Aku Mau Bicara!

Lidah Dika menjadi terasa kaku setelah mendengar Rani menyebut namanya. Bola matanya yang tadi memancarkan kemarahan seketika berubah nanar. Tangannya yang tadi mencengkram lengan Rani dengan kuat perlahan mulai merenggang, hingga akhirnya terlepas. 

“Kamu ... Daniel, kan?” 

Laki-laki itu menarik napas dalam demi memenuhi kebutuhan oksigen dalam paru-parunya. Sedangkan Rani berdiri mematung. 

“Kenapa kamu lakukan semua ini?” lirihnya.  “Aku menunggu kamu hari itu, tapi kamu tidak datang tanpa memberitahu aku.” 

“Menunggu aku?” Dika tertawa sinis. “Kamu memang seorang drama queen, Elmira Maharani. Bahkan setelah kamu tahu siapa aku yang sebenarnya, kamu masih bisa menanyakan kenapa aku tidak datang?” 

“Bagaimana aku tahu? Kamu hanya mengirim seseorang untuk memberitahu tentang pembatalan tanpa alasan. Kamu tahu apa akibat dari perbuatan kamu?” 

Bukannya segera memberi alasan, Dika malah menghadiahi Rani dengan tatapan menghujam. “Akibat perbuatanku? Kamu ingat kecelakaan hari itu? Aku duduk di kursi roda sekarang adalah hasil dari hari itu.” 

Seketika waktu terasa terhenti bagi Rani. Tubuhnya membeku, tetapi jantungnya berdetak dengan cepat. Pengakuan suaminya barusan memaksa sepasang mata indah itu melelehkan cairan bening. Dika adalah sosok yang mengorbankan diri menantang maut demi dirinya.  

“Kamu ingat? Jadi jangan bertingkah seolah kamu adalah korban dari semua kejadian ini. Ingat satu hal, kamu tidak akan bisa merubah apapun. Jadi anggap saja Daniel sudah mati, sama seperti aku yang menganggap Rani sudah mati.” 

Serupa luka yang disiram dengan air garam, seperti itu pula kepedihan batin yang dirasakan Rani. Tak ada sedikit pun cinta yang tersirat dalam tatapan pria di hadapannya, melainkan hanya kebencian dan dendam yang membara. 

Dika bergerak maju menuju sebuah kamar. Bukan kamar yang ditempatinya bersama Rani, melainkan sebuah ruangan tempat Rani menemukan seikat bunga layu. Perlahan Dika pun menghilang dalam pandangannya, disusul oleh suara debuman pintu. 

Selama beberapa saat, Rani membeku menatap pintu kamar. Sepertinya kesedihan telah melahap habis seluruh tenaga yang dimilikinya. Bahkan ia tak lagi memiliki daya untuk memaksa Daniel membuka pintu dan menuntut sebuah penjelasan. Akan terlihat seperti sedang mengemis, lagi pula, bukankah Daniel menganggap dirinya telah mati? 

...........

Rani meringkuk di sofa panjang di sudut kamar. Ia menatap arah jarum jam di dinding. Jarum pendek sudah menunjuk angka sepuluh.

Semalaman Rani terus terjaga. Ia baru dapat terpejam ketika menjelang pagi, yang membuat lingkaran matanya menjadi gelap. Sejak semalam, Dika juga tidak kembali lagi ke kamar. Padahal, Rani berharap Dika datang dan mereka dapat membicarakan segalanya dengan perasaan lebih tenang.

“Aku harus bicara dengan Daniel dan menjelaskan semuanya.” 

Rani segera bangkit dan segera menuju sebuah ruangan tempat Dika masuk semalam. Ia mengetuk beberapa kali, namun tak kunjung mendapat sahutan dari penghuni di dalamnya. 

“Daniel, tolong buka pintunya. Ada yang harus aku jelaskan. Tolong dengarkan aku sekali ini saja, setelah itu terserah kamu!” 

Masih hening! Tak ada sahutan apapun. 

“Daniel? Aku mau bicara!” 

Akhirnya, Rani memberanikan diri memutar gagang pintu hingga terbuka sedikit. Melongokkan kepala ke dalam dan melihat sekeliling. Tetapi sosok Daniel tak terlihat.

"Apa Daniel sudah pergi?"

Rani pun segera mendekat ke arah meja, tempat semalam meletakkan tas miliknya. Mengeluarkan ponsel untuk segera menghubungi Aris. Rani yakin saat ini Aris sedang bersama Dika.

...........

Aris merogoh saku jaket ketika merasakan vibrasi dari ponselnya. Alisnya terlihat berkerut saat melihat nama yang tertera pada layar ponsel.

Pria itu melirik sahabatnya yang tengah berada di dalam sebuah ruangan berdinding kaca. Sedang latihan berjalan bersama seorang dokter. Ia sudah menunjukkan banyak kemajuan. Sedikit demi sedikit mulai dapat menggerakkan kakinya untuk melangkah, meskipun masih harus menggunakan alat bantu.

"Rani? Mau apa dia?" Tak ingin mengulur waktu, Aris pun menggeser simbol hijau pada layar ponsel. "Halo, Ran!" jawabnya santai.

"Aris, apa kamu bersama Daniel?" Suara yang terdengar sengau itu membuat Aris terlonjak.

Apa Rani sudah tahu bahwa Dika adalah Daniel?

...........

Terpopuler

Comments

liberty

liberty

Aris harus jadi moderator mereka berdua nih...biar cleaaarrrr 😁

2023-12-20

0

🌼 Pisces Boy's 🦋

🌼 Pisces Boy's 🦋

bicarakan semuanya baik² Niel karna Rani juga korban sama seperti kamu

2022-11-02

0

sakura senja

sakura senja

disini kok AQ curiga ama elana dan mbul ya?

2022-08-15

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!