanggotaan.

Pak Bayu pun langsung mengerti. Ia mengambil surat keanggotaan dari tas hitam miliknya yang ada di dekat jendela.

"Yang mau pergi, silakan bubuhkan dulu tandatangan. Kecuali kalau memang betah di sini ... ya bapak tidak masalah. Kita bisa mengobrol sepuasnya," ujar pak Bayu sambil tertawa kecil.

Dimas berjalan mendekat pada pak Bayu dengan gaya khas preman.

"Halah! Jangan banyak omong deh, Pak!!!" ujar Dimas sambil merebut lembaran kertas yang harus ditandatangani. "Lama!!"

Pak Bayu yang kaget hanya mematung di tempatnya. Ternyata Dimas cukup menakutkan juga.

Dimas pun segera mengambil bolpoin yang menggantung di saku kemeja pak Bayu. Ia pun langsung membubuhkan tandatangannya dan kemudian pergi begitu saja.

Tidak sopan memang. Tapi itulah Dimas. Kejadian barusan tidak begitu mengerikan jika dibandingkan dengan apa yang Dimas pernah lakukan sebelum-sebelumnya. Ini masih tergolong ringan.

Fahdil hanya bisa menggelengkan kepala pelan melihat tingkah Dimas. Sementara Bakti dan Kalevi, mereka sepertinya tidak peduli.

"Ya ampun, Lela. Tampan, tapi mengerikan," bisik bu Rika sambil memegang tangan Leilani erat.

"A*j*r si Dimas. Udah kaya preman beneran," celetuk Candra setelah Dimas luput dari pandangan.

"Kayak gak kenal dia aja," timpal Hadyan dengan suara pelan.

Keenam pria populer itu pun mulai bergantian membubuhkan tandatangan. Kelihatan sekali mereka ingin cepat pulang. Mereka bahkan tidak membaca dulu lembaran-lembaran kertas itu.

Kini, tinggal Leilani yang tersisa. Leilani kelihatan sedikit ragu untuk menandatanganinya. Pak Bayu dan bu Rika menyadari itu.

Pak Bayu dan bu Rika pun saling melempar pandang. Mereka seolah sedang berbicara satu sama lain lewat mata.

"Ekhm ... ya sudah. Kalau tidak mau ... ya terserah kamu saja. Bapak tidak akan memaksa ..." gertak pak Bayu.

"Sudah, Lela. Tandatangan aja. Lagian emang kamu mau, dapet sanksi dari sekolah karena gak ikut klub apa-apa? Nanti orang tua kamu dipanggil, kamu mau?" Bu Rika ikut mengompori.

Yang dikatakan bu Rika benar. Dengan sedikit ragu, akhirnya Leilani pun mengambil pulpen yang disodorkan kepadanya.

Leilani hendak membaca dulu isi surat yang akan ditandatanganinya. Akan tetapi, pak Bayu dan bu Rika sigap membuka surat itu langsung ke lembar terakhir.

"Udah. Gak usah dibaca, Lela! Ini cuma tulisan pembukaan. Langsung aja tandatangan. Ibu juga mau pulang," ujar bu Rika panik.

Leilani pun akhirnya membubuhkan tandatangannya di sana.

Ada senyuman mencurigakan dari pak Bayu dan juga bu Rika setelah mereka mendapat tandatangan para anggota. Entah apa penyebabnya.

***

Sesampainya ke rumah, Leilani langsung pergi menuju dapur untuk minum.

"Loh, Non Lely. Tumben pulangnya agak telat?" tanya bi Sumi.

Di rumah, Leilani memang suka dipanggil Lely. Itu adalah nama kecil Leilani. Dan Leilani sangat menyukainya. Itu adalah panggilan yang diberikan oleh sang mama.

"Iya, Bi. Aku ikut ke dalam sebuah klub," jawab Leilani sambil menuangkan air ke dalam gelas.

"Klub? Klub apa, Non?"

Leilani menggelengkan kepalanya dengan lemas.

"Loh? Kok malah geleng-geleng?"

"Lely juga gak tau itu klub apa, Bi. Lely gak tau apa bakat Lely. Makanya Lely pilih klub gak jelas itu deh," jawab Leilani sambil mendudukkan dirinya di kursi.

Leilani langsung meneguk segelas air putih yang ada di tangannya dengan sekali tarikan nafas. Nampak sekali kalau Leilani sedang kehausan sekarang.

Wajar saja, Leilani pulang dengan berjalan kaki. Ditambah, cuaca hari ini panas sekali. Leilani juga lupa membawa bekal air tadi pagi.

"Bi!" seru Leilani. "Itu jus untuk mama, ya?"

"Iya."

"Aku aja yang anterin ya, Bi?" pinta Leilani.

"Non Lely yakin?" tanya bi Sumi dengan wajah khawatir.

Leilani mengangguk semangat. "Iya. Yakin. Seratus persen yakin. Hihi."

"Tapi ... gimana kalau Non Lely dimarahin lagi?" ujar bi Sumi dengan wajah iba.

Senyuman Leilani luntur seketika ketika mendengarnya. Sang mama memang sering kali marah tanpa alasan padanya. Tapi tetap saja, Leilani sangat menyayangi sang mama.

"Gak apa lah, Bi. Aku kangen mama. Mau mama marah juga gak apa-apa. Mama mau bicara aja, Lely udah bahagia," tutur Leilani sambil tersenyum getir ketika mengatakannya.

Siapa yang tidak sedih coba jika mama kalian tidak menyayangi kalian dan malah menyayangi anak tirinya?

Leilani tidak tahu apa kesalahannya pada sang mama. Tapi mama Leilani selalu bilang bahwa ia benci melihat wajah Leilani.

Mungkin karena ia adalah gadis buruk rupa, makanya sang mama tidak menyayanginya. Itulah yang ada di dalam pikiran Leilani ketika memikirkannya.

***

Terpopuler

Comments

Hasnah Siti

Hasnah Siti

bagus storynya😎

2022-10-12

0

lihat semua
Episodes
1 Masuk ke Dalam Klub
2 Lela dan Klub Spesialnya
3 Pria Tampan Itu ...
4 Surat Perjanjian
5 Restu : Lani, Duduk di Sini!
6 Sahabat Palsu
7 Candra yang Salah Tingkah
8 Pakai Seragamku
9 Lani Kemana?
10 Lo Pake Make Up?
11 Hadiah?
12 Ekhm Ekhm
13 Siapa Pelakunya?
14 Sebuah Rahasia (Candra Mengantar Leilani Pulang)
15 Tertangkap Basah
16 Pacar Candra
17 Kita Putus Aja
18 Bagaimana Kalau Aku Jatuh Cinta?
19 Orang Misterius
20 Alasan Lani Menyembunyikan Kecerdasannya
21 Rahasia Antara Kita
22 Gue Kira Kita Teman
23 Ada yang Mau Aku Bicarakan
24 Kirain ...
25 Mogok Bicara
26 Fadhil Mulu
27 Puntung Rokok
28 Cowok yang Leilani Suka
29 Berkenalan
30 Gaya Orang Gila
31 Seseorang di dalam Klub
32 Berusaha Mendapat Maaf
33 Siapa Orangnya?
34 Adik Candra?
35 Kebun Impian
36 Selalu Ada Pertengkaran
37 Pulang ke Rumah
38 Kotak Bekal
39 Seorang Gadis Gendut
40 Gadis Itu Bernama Rara
41 Payung Ungu
42 Teman Masa Kecil
43 Demam
44 Seperti Anak Sendiri
45 Adam
46 Awal Perselisihan Bima dan Kalevi
47 Kasih Aja ke Cowok Lo
48 Misi Rahasia
49 Memulai Rencana
50 Memata-matai Adam
51 Menyerah Sebelum Mencoba
52 Respon Tak Terduga
53 Penolakan
54 Mau Gak Jadi Pacar Gue?
55 Kenangan?
56 Kita Saingan
57 Bencong
58 Kesalahpahaman Berakhir?
59 Mau Menikah Denganku?
60 Jangan Tertawa Aku benci Melihatnya
61 Siapa Orang Itu?
62 Sandiwara Dimulai
63 Kecewa?
64 Terasa Asing
65 Pertandingan Dimulai
66 Terkena Bola
67 Kamu Suka Fadhil?
68 Putus! Jangan!
69 Jangan Marah Lagi
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Masuk ke Dalam Klub
2
Lela dan Klub Spesialnya
3
Pria Tampan Itu ...
4
Surat Perjanjian
5
Restu : Lani, Duduk di Sini!
6
Sahabat Palsu
7
Candra yang Salah Tingkah
8
Pakai Seragamku
9
Lani Kemana?
10
Lo Pake Make Up?
11
Hadiah?
12
Ekhm Ekhm
13
Siapa Pelakunya?
14
Sebuah Rahasia (Candra Mengantar Leilani Pulang)
15
Tertangkap Basah
16
Pacar Candra
17
Kita Putus Aja
18
Bagaimana Kalau Aku Jatuh Cinta?
19
Orang Misterius
20
Alasan Lani Menyembunyikan Kecerdasannya
21
Rahasia Antara Kita
22
Gue Kira Kita Teman
23
Ada yang Mau Aku Bicarakan
24
Kirain ...
25
Mogok Bicara
26
Fadhil Mulu
27
Puntung Rokok
28
Cowok yang Leilani Suka
29
Berkenalan
30
Gaya Orang Gila
31
Seseorang di dalam Klub
32
Berusaha Mendapat Maaf
33
Siapa Orangnya?
34
Adik Candra?
35
Kebun Impian
36
Selalu Ada Pertengkaran
37
Pulang ke Rumah
38
Kotak Bekal
39
Seorang Gadis Gendut
40
Gadis Itu Bernama Rara
41
Payung Ungu
42
Teman Masa Kecil
43
Demam
44
Seperti Anak Sendiri
45
Adam
46
Awal Perselisihan Bima dan Kalevi
47
Kasih Aja ke Cowok Lo
48
Misi Rahasia
49
Memulai Rencana
50
Memata-matai Adam
51
Menyerah Sebelum Mencoba
52
Respon Tak Terduga
53
Penolakan
54
Mau Gak Jadi Pacar Gue?
55
Kenangan?
56
Kita Saingan
57
Bencong
58
Kesalahpahaman Berakhir?
59
Mau Menikah Denganku?
60
Jangan Tertawa Aku benci Melihatnya
61
Siapa Orang Itu?
62
Sandiwara Dimulai
63
Kecewa?
64
Terasa Asing
65
Pertandingan Dimulai
66
Terkena Bola
67
Kamu Suka Fadhil?
68
Putus! Jangan!
69
Jangan Marah Lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!