Suasana sunyi menyambut Rani saat memasuki rumah. Dari lampu utama yang sudah padam, ia meyakini bahwa suaminya itu sudah terlelap, dan itu lebih baik. Karena Rani mungkin tidak akan tahan untuk tidak menangis jika harus berdebat lagi dengan Dika.
Jam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjuk pada angka dua belas. Setelah berkeliling dengan mobilnya tadi, ia cukup mendapat rasa lega. Setidaknya beban dalam hatinya sedikit berkurang.
Rani memijat tengkuk lehernya yang terasa pegal akibat beberapa jam menyetir sendiri. Ia melepas sepatu agar suara hentakan kakinya tidak terdengar.
Kemudian meletakkan kunci mobil dan tas ke meja dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air mineral dingin. Tetapi baru beberapa kali kakinya melangkah, lampu utama di ruangan itu sudah menyala terang.
Kehadiran Dika di sudut ruangan membuat Rani terlonjak. Ternyata laki-laki itu masih terjaga di larut malam seperti ini.
"Dari mana kamu?" Suara datar dan dingin itu menjadi sapaan pertama Dika untuk istrinya.
Rani tidak segera menjawab. Untuk beberapa saat ia begitu terpaku memandangi wajah itu. Seorang pria asing yang pernah berhasil membuatnya jatuh hati dengan gilanya, bahkan saat ia sendiri tidak tahu seperti apa wajahnya.
Sosok Daniel yang muncul dalam imajinasinya adalah seorang pria hangat dengan senyum menawan. Sangat berbeda dengan yang kini tepat berada di hadapannya. Tatapan tajam penuh kebencian itu membuat tubuhnya seperti terbelah menjadi dua bagian.
“Baru beberapa hari kamu sudah lupa dengan isi perjanjian kita.”
“Ma-af, aku habis cari udara segar di luar,” jawabnya dengan suara gemetar.
Pertama kalinya berhadapan dengan Dika sebagai seseorang yang berbeda membuatnya sangat gugup.
Dan tentu saja jawaban itu tak membuat Dika terpuaskan. Terlihat dari sorot matanya yang dingin.
“Habis cari udara segar atau habis memberi kesegaran untuk orang lain?” sindirnya tajam.
Detik itu juga hati Rani bagai disayat-sayat belati tajam. Wanita mana yang tidak akan merasa sakit ketika harga dirinya terinjak. Apa lagi oleh suaminya sendiri.
“Memberi kesegaran untuk orang lain? Apa maksud kamu?”
Rani melontarkan pertanyaan menuntut penjelasan, namun Dika malah merespon dengan senyum miring. “Kamu tanya apa maksudku?”
Rani langsung memasang sikap waspada kala suaminya itu menekan tombol pada kursi rodanya hingga bergerak maju ke arahnya.
Membuat Rani ingin menghindar, tetapi tatapan Dika sudah cukup untuk membuat nyalinya menciut.
“Aku tanya kamu dari mana saja sampai pulang selarut ini?” Suara Dika yang menggelegar menggema ke setiap sudut.
Dengan gerakan tak terduga, tangan Dika melesat mencengkram lengan Rani, menariknya hingga sedikit membungkuk. Membuat kedua wajah itu saling berhadapan. Rani pun dapat merasakan hangatnya hembusan napas Dika.
"Aku sudah bilang, aku berkeliling sebentar mencari udara segar." Rani berusaha melepas genggaman Dika, namun sialnya semakin terasa erat.
“Dengar baik-baik, aku sama sekali tidak peduli kamu mau melakukan apa dan bersama siapa di luar sana. Karena bagiku kamu tidak ada bedanya dengan—”
Ucapan Dika terpotong. Sepasang mata indah milik Rani yang biasanya cerah kini terpancar penuh luka. Melihat itu saja sudah membuat Dika kehilangan kata-kata.
Sedikit sesal menyusup ke hatinya akibat ketidakmampuannya mengendalikan amarah yang meledak. Menghadirkan sebuah pertanyaan, apakah sedalam itu luka yang ia goreskan?
"Da-Daniel?"
Mata Dika melotot kala mendengar nama itu terucap dari bibir istrinya.
............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
mulut mu Dika tajam seperti silet
2024-11-18
1
Ila Lee
benci tapi risau atau cemburu
2024-05-17
0
liberty
benci tapi khawatir juga
2023-12-20
1