"Aku baik Azmi, tapi—" Shalin tidak melanjutkan kata-katanya, ia ragu untuk berterus terang, takut menyakiti hatinya yang mungkin punya harapan di setiap sujud yang sama.
"Kenapa Li, ada sesuatu kah?" tanyanya menatap lurus ke depan.
"Apa kemarin kamu sempat nitip barang ke Nesa, mm ... maksud aku hadiah untukku?" tanya Shalin sedikit ragu.
"Belum, tapi udah aku siapin di rumah. Aku pingin ngasih langsung ke orangnya, mungkin besok aku minta anter Azam biar kita nggak berdua aja, gimana?"
"Besok?"
"Iya, kamu bisa nggak? Kalau belum bisa juga nggak pa-pa sih, kita ketemu di tempat bersejarah kita."
"Iya, sekalian ada yang mau aku omongin ke kamu."
"Insya Allah, semoga tidak ada halangan, sampai ketemu besok." Shalin memakai sepatunya, lalu berdiri, lambaian tangan dan senyum manisnya memungkasi pertemuan mereka. Pria itu mengangguk dengan senyuman.
Hatinya selalu ditaburi bunga berwarna bila berjumpa, membuat keduanya menggumamkan istighfar banyak-banyak karena paham akan dosa. Kendati demikian, keduanya belum bisa mengakhiri karena status mereka yang masih sama-sama masa transisi. Namun, sepertinya Azmi tidak ingin menunda lagi, dan terlalu banyak dalam kubangan dosa. Pria itu paham, karena cinta yang benar tidak akan mengajaknya berlumuran dosa.
Sehabis dari kampus ia mulai berpikir dua kali untuk mengakhiri kekaguman yang mulai meresahkan, dengan segenap hati dan bismillah, pria itu menemui abah dan umi di suatu malam hari selesai makan malam.
"Umi, Abah, saya ingin menikah?" celetuk Azmi tiba-tiba. "Kami saling menaruh hati satu sama lain, takut perasaan ini menjadi dosa karena betah menatap yang bukan mahromnya," ujar Azmi cukup mengejutkan semua orang yang ada di ruang makan.
Semua orang yang sedang khusuk menikmati hidangan mendadak diam, dan berhenti dengan kegiatan yang sedang berlangsung. Termasuk Aka yang tengah mengunyah, menghentikan kegiatanya dan menatap serius adiknya.
"Kamu sudah ada calonnya?" tanya Aka serius.
"Insya Allah, kami saling mengagumi kak, takut terjerat dalam dosa, jadi ... aku akan mengkhitbah saja," ujarnya percaya diri.
Pria yang mempunyai hobby otomotif itu berbicara nampak serius di depan keluarganya.
"Menikah itu bukan perkara satu dua hari, tetapi untuk selama semasa kita hidup, ibadah paling panjang dan lama, harus dibekali dengan iman, mental dan kesiapan, baik lahir maupun batin. Tidak melulu masalah cinta, jika kamu belum bisa memenuhi syarat yang sederhana itu, maka berpuasalah."
"Saya sering puasa Abah, saya juga sudah menahan diri, namun setiap tak sengaja bertemu dengannya rasa mengagumi yang besar membuat Azmi terkadang betah menatapnya, Azmi takut Allah marah lantaran tidak bisa menjaga diri. Maka dari itu, untuk menghindari rasa ini semakin tak karuan, Azmi lebih baik menikah muda untuk menghindari dosa."
"Azmi insya Allah siap secara lahir maupun batin, siap membina rumah tangga," sambungnya yakin. Pria itu walaupun masih kuliah sudah punya penghasilan sendiri. Mengelola bengkel pribadi yang ia dirikan karena kecintaannya terhadap dunia otomotif, membuat ia luangkan untuk berbisnis sambil kuliah. Azmi juga seorang penulis di blog dan situs on line dengan berbagai artikel yang berhubungan dengan kajian islam. Pria itu aktif di organisasi kampus dakwah islam.
Umi Salma dan Kyai Emir saling bertemu pandang, kemudian mengunci dalam diam.
"Besok Aka akan menikah, sebaiknya jangan bersamaan, kalau kamu sudah beriktikad baik kami sebagai orang tua tentunya hanya bisa mengarahkan untuk hal yang lebih baik. Kamu bisa melamarnya nanti setelah kakakmu menikah, kami akan mengantarmu, pastikan gadis itu gadis yang baik dan berakhlak baik, serta dari keluarga yang baik, agar tentram jiwamu nanti menggapai ridho ilahi." Azmi mengangguk yakin.
Azmi sudah mendapat lampu hijau dari orang tuanya, pertemuan besok akan ia sempatkan untuk berbicara langsung maksud dan tujuannya.
Sementara Shalin yang ditemani Reagan sedang menahan kesal mendapati tidak ada satu bukti apapun mengenai kejadian yang terjadi di Gayatri.
"Mana bisa begitu, tolong Pak, saya mau lihat rekaman CCTV lainnya pada hari senin lalu malam hari, ada seorang pemuda bermasker yang membawa saya ke sini," kekeh Shalin yakin.
"Maaf, Adek, di sini ada banyak tamu yang datang dan kejadian yang Adek maksud tidak tertangkap layar keamanan kami," kekeh pegawai itu yakin.
"Kami tidak bisa memberikan informasi pelanggan yang bersifat pribadi, karena itu sudah menjadi ketentuan peraturan hotel ini."
"Oke, baiklah!" pasrah Shalin kesal. Merasa ada yang janggal, atau jangan-jangan hotel ini milik keluarga Morgan, sehingga terkesan dilindungi? Kalau benar, ini akan menjadi semakin rumit untuk menuntaskan kasus ini.
Gadis itu mendes@h frustrasi, merasa tidak ada jalan lain selain dengan pasrah menerima pinangan itu demi tetap amannya marwah dirinya, dan tentunya untuk kebaikan bersama.
"Bismillah, ya Allah ... tunjukkanlah jalan yang baik untukku, jika memang dia adalah jodohku, lapangkanlah dan tanamkanlah cinta yang tulus agar langkahku tak lagi berat, sesungguhnya Engkau yang maha membolak-balikan hati manusia, ya Rabb ... aku berserah diri pada-Mu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
COBA AJA YG MINTA CEO,ATAU ASISTEN CEO ATAU IRANG KENAMAAN,PASTI LANGSUNG DI KASIH COPY NYA,GAK BAKALAN BANYAK DRAMA KEK GINI..
2025-03-04
0
Qaisaa Nazarudin
Kasihan banget kamu,Kamu terlambat,Pujaan mu bakal nikah sama Pria lain..🥹🥹
2025-03-04
0
Qaisaa Nazarudin
Huaaaaa ..gak tau aja Azmi kalo pujaan hatinya nikah sama kakaknya..😭
2025-03-04
0