"Pak Aka!" seru Shalin ternganga, secepatnya ia menutup mulutnya yang sedikit syok.
Pria itu mengaduh, merasakan berdenyut pada kepalanya. Niat hati mau mlipir numpang ke belakang karena mau nerima telepon, malah kena timpukan tak sengaja.
"Aduh ... sory, sory, nggak sengaja, Bang Reagan si pelit, pinjam aja nggak boleh," kilahnya ketus.
"Ada apa ya?" tanya Mommy Disya nimbrung.
"Itu Mom, Pak Aka kena timpuk, tolongin dong." Rily jadi salting gegara insiden tadi.
"Nak Aka nggak pa-pa?" tanya Mommy memastikan calon mantunya.
"Iya, nggak pa-pa, cuma agak pening sedikit."
"Shal, ambilin obat anti memar, kasihan tuh kening Ustadz Aka ruam."
"Iya, Mom," jawab Shalin bergegas.
"Ini obatnya," Shalin menyodorkan pada mommynya.
"Re, bantuin, kok malah bengong," tegur Shalin kikuk.
"Sini Bang, biar aku bantu," ujar Reagan menghampiri.
"Nggak pa-pa, ini udah nggak pa-pa kok." Pria itu nampak tenang.
"Anggap aja timpukan cinta, pertama datang langsung disambut dengan ginian, apa nggak jadi kenangan, bisa tuh sampai punya anak nanti masih ingat aja. Hehe," papar Reagan nyengir. Sementara Shalin mendelik kesal.
"Kamu jadi cowok cerewet banget sih." Shalin yang kesal langsung menyeret kembaranya ke belakang. Aka sendiri hanya menggeleng pelan seraya tersenyum. Sepertinya hidupnya akan tambah berwarna semenjak bertemu Shalin.
"Adoh ... tolong, Mom, aku dianiyaya Shalin."
"Ikh ... fitnah mulu jadi orang."
"Udah, udah, tengkar mulu udah mau jadi manten, sayang cepet ke depan, salim tuh sama orang tuanya Aka."
"Iya Oma." Shalin mengangguk sopan kepada semua yang hadir, lalu menghampiri kaum perempuan yang saling berdampingan. Satu seumuran mommynya, dan satu lagi masih terlihat muda, mungkin wanita tersebut ibunya Aka dan kakaknya.
"Assalamu'alaikum ... Umi," salam Shalin menyambut hangat dan menyalim dua wanita beda generasi tersebut.
"Ini calon ngantennya, masya Allah ... cantiknya calon istri Aka," puji Aida tulus.
"Terima kasih, Mbak. Mbak juga cantik," balas Shali tertunduk malu.
Kedua keluarga besar itu nampak duduk serius, setelah mengucapkan salam silaturahmi, mereka mengutarakan maksud dan tujuan lamaran dadakan itu. Mendadak Shalin merasa tidak nyaman, dan tidak rela kalau harus cepat-cepat, dirinya bahkan belum genap dua puluh tahun, masih ingin menikmati masa-masa mudanya yang penuh warna.
"Mommy, yang benar saja, masa tiga hari dari sekarang, kita baru ketemu kemarin lo ya, gimana nasib diriku nanti?" bisik Shalin resah. Setelah mendengar kesepakatan akan dilangsungkan pernikahan mereka kurang dari satu minggu.
"Sshht ... kamu nurut aja sayang, ini demi menjaga marwah kamu untuk menghindari fitnah. Lebih cepat lebih baik, bagaimana kalau orang tersebut sampai menyebarkan vidio itu dan kamu belum menikah, semua orang yang tahu akan menghujat kamu, reputasi Daddy di kampus, nama baik keluarga, semua berimbas untuk keluarga Aka juga, untung mereka tidak menyalahkan atau memojokkan kamu yang menjadi tersangka pertama karena lancang masuk ke kamar Aka."
"Namanya juga setengah linglung, Mom, ya mana tahu kejadiannya bakal kaya gini."
Sepulang dari acara lamaran itu, keluarga Ustadz Aka nampak sibuk menyiapkan pernikahan yang sangat mendadak itu. Sama juga dengan keluarga Mommy Disya, mendadak sibuk menyiapkan dengan waktu yang begitu mepet, tentu tidak siap dengan hajatan besar. Sudah disepakati dari kedua belah pihak tidak ada pesta, hanya mengundang keluarga terdekat saja, untuk menghadiri pernikahan itu nantinya.
"Shali, mau ke mana?" tanya Mommy mendapati putrinya pamitan.
"Balik lah, Mom, 'kan aku udah izin dari kemarin, sekarang masih ada kesempatan dua hari lagi untuk masuk ke kampus. Nanti Shalin pulang ke asrama, Mom, males jauh kalau harus ke rumah," ujarnya datar. Menyalim punggung tangan Mommynya.
"Kamu dianterin sama Reagan aja ya, Mommy nggak tenang kalau berangkat sendiri." Pernikahan tinggal lusa tentu sebagai orang tua sangat khawatir. Tetapi justru Shalin ingin merasakan kebebasan dirinya terlebih dahulu selama dua hari ini, sebelum menjadi seorang istri.
"Aku bawa motor sendiri aja, Mom, biar nanti pulangnya gampang dan nggak ngrepotin orang," ujarnya menemukan solusi yang paling mutahir. Sebenarnya gadis itu ingin jalan-jalan menikmati udara kebebasan sebelum dipinang, namun peristiwa kemarin cukup membuat ia takut, dirinya juga dituntut harus lebih berhati-hati dalam memilih pertemanan.
Lebih dari satu jam, berkendara di atas rata-rata, yang menjadi kesukaan Shalin adalah cepat sampai jika dengan motor, gadis itu sampai di kampusnya. Kampus pilihan orang tuanya yang menginginkan anaknya terdidik dengan baik. Kuliah sambil ngaji, begitulah slogannya. Shalin berjalan menyusuri koridor yang nampak ramai.
Jam pertama mendapat makul pukul sepuluh, ia baru sampai sesuai target prediksinya. Sehingga tidak ada waktu mengobrol atau sekedar bergosip bersama sahabat rempong. Masuk kelas, duduk dengan tenang, mengikuti materi selama sembilan puluh menit. Masih stay ketika dosen memberi salam, bersiap ke asrama, menyiapkan berbagai alasan sebelum iqab menyapa, berharap ada keringan.
Tanpa sadar, ia menghela napas sepenuh dad@, tidak bersemangat tetapi harus tetap dijalani. Gadis itu berjalan gontai menuju parkiran. Tak dinyana, di sana bertemu dengan si biang kerok yang rasanya ingin Shalin lenyapkan.
"Hallo sayang, udah berani masuk lagi?" sapanya bergerak mendekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
gia nasgia
Dasar sikopat 😏
2024-07-22
0
Sintya Ashari
hemmm
2024-02-12
1
Nendah Wenda
tendang aja shali tuh cowok brebgsek
2024-01-09
1