"Pakaianku basah, bisakah kau meminjamkan satu ganti untukku, apa saja asal bisa masuk dalam tubuhku," ujar Shali berbicara lewat celah pintu yang sedikit terbuka.
"Nanti aku siapin di atas kasur, ambil saja, aku akan keluar sebentar. Kita tidak boleh dalam satu ruangan yang sama tanpa ada penengah orang dewasa," ujarnya bijak.
Shali cukup bersyukur dipertemukan dengan orang yang baik hati seperti pria itu, yang Shali sendiri tidak tahu namanya. Gadis itu sudah memakai bathrobe dan segera melangkah keluar kamar mandi. Ia mengambil pakaian pria itu, meneliti sebentar sebelum akhirnya menghembuskan napas panjang.
"Ya salam ... pakaian apa ini, kemeja kedodoran dan kain sarung? Hadeh ... males banget lagi bekas orang." Shali masih menimang-nimang. Karena tidak ada pilihan, akhirnya dia memakai kemeja itu beserta sarungnya.
Baru saja selesai gadis itu mengganti pakaian, pria itu masuk beserta membawa makanan.
"Rumah kamu mana? Ini sudah malam biar saya antar," ujar pria itu mencoba berkomunikasi dengan jarak yang lumayan jauh, pun dengan tidak berani menatap ke arahnya. Pria itu selalu membatasi diri, suci dari hal-hal dunia pada umumnya.
"Rumahku jauh, tetapi aku tinggal di asrama kampus islam, jam segini pasti udah tutup aku nggak bakalan boleh masuk," ujar Shali sendu.
"Kamu mahasiswa di sana?" tanyanya penuh selidik.
"Ya, bolehkah aku menginap di sini sampai besok?"
"Boleh kalau kita punya ikatan yang sah menurut agama kita, jawabannya tentu sudah tahu 'kan?" jawab pria itu tanpa menoleh ke arahnya.
Glek
Shali menelan saliva gugup, dengan Azmi saja ia sangat menjaga pandangan walaupun banyak perasaan di dalamnya, tetapi kenapa dengannya gadis itu merasa penasaran.
"Boleh aku pinjam ponselmu, aku ingin menghubungi seseorang," pintanya menurunkan canggung. "Dompet dan ponsel aku entah di mana, aku kehilangan. Mungkin saat aku berlari tadi, atau entahlah aku lupa."
"Mau menghubungi orang tuamu?" Sebenarnya itu yang ada dipikirannya, tetapi ia ragu, bagaimana kalau ayahnya malah ngamuk karena salah paham. Gadis itu pun akhirnya mengurungkan niatnya, ia hanya ingin pulang ke asrama tanpa iqob.
"Bukan, aku tidak hafal nomornya." Shali nampak bingung.
"Baiklah, tolong antar aku ke asrama saja," ujarnya pasrah. Hukuman pasti besok siap menantinya.
"Aku bawa makanan untukmu, mungkin kamu lapar, ingin makan dulu?" Shali mengangguk, mengiyakan.
"Terima kasih, akan aku ganti nanti kalau kita dipertemukan kembali," ujarnya sungkan. Pria itu tersenyum tipis mendengarnya.
Setelah menghabiskan makanannya, pria itu bersiap mengantar gadis itu, ia juga tidak berniat untuk menginap, sebenarnya hanya singgah setelah sebelumnya mengisi acara disebuah kajian islam antar komunitas hijrah.
"Mari saya antar, silahkan keluar lebih dulu."
"Terima kasih," gumamnya seraya keluar mendahului pria itu. Pintu telah terbuka, dengan gadis itu keluar dan pria itu di belakangnya.
"Mommy!" pekik Shali kaget. Mendapati kedua orang tuanya ada di depan kamar 205 dengan seorang petugas hotel.
Begitu juga dengan pria di belakang Shali, Sky yang tadinya sudah meluap-luap penuh emosi membayangkan sesuatu yang mungkin terjadi. Mendadak lebih tenang dari sebelumnya. Sebelumnya, pria paruh baya itu telah mendapatkan kiriman vidio, tetapi masih kurang yakin dengan objek yang dilihat.
Dalam seperkian detik, mereka saling tatap, sebelum akhirnya mengamati dengan seksama.
"Pak Sky!"
"Pak Aka?"
"Kalian kenapa bisa ada di hotel yang sama, dan ruang yang sama?"
Shali dan Mommy Disya nampak bingung dengan kedua pria tersebut.
"Kok Daddy kenal?" tanya Shali bingung.
"Iya, Daddy sering berkunjung ke rumah Ustadz Emir."
"Kamu belum jawab pertanyaan Daddy, Shal, seharusnya kamu di asrama? Kenapa bisa di sini dengan Pak Aka? Daddy tahu Pak Aka orang baik, tetapi tetap saja kalian tidak boleh dalam ruangan yang sama, itu bisa menyebabkan fitnah. Apa terjadi sesuatu?" Sorot mata Sky memindai Aka dan Shali dengan tatapan mengintimidasi.
"Kenapa kamu harus mandi dan mengganti pakaianmu? Shal!"
Mereka akhirnya memutuskan untuk masuk kamar kembali beserta kedua orang tuanya Shali. Tentu saja mereka mendapat pencerahan rohani.
"Coba jelaskan!" titahnya tegas.
"Shali dikerjain teman, Dad. Sampai akhirnya terdampar di sini, tapi ... kok Daddy bisa tahu?"
"Ada orang yang menghubungi nomor kami, masalahnya dia juga mengirim vidio kalian saat berbincang di depan kamar, dengan Shali akhirnya masuk ke dalam."
"Kenapa sepanik itu, Dad, toh kita nggak ngapa-ngapain, aman dong."
"Masalahnya tidak sesederhana itu, dia mengancam akan menyebarluaskan vidio itu dan pastinya itu akan berimbas untukmu Shali, orang-orang akan mengira kamu telah berbuat tindakan amoral bersama Pak Aka, karena memasuki kamar hotel yang sama."
"Astaghfirullah ... sepertinya orang itu sengaja mencari kesenangan pribadi untuk membuat hidup Shali menderita."
"Saya akan menutup aib ini, saya juga memikirkan pesantren abah. Bagaimana kalau orang itu beneran ngelakuin itu?"
"Maksud kamu?"
Mommy Disya dan Shali menyimak serius.
"Saya akan menikahi putri, Bapak," jawabnya padat, jelas, dan cukup berani.
"What!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
gia nasgia
Shali anak ketiga pak Dogan ya kak? setahun nya Reegan dan Reeliy nama anaknya 🤔
2024-07-21
0
Sintya Ashari
ya...ampun akhirnya dinikahi ustad cap cup kak lanjut mampir y
2024-02-12
2
Nia Nara
Sky bisa takut ya anak gadisnya diapa2in orang, lah dulu dia gimana sama disya ? Main garap aja anak gadis orang
2024-01-16
0