Azmi segera mengabari pada nomor yang diberi nama bidadari sholehah di ponselnya. Menunda pertemuannya besok dan akan bersilaturahmi seminggu lagi dengan membawa harapan baik. Pria itu mengirim pesan singkat itu dengan hati nervous, tetapi cukup yakin. Pesan sudah terkirim, dan pria itu hanya harus menunggu dengan sabar sampai ada balasan darinya.
Niat dalam kebaikan memang harus disegerakan, apalagi ini masalah hati, tentu harus segera dituntaskan agar tidak semakin meresahkan. Sudah berangan-angan, betapa indahnya merajut asmara dengan pujaan hatinya dalam balutan cinta yang halal. Hampir di setiap sujud malamnya, nama itu selalu tersemat dalam doa-doanya. Apalagi setelah Bang Aka memutuskan untuk menikah, tentu tidak ada lagi halangan dirinya untuk melangkah karena melompatinya.
"Cie ... yang lagi jatuh cinta, senyum terus ....!" ledek Zayyan si bungsu yang paling kepo.
"Jatuh cinta itu anugerah, Dek, nikmat ketenangan hati masih diberi rasa itu, semoga tidak salah jalan dan alamat."
"Bang Azmi beneran mau nikah dalam waktu dekat ini?" tanya Zayyan ragu.
"Insya Allah, semoga dimudahkan dan dilancarkan."
Sementara di kediaman rumah Bapak Ausky, nampak rumah mereka sudah didekor untuk acara akad besok. Tidak ada pesta yang meriah, hanya akan diadakan syukuran kecil setelah akad nikah. Mengundang orang sekitar, dan kerabat dekat saja. Pernikahan yang cukup mendadak membuat kedua keluarga tidak bisa ancang-ancang merencanakan syukuran yang besar, kendati demikian bukankah yang paling penting itu ijab qobulnya, sah di mata Allah, dah secara agama dan negara.
"Mom, aku masih ragu, bagaimana kalau di tengah jalan aku tidak bisa membawa diri, dan menjadi istri yang gagal?" tanyanya suatu malam. Gadis itu baru saja melakukan sujud panjang, menimbang keresahan hari menjelang hari H.
"Semua wanita akan merasakan hal yang sama, bahkan mereka yang awalnya saling mencintai pun akan merasakan kecemasan yang cendrung sama, perasaan apakah nantinya akan hidup bahagia, bisa menjadi baik setelah bersamanya, akan bersama dan membina rumah tangga sesuai harapan kita. Kecemasan itu sungguh wajar dirasakan bagi seorang perempuan yang mendekati hari pernikahannya."
"Apa dulu Mommy juga merasakan hal yang sama, apakah Mommy mencintai daddy saat menikah dulu?" tanya Shalin menatap sendu.
"Tentu sayang, mommy kamu itu sangat mencintai Daddy, bahkan tak bisa berpisah barang sejenak pun, bucin dia," sahut Daddy Sky tanpa dosa. Perempuan itu mendelik, sejurus kemudian bernapas lega tanpa harus menjelaskan fakta yang kurang berkenan.
"Gitu ya, Mom, indah sekali kalau bisa menikah dengan orang yang kita sayangi dan mencintai kita, sayang sekali aku tidak punya perasaan apapun dengan Ustadz Aka, kemarin aja aku dibikin kesel, Bun. Masa katanya calon istri tetapi aku jatuhin."
"Dijatuhin? Maksudnya?" tanya Mommy mengeryit bingung.
"Jadi gini, Mom ceritanya aku mau menghindari dari cowok resek di kampus, aku 'kan jalannya cepat nggak lihat-lihat terus aku nggak sengaja nabrak Pak Aka, tahu Mom apa yang terjadi?" Shalin menjeda sejenak, membuang napas pelan.
"Emang apa yang terjadi?" tanya Mommy penasaran.
"Dia awalnya nolongin aku, Mom, pegangin tanganku ketahan 'kan nggak jadi jatuh, aku otomatis lega, eh, tetiba dia istigfar kenceng banget terus pegangan tangan kami dilepas gitu aja, ya aku jatuh dong otomatis, jahat banget 'kan? Mana ada calon suami modelan kaya begitu, iya tahu dia alim nggak pernah bersentuhan mungkin, tetapi nggak gitu juga kali, emang aku apaan senajis itu?" papar Shelin berapi-api. Mommy Disya malah terkekeh hingga terpingkal-pingkal mendengar cerita putrinya.
"Itu sih deritamu sayang," guraunya setengah ngeledek.
"Mommy kok gitu, ikh ... Mom, aku nggak mau nikah sama Pak Aka, dia jahat 'kan?" Shalin mendadak bad mood.
"Dia itu bukannya jahat, tetapi mungkin kaget bersentuhan dengan kamu." Mommy Disya mengerling.
"Dia kesetrum cinta kamu, sayang. Hehehe. Makanya sampai dilepas takut nggak kuat," bisiknya dengan candaan.
"Mom, kok malah becanda sih, lagi kesel nih!" pekik Shalin bertambah sebal setelah mommynya menjauh.
"Gusti, aku beneran hari ini terakhir melajang, duh ... kok deg degan," gumam Shalin mondar mandir di kamarnya. Hingga menjelang malam, perempuan itu masih tetap terjaga, kantuk belum menyapa-nyapa.
"Shalin, tidur, jangan begadang, besok harus bangun lebih awal karena akadnya pagi sayang."
"Iya, Mom." Ngantuk tidak ngantuk perempuan itu akhirnya rebahan.
***
Keesok harinya, Mommy Disya sudah bangun dan bersiap sejak sebelum subuh. Keluarga Pak Sky terlihat sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan pernikahan. Shalin juga sedang dirias di kamarnya. Tubuh rampingnya terbalut gaun putih gading yang indah berbahan satin, brokat dengan payet-payet yang semakin terlihat memukau.
Acara ijab qobul pun dipisah, dengan mempelai perempuan menanti dari bilik lainnya. Mereka akan dipertemukan setelah sah, atau setelah mempelai pria mengikrarkan kalimat sakral itu. Jangan tanyakan perasaan Shalin saat ini, sungguh hatinya tak karuan, berkali-kali menggumamkan istighfar, semoga perjalanan panjang yang akan dimulai nanti dimudahkan dan dilancarkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
gia nasgia
Jeng.... jeng... jangan sampai Shalin pingsan gegara tahu klau Azmi adiknya paksu 😂
2024-07-23
1
Marhaban ya Nur17
disya ama pk dosen emang ada keturunan kembar ???
2024-02-26
0
Nendah Wenda
kasihan juga pasti Azmi shok banget kalau pengantin kakaknya shalin
2024-01-09
1