"Ambil wudhu, Dek, aku tunggu kita sholat bareng," ujarnya sedikit memaksa. Shalin menurut, tidak ada alasan untuk membantah suatu kebaikan.
Saat gadis itu keluar dari kamar mandi, Aka masih duduk di atas sajadah menunggunya. Dua rakaat mereka tunaikan bersama, diakhiri dengan salam dan doa kebaikan. Pria itu menoleh, menemukan istrinya masih duduk di shaf makmum, saling bertemu pandang, refleks menyambut uluran tangan suaminya mencium punggung tangannya dengan takzim. Saat pria itu hendak menempelkan bibirnya pada keningnya, istrinya menghindar, membuat pria itu menahan rasa sabar.
"Aku mau bicara, Dek?" ujarnya menyeru, menghentikan gerakan Shali yang hendak bangkit dari sana.
Gadis itu duduk kembali, menanti apa yang ingin disampaikan suaminya.
"Apa kamu belum bisa menerima takdir ini? Kenapa kamu seakan menghindar bila aku mencoba dekat denganmu, kedekatan kita halal, jangan membuat jarak di antara kita, atau Tuhan kita akan murka, naudzubilah."
"Maaf, Mas, aku hanya butuh waktu menyesuaikan semua ini. Maaf, kalau membuatmu kurang nyaman," ujar Shalin berdiri meninggalkan Ustadz Aka dalam diam.
"Dek!" panggilnya menghentikan langkah Shalin.
"Ya," jawab gadis itu tanpa merubah posisinya.
"Aku akan pulang pagi, tolong kemasi barang-barangmu yang hendak dibawa, aku tidak mengambil cuti, hanya jatah libur saja."
Shalin menghela napas dalam, sebelum akhirnya berbalik dan segera mengambil barang untuk dikemas ke dalam tas. Tidak banyak, hanya beberapa saja, sebagian ada di asrama, mungkin besok akan diambil sekalian pamitan dari sana.
"Cuma segini? Yakin?" tanya Aka mendekat meneliti isi tasnya.
"Sebagian ada di asrama, Mas, nanti aku ambil sekalian pamitan dari sana." Aka mengangguk ngerti.
"Ya sudah, aku keluar dulu mau minum, haus," ujarnya melirik. Shalin yang masih anteng ditempat langsung ngeh dengan ucapan suaminya.
"Mas mau aku buatin? Biasanya minum kopi apa?"
"Kopi biasa aja, nggak usah dibuatin juga nggak pa-pa, aku bisa buat sendiri."
"Mas, mau lihat pagi-pagi aku kena omel mommy?" Nada bicaranya sedikit kesal.
"Ya sudah kalau maksa, boleh," ucapnya tanpa dosa.
Shalin menghela napas sepenuh dad@, sepertinya suaminya ini adalah tipe-tipe yang otoriter. Gadis itu sedikit melamun ketika menyeduh kopi di dapur.
"Mbak Shalin, itu kopinya kelebihan airnya," tegur asisten rumah tangga Shalin yang memergoki kecerobohannya.
"Astaghfirullah ... iya, yah ... udah nggak enak dong, aku ganti aja," ujar Shalin menyeru heran. Hanya perkara kecil, kenapa bisa gagal fokus.
"Nggak usah diganti nggak pa-pa, makasih." Aka langsung mengambil kopi di hadapan istrinya yang terlihat kebanyakan airnya tidak sesuai takaran.
"Itu tidak manis Mas, kebanyakan airnya."
"Nanti aku minumnya sambil lihatin kamu, biar beda," jawabnya santai. Mengambil duduk di ruang makan, sembari mengamati sekitar, masih terlalu pagi sangat mungkin penghuni rumah lainnya masih betah di kamarnya.
Ya ampun ... ustadz bisa gombal juga ternyata.
Hanya membatin selorohan suaminya, merasa sedikit heran dengan pribadi seutuhnya. Apakah Shalin mulai akan membandingkan Aka dengan pria yang masih menempati ruang hatinya, kita lihat saja ke depannya seperti apa.
Shalin tentu saja tidak menyahut, ia hanya tersenyum tipis menanggapinya itu untuk menyenangkan hati suaminya. Berjalan gontai memasuki kamarnya. Mandi sepertinya adalah solusi untuk pagi ini, biar pikirannya lebih tenang dan nyaman.
Cukup lama gadis itu membersihkan diri, kebiasaan di rumah merajai kebebasannya. Ia keluar kamar hanya dengan handuk saja, lagian Shalin pikir, Aka tengah bersantai di ruang lainnya sambil minum kopi, bisa jadi duduk ditemani daddy. Namun, ekspektasi tidak sesuai realita. Saat perempuan itu tengah fokus memilih pakaian ganti, Aka masuk ke kamar tanpa mengetuk, sontak pemandangan itu tak luput dari mata Aka.
"Astaghfirullah ... Mas, aku lagi mau ganti baju, kamu bisa keluar dulu nggak, lagian kenapa nggak ketuk pintu dulu sih kalau masuk," usir Shalin memohon.
"Tinggal diganti aja, Dek, aku kalau lihat juga halal," jawab Aka santai, malah berjalan mendekat ke arahnya.
Astaghfirullah ... ini orang nekat banget sih, gimana kalau aku dimangsa, duh .... gimana dong.
"M-mas mau ngapain?" tanyanya sedikit waspada. Dirinya hanya terbalut handuk dengan kedua bahu terekspos nyata. Rambut sedikit basah, tentu akan memancing syahwat bagi pria normal.
"Kenalan sama tubuh kamu, biar nanti nggak kaget kalau aku lebih dekat dari sekarang. Permisi, Dek," ujarnya mengikis jarak. Bergerak maju dan langsung menyambar bibir Shalin yang sedikit basah.
Shalin melebarkan matanya, ia cukup mengana dengan keberanian Aka yang tidak suka basa-basi. Setelah beberapa detik, Aka melepaskan pagutan singkat dengan sedikit menggigit kecil bibirnya. Meninggalkan bekas seperti tersengat semut yang nakal.
"Karena aku bilangnya kenalan, jadi cukup segini dulu, biar kamu nggak kaget," ujarnya santai.
Shalin masih tak percaya, pikirannya mendadak ngeblank dengan serangan fajar Aka yang terlampaui berani, santai, dan cendrung cuek. Sepertinya hari-hari berikutnya perempuan itu harus mempersiapkan diri, suaminya jelas pria dewasa yang paham sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Faris Fahmi
permisi dek🤣🤣🤣
2025-02-24
0
Borahe 🍉🧡
Beda yah gombalan ustad. hehe
2024-07-26
2
gia nasgia
wow diam "pak ustadz ternyata garang juga😂
2024-07-24
0