Aka nampak serius menceritakan kronologi semalam kepada kedua orang tuanya. Pria itu juga menjelaskan tentang vidio terkait dan juga silsilah keluarga Shalin yang tak lain orang yang cukup sering datang ke pesantrennya.
"Jadi dia anaknya Pak Sky?" tandas Kyai Emir.
"Iya, Bah, gimana menurut Abah dan Umi?" Aka nampak serius meminta pendapatnya.
"Subhanallah, mudah bagi Allah sebenarnya membolak balikan hati manusia. Kalau memang benar begitu, tindakanmu sudah tepat, Nak. Semoga Allah melancarkan segala urusan kamu."
"Aaminn ... Bah, jadi bagaimana? Bisakah nanti Umi dan Abah menemani Aka untuk mengkhitbah gadis itu?" mohon Aka serius.
"Iya, lebih baik begitu, untuk menghindari fitnah di antara kalian juga. Semoga ini memang jodoh yang diharapkan Umi dan Abah."
Setelah berbincang cukup serius dengan kedua orang tuanya, dan kedua orang tua Aka setuju, pria itu langsung menghubungi Pak Sky dan kesiapannya. Keluarga Aka menjadi mendadak sibuk menyiapkan seserahan dan semacamnya. Sudah mengantisipasi hal yang seperlunya dibutuhkan, menyiapkan juga surat menyurat penting dan data diri sebagai persyaratan pernikahan.
Sementara di kediaman Pak Sky, pria itu antara lega dan juga merasa masih kepikiran anak perempuannya yang sebenarnya masih terlalu belia untuk soal pernikahan. Seandainya tidak ada vidio itu, sudah barang tentu menunda sebentar lagi setidaknya sampai anaknya lulus.
"Sayang, siap-siap masak yang banyak. Keluarga Kyai Emir jadi ke sini untuk mengkhitbah anak kita," ucap Pak Sky serius.
"Kamu serius, Mas? Shalin bagaimana? Apa kamu sudah memberitahu anak kita, aku bingung Mas, gimana kalau anak kita tidak setuju."
"Biar aku yang bujuk, setuju atau tidak setuju toh ini demi kebaikan dia juga. Kita juga merasa tenang sebenarnya, karena ada yang mengawasi pergaulannya lewat Aka, yang akan bertanggung jawab penuh atas Shalin jika sudah menikah."
Sejak semalam, Shalin belum keluar kamar dan juga mengurung diri di kamar. Gadis itu masih shock lebih tepatnya atas kejadian semalam, ditambah mendengar Pak Aka serius ingin melamarnya, dunia terasa runtuh sudah, tidak ada semangat dalam dirinya. Mendadak hatinya begitu kesal dengan Morgan, siapa lagi dalang dibalik semua ini. Shalin mulai merangkai kejadian demi kejadian sebelumnya.
"Nesa, apa iya dia sejahat itu, mungkinkah ada hubungannya dengan sahabatnya itu? Sudah jelas dia yang mengirim pesan karena Azmi katanya menitip hadiah untuknya. Ah Azmi, pria sholehku." Mengingat pemuda itu mendadak mood Shali berubah sedikit lebih baik.
"Semoga doaku, dan doamu sama. Aku akan menunggumu, meminta restu pada Daddy, sesuai janjimu nikah tanpa pacaran." Gadis itupun malu-malu sendiri mengingat kesepakatan yang telah dibuat.
[Shalin, andai Tuhan merestui, aku ingi menghalalkan dirimu nanti setelah kita lulus. Tolong jaga perasaan ini, sampai aku halal menyentuhmu~Azmi]
Semenjak saat itu mereka terpaut walau terasa jauh, sama-sama mengagumi dalam diam dan doa. Dan semenjak saat itu juga mereka sering bertukar hadiah lewat seseorang yang sekiranya dapat dipercaya. Hingga suatu hari, rasa di hati itu terusik karena kehadiran si anak filsafat, dengan menyatakan cinta. Tidak tanggung-tanggung, pria itu menembaknya di tempat umum dan depan khalayak ramai, namun karena hati Shali telah terpatri pada satu pria yang nyaris sempurna, tentu saja Shali menolaknya.
Dari situlah Morgan berulah, dibalik skandal yang tercipta untuk dirinya. Demi apa? Morgan merasa sakit hati dan kecewa, atas penolakannya. Dengan demikian, ia bermaksud melecehkannya, agar keadaan berbalik dengan gadis itu yang mengejar-ngejar dirinya hanya untuk sebuah tanggung jawab. Namun, misinya gagal total sebab Shalin malah berhasil lolos dan terjebak di kamar pria lain.
Mengingat kepingan demi kepingan, tak sabar rasanya gadis itu untuk meminta penjelasan pada sahabatnya itu. Ia pun segera bangkit dari pembaringan dan berniat kembali ke asrama.
Saat kedua orang tua itu tengah sibuk merangkai kata yang tepat untuk anaknya. Gadis itu keluar dari kamar dan mendapati keluarga besarnya berkumpul di sana, termasuk nenek dan kakeknya.
"Mom, Dadd, kenapa pada ngumpul di situ?" tanyanya dengan nada pelan. Menghampiri keluarganya dan menyalim takzim punggung tangan kakek neneknya. Semua berkumpul menyambut acara lamaran Shalin.
"Iya dong, 'kan hari spesial kamu?" jawabnya semringah.
"Hari spesial? Maksudnya apa? Oh ya ampun ... jangan-jangan Pak Aka beneran mau datang?"
"Kamu mau pergi? Kok rapih aja."
"Eh, iya Oma, Shalin mau kembali ke asrama," jawabnya seadanya.
"Lho, gimana sih sayang, mau ada acara penting begini bukannya siap-siap, malah mau balik," protes Oma Yuki tak terima. Ia bahkan membawa beberapa lembar pakaian untuk cucu kesayangannya yang diambil dari butiknya.
Mendadak Shalin merasa pening sendiri, gadis itu bahkan nyaris roboh tak bertenaga. Mommy Disya sampai kembali membawanya ke kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Borahe 🍉🧡
Sayangnya harapanmu gak sesuai Asmi. kkmu deluan yg menghalalkan
2024-07-26
0
gia nasgia
Next
2024-07-21
0
Sintya Ashari
🥴🙏👍❤️ jodoh siapa? tahu
2024-02-12
1