Parida Pun pergi dengan menggunakan taxi, namun sebelum pergi ke tempat tujuan ia, mampir terlebih dahulu ke toko perhiasan untuk menjual kalung warisan dari ibunya.
Sesampai di toko perhiasan itu, ia menyerahkan kalungnya yang sebenarnya sangat berarti baginya, untuk di jual.
"Pak, kira-kira laku berapa ya, kalung ini jika saya jual?” Parida bertanya kepada sang pemilik toko.
"Sebentar ya Bu, saya lihat,” kata pemilik toko sambil memeriksa perhiasan yang di berikan padanya dari tangan Parida. “Mungkin sekitar ... 500 juta, Bu.
"Apa tidak bisa lebih, Pak?” Tanya Parida dengan wajah berkerut.
"Itu sudah harga tertinggi, Bu," ucap sang pemilik toko itu lagi, masih tetap melihat-lihat perhiasan di tangannya.
"Ya sudah, saya jual kalungnya." Parida pun menyerahkan kalungnya kepada pemilik toko.
Tidak berselang terlalu lama, Parida sudah memegang uang hasil penjualan kalungnya. Setelah itu, ia segera pergi ke tempat tujuannya semula.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, akhirnya sampailah ia di sebuah rumah.
Parida berdiri di depan rumah itu sambil mengetuk-ngetuk pintunya, tapi belum Ada jawaban juga.
Setelah cukup lama menunggu, barulah pintu itu terbuka dan terlihat wajah yang menyembul dari balik pintu sangat kusut dan berantakan. Namun, ia segera sadar bahwa mantan mertuanya saat ini yang tengah berdiri di pintu rumahnya.
"Permisi, Mira, apa kita bisa bicara sebentar?”
Ucap Parida kepada Mira.
"Maaf nyonya, saya sebentar lagi berangkat ke kantor dan sekarang belum bersiap,” dengan nada datar, Mira menjawab permintaan ibu mertuanya dulu.
"Mir, mungkin ucapan suami saya sangat melukai kamu, Saya minta maaf, untuk semua itu.” Kata Parida tegas.
Dengan raut wajah yang sedih Parida menatap Mira.
"Saya minta waktu, Mir! Tidak lama, lima menit saja.”
"Silakan nyonya masuk dulu,” kata Mira dan mempersilakan Parida untuk masuk.
"Terima kasih,” ucap Parida, sambil melangkah masuk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumah Mira.
Setelah mereka duduk berhadapan, Parida pun mengambil amplop coklat dari tasnya.
"Mir, Ini mungkin cukup buat membayar biaya pengobatan Cucuku,” katanya dengan suara lembut, lalu dia kembali berkata, “maaf atas kejadian kemarin.”
"Terima kasih, Nyonya ... tapi maaf, saya sudah membayar lunas untuk pengobatan anak Saya dan tidak butuh uang dari Nyonya lagi.” Mira pun berbicara sambil tersenyum sinis, menganggap sikap mantan mertuanya itu sudah sangat terlambat.
“Dan nanti siang jam dua siang akan di lakukan Operasinya,” kata Mira setelah diam sejenak.
“Maaf, Nyonya, sekarang Saya harus bersiap untuk berangkat ke kantor, Jika tidak Ada yang ingin dibicarakan lagi, silakan Nyonya keluar dari rumah ini.” Mira kembali berkata sambil berdiri.
Parida pun ikut berdiri, dengan raut wajah yang sedih memohon kepada Mira, “Apakah Saya bisa menengok Cucu Saya di Rumah sakit, sekang?”
"Bukannya saya tidak mengizinkan Nyonya datang ke sana, tapi Saya khawatir.Bagaimana jika tuan Basrie tahu Nyonya menemui kami, Bukan hanya Anda yang terkena masalah tetapi, kami juga!,Apa Anda Masih ingat dengan kejadian dulu, beliau yang rela menyuruh orang hanya untuk membakar tempat tinggal kami?” Kata Mira sambil menahan sesak di dada.
“Sudah cukup Nyonya, penderitaan kami selama ini dan maaf juga atas kehadiran saya kemarin di rumah Anda. Awalnya saya berharap bahwa ada sedikit rasa empati Tuan Basrie terhadap anak Saya, mengingat dia juga Cucunya... Ternyata Saya sudah salah besar untuk menginjakkan kaki di rumah Anda.” Mira pun terus berbicara mengungkapkan apa yang selama ini ia pendam.
"Maaf ....” hanya itu yang terucap dari bibir Parida, sedangkan sorot matanya mengisyaratkan penyesalan yang mendalam.
"Tidak perlu minta maaf Nyonya, ini bukan salah Anda, Tapi ini salah Saya. Selalu berharap bahwa kalian semua akan menerima kehadiran kami setelah kematian ayahnya Zay. Ternyata itu hanya mimpi.”
Mira diam sejenak, menarik napas dan kembali berkata.
“Semua selalu berfikir bahwa saya yang telah membunuh Jul dan Zay anak pembawa sial, ah ... yang benar saja!”
"Saya tidak pernah berpikir seperti itu,bahkan saya sangat menginginkan kehadiran kalian, ingin melihat tumbuh kembang Zay, tapi apa daya," Parida menyanggah ucapan mira
"Saya juga tidak punya kekuatan untuk melawan ayahnya Jul.” Parida pun berbicara dengan nada gemetar dan menahan tangis.
“Bahkan di hari meninggalnya Jul, kalian tidak ada yang datang, hanya untuk mengucapkan bela sungkawa.Padahal Jul jelas-jelas anak kalian! Apakah sebuah kesalahan besar yang tidak bisa dimaaf kan hanya karena dia menikahi gadis miskin seperti saya?” Tangisan Mira pun pecah, yang selama ini berusaha ia tahan.
Parida mendekat ke arah Mira Dan memeluknya, Akhirnya mereka saling memeluk sambil menangis.
Parida mengelus punggung Mira, sambil berkata, “lupakan semua yang sudah terjadi mulai hari ini, saya berjanji akan berusaha untuk selalu ada disaat kalian membutuhkan, Sekali pun itu harus menentang Suamiku.”Kata parida sambil berusaha membuat Mira sedikit tenang
"Tidak perlu Anda melakukan itu Nyonya,” Mira mengurai pelukan mereka, sambil menatap wajah Parida yang sudah tidak muda lagi. Bagi Mira ini pertama kalinya ia di peluk ibu mertuanya.
Sehangat inikah pelukan seorang ibu? Batinnya.
"Jul ... sekarang ibumu datang ke rumah kita, dan itu janji yang sering kau ucap kan padaku, Semoga kamu bahagia di alam sana.” Batin Mira seolah hatinya tersenyum pada mendiang suaminya.
"Nyonya, maaf ... Saya bersiap dulu, Sebentar lagi saya akan pergi ke kantor.” Mira mengucapkan itu untuk memperingati mertuanya agar segera pergi.
“Jangan panggil saya Nyonya, mulai sekarang panggil Mama seperti Jul memanggil ku, Mama ....” kata Parida sambil tersenyum hangat.
"Baik Nyonya,” Mira berkata dengan nada terbata-bata, “Eh, Mama.”
"Apa Mama bisa minta nomor ponselmu? Besok Mama akan datang lagi untuk menemui Zay. Bilang sama dia, Neneknya sangat merindukannya!”
Setelah kepergian Parida, Mira pun bersiap untuk berangkat ke kantor, mengingat dia bekerja di perusahaan itu belum ada satu minggu.
Takut sesuatu hal terjadi, Jika sampai dipecat, dia harus mencari kerja di mana lagi, dengan status dia seorang janda? Mungkin banyak perusahaan yang akan menolaknya, dengan alasan takut tidak bisa bekerja dengan baik.
Setelah sampai di kantor, Mira langsung disambut oleh sekretaris bos besar .
"Bu Mira, Anda sudah ditunggu di ruangan Pak Jack" ucap sang sekretaris.
"Baik,” jawab Mira dengan singkat, sambil berlalu meninggalkan sekretaris itu.
Tiba di depan pintu ruangan CEO, dia mengetuk pintu.
Tiba-tiba pintu terbuka dari dalam dan terdengar suara, khas seorang pria dewasa yang berwibawa, “Silakan masuk Nyonya.”
Mira pun melangkah kan kaki menuju meja kerja sang CEO tersebut.
"Maaf Pak, apakah Anda memanggil Saya?” Mira mulai angkat bicara, setelah berada di hadapan pimpinannya.
"Jam berapa sekarang?” Tanya Jack pada Mira, bahkan Jack enggan melihat Mira. Ia berbicara dengan membelakangi dirinya.
"Jam Sembilan empat puluh lima menit, Pak.” Mira menjawab dengan lantang.
"Bagus jika kamu tahu, Itu artinya kamu telat lima menit. Jadi, jangan berpikir setelah kejadian tadi malam kamu bisa seenaknya datang ke kantor!
"Dan satu hal lagi, kamu sudah membohongi perusahaan ini, bahwa kamu itu masih singgel, tapi ternyata kamu sudah punya anak!” kata Jack masih sambil membelakangi.
"Atas semua kebohonganmu, terpaksa Saya—“ Jack menjeda omongannya.
"Apakah Saya akan di pecat, Pak?” Mira berbicara dengan nada yang pasrah tapi khawatir akan nasibnya kali ini.
"Terus kamu maunya apa?” Jack membalikkan tubuhnya dan kali ini melihat ke arah Mira, dengan tatapan tajamnya.
"Saya akan terima semua keputusan Bapak, toh, ini perusahaan milik Bapak.”Balas Mira, Sambil tersenyum tipis.
"Saya hanya ingin memberimu hukuman. Lihat ini! Selesaikan semua cetak biru untuk pembangunan tempat wisata di Belitung, Dalam waktu tiga hari. Jika tidak, maka bersiap untuk membuat surat pengunduran diri!” kata Jack lagi.
"Baik Pak, saya akan kerjakan, secepatnya.” Mira berkata, dengan nada lemasnya.
“Jika sudah tidak ada lagi yang dibicarakan, Saya permisi, Pak,” Ucap Mira lalu, keluar dari ruangan itu setelah Jack mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus lancar tejekinya
2023-02-06
0
Raflesia
mertua Mira kah???
2022-11-25
1
@ᵃˢʳʏ ᵛᵃʳᴍᴇʟʟᴏᴡ🐬
aiih kirain mau d.pecatt🤭kaya.a bos mu itu suka deeh Mira🙈
2022-11-01
1