Bagai kucing yang meraung, gadis itu menancapkan gigi putihnya pada lengan pria itu yang menahan tubuhnya.
"Damn! Mau lari ke mana kamu, Shal!" Morgan dengan setengah mengibaskan tangannya menahan rasa sakit, kembali mendekati Shali yang tengah berpikir mencari jalan keluar.
"Morgan, lepasin!" Gadis itu terus meronta di tengah rasa takut yang melanda.
"Kamu harus membayar mahal atas apa yang kamu perbuat untukku, kamu pikir aku tidak sakit hati, nggak usah sok cantik, sayang, sebentar lagi kamu bahkan akan berakhir denganku!" tawanya sumbang terdengar menjijikkan.
Dengan rasa putus asa yang mendera, Shali refleks menendang inti tubuh pria itu hingga ia tersungkur.
Bahkan saat pria itu tengah meronta kesakitan, dengan beraninya Shali mengulang untuk yang kedua kalinya hingga pria itu terkapar tak berdaya.
"Akh ….!" desisnya menggeram marah. Tubuhnya tak bisa berdiri saking kejutnya.
Tak mau peduli, netranya nyalang menyusuri ruangan, mencari kunci digital dan menemukan kunci RFID yang terletak di nakas tepatnya di bawah ponselnya. Berjalan mendekati pintu dengan gugup, mencari kontak sensor pada pintu kamar, yang biasanya terletak di bawah daun pintu kamar hotel. Ia mengetukan cardlock pada kotak sensor tersebut. Terdengar bunyi dengan lampu sensor berwarna hijau itu menyala. Secepat kilat gadis itu memutar daun pintu itu.
Bruk!!
"Maaf, maaf nggak sengaja!" ucapnya tanpa menoleh objek di depannya yang ditabrak. Shali terlalu fokus menatap pintu itu, ingin berlari tetapi bahkan kakinya terasa berat dan kepalanya berputar.
"Iya nggak pa-pa, kamu yang tadi di lift 'kan?" tanya pemuda yang tadi sempat memergokinya tanpa suara. Hanya menatapnya datar.
"Shali berhenti!" Suara Morgan yang lantang sampai menembus pendengaran perempuan itu.
"Astaghfirullah …." Gadis itu memegang kepalanya yang berdenyut, mencoba menetralisir rasa sakit yang teramat berat, seperti berputar-putar.
"Tubuhku panas, aku haus," rengeknya mencengkram lengan pria yang baru saja bertabrakan dengannya. Tak pernah bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahromnya, pemuda itu langsung menepis lembut tangan gadis itu.
"Kamu tunggu di sini ya, biar aku ambilkan minum," ujar pria itu membuka kamar hotel.
Melihat pergerakan Morgan yang keluar dari kamar hotel dan bersiap mengejarnya, membuat kaki Shali refleks menerobos masuk ke dalam kamar pemuda itu begitu saja.
"Hai, sudah kubilang tunggu, kamu tidak boleh masuk atau akan menyebabkan fitnah!" Pemuda itu hendak mengusir gadis muda yang nampak semrawut itu, tetiba dia malah meronta dan berlari menuju kamar mandi. Setelahnya, terdengar suara orang yang sedang muntah-muntah.
Pemandangan itu tak luput dari tatapan Morgan yang ingin mengejarnya. Karena merasa kesal, Morgan berniat memutar balikan cerita. Ia melapor pada kedua orang tua Shali dan mengarang cerita.
Sky dan Disya yang tengah bersiap membuai mimpi, dikagetkan dengan vibrasi telepon yang terus memekik. Pria yang tak lagi muda itu dengan malas menerima telepon dengan perasaan sedikit tak minat.
"Siapa Mas?" tanyanya merasa penasaran. Pria itu menggeser tombol hijau dengan kedikan bahu yang menyatakan tidak tahu.
"Malam Om, saya temannya Shali, ingin menginfokan berita penting terkait anak Om yang saat ini tengah berbuat tindakan asusila dengan seorang pria di kamar hotel Gayatri 205," jelasnya padat, singkat, dan membuatnya bingung.
"Heh, kamu siapa? Anak saya itu di asrama, jadi tidak mungkin—"
"Om bisa datang saja langsung ke sini untuk lebih jelasnya." Telepon terputus dan menyisakan rasa cemas yang mendalam pada pria itu.
"Sayang, anak kita dalam bahaya." Sky langsung melompat dari kasur dan bersiap menuju lokasi.
Sementara di kamar 205, pemuda yang belum diketahui identitasnya itu bingung sendiri, dan akhirnya berniat menunggu di luar kamar mandi. Lama tak terdengar, membuat pria itu penasaran juga. Tangannya tergerak mengetuk pintu itu dengan kencang.
"Mbak! Mbaknya nggak pa-pa?" Sedikit rasa cemas tidak ada sahutan membuat pria itu mendorong pintunya yang sama sekali tidak terkunci.
"Mas, tolong … tubuhku terasa panas," rengeknya menatap sayu penuh kilatan yang lain di manik hazelnya. Gadis itu terduduk di lantai kamar mandi berusaha menguasai diri. Otak dan tubuhnya tidak bisa singkron satu sama lain. Bahkan, pakaian atas gadis itu terlihat lusuh dan terbuka.
"Astagfirullah … sepertinya kamu dalam pengaruh obat." Pria itu mulai berpikir dengan akalnya. Bingung harus melakukan apa, akhirnya memutar shower dan mengguyur tubuh gadis itu begitu saja.
Shali tergeragap untuk beberapa detik, ia meronta ketika tubuhnya terasa dingin.
"Akh ... berhenti! Kenapa kamu mengguyurku, aku bisa mati kedinginan!" bentak gadis itu menggerutu kesal. Melihatnya yang sudah menggigil kedinginan, membuat ia menghentikan tindakan impulsifnya.
"Bersihkan tubuhmu, habis ini aku antar kamu pulang!" titahnya dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Apa Morgan lupa kalo di mana2 hotel itu ada CCTV nya..Jangan bilang kalo di hotel ini gak ada CCTV nya..
2025-03-04
0
gia nasgia
Kisahnya anaknya Dogan sky dan Mom Disya 😍
2024-07-21
0
Tintin Nurhayati
👍💪
2024-04-26
1