"Dek, kamu nggak pa-pa? katanya mau ganti, nanti aku berubah pikiran gimana kalau kamu mancing aku gini?" seloroh pria itu tersenyum.
"Astaghfirullah ... mesum banget sih!" gerutu Shalin berjalan cepat menuju kamar mandi lagi, gadis itu memakai bajunya di sana.
"Ya Allah ... kok aku deg degan, Mas Ustadz meresahkan!" gumamnya sembari memakai pakaiannya.
Gadis itu membuka pintu perlahan, sedikit mengintip keadaan kamar, merasa aman melenggang keluar dengan perasaan waswas dan malu tentunya setelah apa yang terjadi beberapa menit lalu.
Sayup-sayup terdengar suara orang bertelepon di balkon kamar. Rupanya Mas Aka yang tengah melakukan panggilan. Shalin membiarkan saja, berjalan meninggalkan kamar. Menuju ruang makan yang ternyata sudah diisi penghuni rumah lainnya bersiap sarapan.
"Shal, suamimu mana? Suruh sarapan bareng, ada yang ingin Daddy sampaikan padanya."
"Masih di kamar, Ded. Sedang sibuk terima telepon," jawab Shalin seadanya.
"Kamu tolong panggilin, biar gabung di sini," titah Mommy menyeru. Shalin bangkit dari kursi dan beranjak menuju kamarnya.
Saat gadis itu memutar handle pintu, menemukan suaminya hendak keluar pas ada di depan pintu.
"Eh, mm ... Mas dipanggil mommy sama daddy suruh gabung di meja makan," ujarnya kikuk. Suasana mendadak kaku dan canggung.
"Ya, aku mau ke sana. Kamu kenapa bengong di situ, mau minta aku gandeng?" tawarnya membuat Shalin refleks menyembunyikan tangannya.
"Mas duluan aja, aku bentar lagi nyusul, mau ke kamar sebentar," ujarnya mendadak salah tingkah.
Setelah Aka meninggalkan lokasi, Shalin mengekor dengan jarak tak terlihat. Perempuan itu masih menata degup jantungnya yang mendadak tidak aman semenjak kejadian tadi. Saat gadis itu bergabung, Aka terlihat sudah mengobrol akrab dengan kedua orang tuanya.
"Bang Aka pagi-pagi semangat banget Bang!" tegur Reagan mengerling. Aka menanggapi dengan senyuman lebar.
"Masa' sih, Re, coba tanya ke Shalin, dia semangat juga nggak?" selorohnya melirik istri.
"Hallo kembaran, jantung aman, hati ada gambaran nggak?" tanya Reagan jelas yang membuat Shalin bingung menjawabnya.
Kedua orang tua mereka saling melirik, terus melempar senyum penuh dengan gelengan.
"Alhamdulillah ... sejauh ini sehat," jawab Shalin kesal. Seandainya tidak di depan orang tua dan suaminya sudah pasti wajahnya yang sok tampan itu Shalin timpuk dengan senjata andalan.
"Wah ... bikin ngiri aja, jadi pengen nikah muda, biar pagi-pagi bisa semangat kaya kalian."
Sumpah demi apapun, Shalin ingin menyumpal mulut kembarannya dengan apapun yang ada supaya mulutnya tidak terus mengoceh di meja makan.
"Reagan, makan dulu jangan ngobrol mulu," tegur Mommy Disya yang paham dengan ketidak nyamanan Shalin, pastinya masih canggung dengan suaminya.
"Syukurin!" kata Shalin tanpa suara, hanya mulut yang bergerak dengan mata menatap ejekan.
"Iya, Mom," jawab Reagan lekas menyendok makanannya.
Usai sarapan, mereka masih berbincang akrab di meja makan. Aka menginterupsi sejenak, karena memang dia akan pamit pulang pagi ini.
"Begini, Ma, Pa, hari ini saya izin memboyong Shalin untuk tinggal dengan Aka, untuk sementara kami akan tinggal di pesantren, jadi rencananya pagi ini langsung pulang," ujar Aka membuka kata. Shalin hanya terdiam pasrah, walaupun tinggal di pesantren bukan pilihannya.
"Kami berdua sudah memasrahkan anak kami untuk kamu urus, kamu didik menjadi perempuan yang lebih baik di sampingmu, Aka. Daddy serahkan, dan pasrahkan anak Daddy padamu, tolong jaga putri kami, tegur jika memang salah, dia sangat banyak kekurangan, terlebih mungkin karena belum banyak yang mengerti masalah tanggung jawab istri, semoga kamu sabar, kami titip Shalin, Nak. Tolong jaga dia, sayangi dia sebaik mungkin, seperti kami menyayanginya. Semoga rumah tangga kalian dilimpahi keberkahan."
Tanpa sadar, ada satu titik yang mengembun di sudut mata gadis itu mendengar daddynya melepas tanggung jawab untuk dilimpahkan pada seorang laki-laki yang kini telah sah menjadi suami anaknya. Bagi orang tua tak kalah berat, namun sudah menjadi kodrat seorang istri mengikuti suami. Tanpa dinyana, Shalin berhambur memeluk ayahnya.
"Shalin pasti akan rindu sama Daddy dan juga Mommy," ucapnya sembari memeluk haru.
"Insya Allah, Pa. Ma, Aka akan menjaga dengan segenap jiwa yang Aka bisa. Terima kasih sudah menerima Aka sebagai bagian dari keluarga ini. Aamiin, terima kasih doanya semoga diijabah sama yang di Atas.
"Shalin, Mommy juga pasti akan merindukan kalian, jadilah istri yang baik, nurut sama Aka, hormati suamimu, Nak, tolong jaga nama baik suami dan keluarga, kami di sini akan selalu mendoakan. Baik-baik di sana, pintar-pintar membawa diri."
Wejangan dari Mommy Disya terngiang-ngiang di kepalanya, sepanjang perjalanan pulang ke pesantren, keduanya hanya saling diam sesekali Aka melirik istrinya yang masih betah mengunci mulutnya, sedang pria itu fokus menyetir menatap jalanan lurus di depan.
"Dek, kamu melamun aja, sudah sampai ayo turun!" ajak pria itu menginterupsi.
.
Tbc
Buat teman2 yang nungguin double B up sabar ya gengs aku udah up dari kemarin sebelum buka puasa, pukul lima sore tetapi sepertinya trouble karena sampai sekarang masih review untuk sementara sudah menghubungi editor semoga cepet direspon.
itu kak, masih review terus pengen nangis jadinya🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
gia nasgia
cemungut kk Asri💪💪
2024-07-24
0
Putri Dhamayanti
jiaahh jd dosen dl nanti br dpt jodoh
2024-03-04
0
Nendah Wenda
semangat pak ustad sabar biar dapat
2024-01-09
0