Kamu Memang Murahan!

"Jangan Gila, Mbul! Dari mana aku akan dapat uang sebanyak itu?” 

Rasanya Rani hampir gila memikirkannya. Sebab ia tak lagi memiliki tabungan sebanyak itu. Sebagian besar tabungannya sudah digunakan untuk mengembalikan dana beberapa perusahaan yang batal bekerja sama dengannya. Rani juga baru saja membayar beberapa denda terkait kasus yang membelitnya. 

Sudah jatuh tertimpa tangga pula, mungkin ungkapan itulah yang cocok untuk Rani saat ini. Di saat karirnya sedang menanjak, ia terjerat sebuah kasus yang sama sekali tidak pernah dilakukannya. 

“Jadi sekarang kita harus bagaimana?” lirih Gembul frustrasi. 

Rani tidak tahu lagi harus berbuat apa. Satu-satunya yang diharap dapat membantunya hanya pemimpin perusahaan rekaman yang menaungi dirinya. 

“Kalau begitu, aku akan menemui Juna dan meminta bantuannya.” 

Gembul tersentak mendengar ucapan Rani. “Jangan gila, Ran! Bukannya kamu sedang menghindari Juna karena gosip kedekatan kalian beberapa waktu lalu?” 

Rani pun teringat gosip yang berhembus beberapa bulan lalu. Ia sempat diterpa isu tak sedap dan dikabarkan menjalin hubungan  terlarang dengan pria yang telah memiliki istri. Bukan hanya itu, ia diduga menjadi orang ketiga. Meskipun isu tersebut cepat mereda, karena Rani benar-benar menjaga jarak dari pria itu. 

“Aku tahu. Tapi Juna satu-satunya orang yang bisa membantuku sekarang.” Mata Rani mulai berkaca-kaca.

Gembul mendesah panjang. Yang dapat dia lakukan hanya memeluk Rani dan mencoba mengalirkan ketabahan dengan mengusap punggungnya. 

............

Rani seperti membuang rasa malu dan harga dirinya jauh-jauh. Menemui pria bernama Juna memang bukan pilihan tepat, namun Juna adalah satu-satunya orang yang dapat membantunya keluar dari masalah keuangan yang sedang membelitnya. 

Rani menatap gedung tinggi di hadapannya. Demi menghindari kejaran para wartawan, Juna memintanya untuk bertemu di sebuah penthouse miliknya. 

“Yakin mau masuk sendiri?” tanya Gembul hendak memastikan. 

Tadinya Rani memang agak ragu, namun setelah menimbang-nimbang dan dipaksa keadaan, akhirnya ia setuju. “Juna bilang di dalam ada Mbak Gita juga, kok.” 

Sebelum turun dari mobil, Rani mengenakan topi dan masker untuk menyamarkan wajahnya agar tak mudah dikenali. 

“Ya sudah hati-hati. Aku ada janji ketemu sama Jovan dulu. Kalau kamu selesai, kabari aku.” 

Rani mengangguk setuju. Lalu, turun dari mobil dan melangkah dengan tergesa-gesa memasuki bangunan megah itu. Kedatangannya pun disambut baik oleh Juna. 

“Kamu datang sendiri?” tanya pria tampan itu sambil melirik ke sana ke mari. 

“Iya.” Rani refleks mendorong tangan Juna kala pria itu hendak merangkulnya. Sehingga yang dilakukan Juna hanya menarik tangannya ke belakang punggung. "Maaf, aku merepotkan kamu."

“Tidak apa-apa, ayo masuk! Kita bicara di dalam saja.” 

Tanpa disadari oleh Rani, sepasang mata menatapnya penuh kebencian. Tangannya mengepal hingga pembuluh darahnya terlihat menonjol. Sorot mata tajamnya seakan mampu melahap wanita yang berdiri tak jauh darinya, yang kemudian menghilang di balik pintu bersama laki-laki lain. 

“Kita pergi, Ris!” ucap Dika dengan tatapan penuh kemarahan.

“Kamu yakin, Dik? Terus Rani bagaimana?” 

“Aku tidak peduli wanita murahan itu mau melakukan apa dan bersama siapa!” 

“Baiklah.” Aris  yang sudah sangat mengenal Dika pun memahami suasana hati sahabatnya itu, hanya dengan mendengar nada bicaranya saja. "Kamu tidak mau menunggu Rani dulu. Bagaimana kalau di dalam dia cuma berdua dengan laki-laki itu?"

"Aku tidak peduli!" sahutnya marah.

............

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***