Pemuda itu tertegun, setengah tak percaya dengan nama yang dilafalkan dalam ijab qobul kakaknya. Bukan hanya mirip, namun sama persis, bahkan ia sempat berlatih memerankan kata-katanya, berharap menjadi kenyataan. Pikirannya mendadak tidak fokus, terngiang satu nama yang sama. Bisa jadi memang ada yang kebetulan, tetapi itu mustahil.
Hatinya mendadak mencelos saat pengantin itu dipertemukan, dan mempelai pria itu bukan dirinya melainkan kakak kandungnya sendiri.
"Astaghfirullah ....!" Mulut itu terus menggumamkan istigfar sebanyak-banyaknya. Hatinya begitu sakit melihat kenyataan di depannya. Kata-kata pujangga yang sempat terukir untuk saling menunggu hingga berjanji menanti manisnya madu cinta yang halal terkikis tak ubah bagai butiran debu.
"Ya Allah ... sakit ....!" lirih Azmi menatap dengan mata berkaca-kaca.
Hingga netra keduanya bertemu, dan Shalin terlihat shock, mendadak senyum malu-malu yang sempat terlihat itu sirna dari bibirnya, perempuan itu, cinta dalam doanya, yang kini resmi menjadi istri kakaknya tumbang dan menyisakan pekikan orang di sekitarnya.
Disaat semua orang berbondong-bondong berhambur mendekat, ia hanya terpaku dalam pijakan, tidak tahu harus berbuat apa.
"Shalin! Bangun sayang, astaghfirullah ... pingsan," pekik Mommy Disya panik. Aka yang ada di sampingnya tak kalah panik, pria itu langsung menggendong istrinya dan membawanya ke kamar dengan petunjuk mertuanya. Ia duduk dengan gusar di samping Shalin yang masih menutup mata, menunggu mertuanya melakukan pertolongan pertama pada orang pingsan.
Hingga beberapa menit berlalu, Shalin membuka matanya dan merasakan panas diarea hidungnya, sepertinya bekas aroma minyak kayu putih yang mommy berikan.
"Mom," panggilnya lirih dengan mata menyipit.
"Iya, sayang. Mommy di sini, Nak. Apa ada yang sakit?" tanya Mommy membuai putrinya.
Shalin langsung bangkit dari pembaringan, berhambur ke dalam pelukan ibunya yang masih duduk di tepi ranjang. Gadis itu menangis sesenggukan membuat orang di sekitarnya kebingungan.
"Mom, katakan padaku, ini mimpi 'kan Mom? Katakan padaku, Mom, ini mimpi." Shalin menangis makin kenceng.
"Sayang, sayang, kamu tenang ya, kamu hanya capek makannya gini, kamu istirahat dulu tenangin diri kamu dulu." Shalin mengangguk pasrah, wajah Azmi yang menatapnya begitu dalam terus terlintas dalam otaknya, membuat perempuan itu merasa bersalah dan bertambah nelangsa.
Perempuan itu dibiarkan sendiri dulu, mommy Disya dan Aka pun meninggalkan kamar dan menemui tamu kerabat yang masih berkumpul dalam suasana bahagia atas pernikahan mereka, tentunya terkecuali Azmi dan Shalin.
Tiba-tiba gadis itu bangkit, lalu mengayunkan langkahnya keluar kamar. Netranya menyapu semua yang ada di sana mencari seseorang yang selalu ia bawa dalam doanya. Aka yang melihat istrinya nampak mencari seseorang mendekat, ia bingung melihat Shalin yang sepertinya belum bisa menerima pernikahannya.
"Dek, kamu mau apa? Kamu cari sesuatu?" tanya Aka lembut.
Gadis itu bergeming, melirik sengit suaminya yang kini tengah menatapnya bingung. Kembali meninggalkan ruangan menyisakan tanda tanya yang besar pada diri Aka.
"Astaghfirullah ... aku salah apa? Kenapa dia sepertinya tidak menerima pernikahan ini," gumam Aka termenung.
Tak ingin berlarut dalam bimbang, pria itu kembali berbaur dengan yang lainya. Mereka hendak menikmati makan malam bersama sebelum akhirnya pulang ke kediamannya.
"Selamat atas pernikahan kalian sayang, Umi dan keluarga pulang dulu." Wanita berkisar lima puluh tahun itu memeluk menantunya. Diikuti Kak Aida, dan kerabat yang lainnya yang datang.
Usai makan malam dan keluarga besar Aka pulang, Shalin langsung menuju kamarnya. Perempuan itu bahkan terkesan lupa kalau dirinya hari ini telah menjadi istri, ia mengunci pintu kamarnya begitu saja, tanpa peduli bagaimana nasib Aka nantinya.
Hingga malam merangkak, Shalin sudah berganti pakaian dengan baju tidur dan bersiap ke alam mimpi. Tetiba sebuah ketukan pintu itu samar terdengar dari luar.
"Astaghfirullah ... pintunya dikunci," gumam Aka berusaha tenang. Berusaha mengetuk secara perlahan, takut juga menggangu penghuni kamar lainnya.
"Dek, kamu udah tidur? Tolong buka pintunya, Dek!" seru Aka tenang. Tak ada sahutan membuat pria itu mengalah, dan kembali ke ruang tengah duduk di sofa dengan perasaan entah.
"Lho–Bang, kok malah tidur di sini?" Reagan yang memergoki kakak ipar barunya menatap prihatin pengantin baru itu.
"Nggak pa-pa, Ga, kebetulan belum ngantuk," jawabnya seadanya.
"Abang dikunciin ya, tenang Bang, aku punya duplikatnya," ujar Reagan tersenyum. Ia masuk ke kamar lalu keluar lagi dengan membawa kunci ditangannya.
"Ini, Bang. Nggak usah dibalikin buat jaga-jaga aja siapa tahu besok tuh bocah lupa lagi," seloroh Reagan mengulum senyum, membayangkan adik kembarannya kesal dengan muka ditekuk.
Setelah mendapat kunci dari adik iparnya, Aka berhasil membobol pintu kamar tanpa kendala yang berarti. Pria itu menggeleng pelan saat melihat ranjang dengan Shalin yang sudah tertidur pulas tanpa dosa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Makanya jangan suka memendam perasaan,Tapi anggap aja emang bukan jodoh kamu,Semoga kamu menemukan Jodoh yg lebih baik ya..
2025-03-04
0
gia nasgia
Hahaha Shalin lupa kalau tidak single lagi 😂
2024-07-23
0
Nendah Wenda
yang sabar aka mungkin dengan kesabaranmu akan membuka hati shalin
2024-01-09
4