Siapa Dika?

Byur!

Rani terlonjak ketika merasakan dinginnya semburan air menyapu wajahnya. Wanita itu langsung bangkit dalam posisi terduduk. Matanya nyalang menatap Dika yang duduk di kursi roda dengan gelas kosong di tangannya.

"Apa tidak ada cara membangunkan yang lebih manusiawi?" teriak Rani merasa terhina dengan perlakuan Dika.

"Aku sudah berusaha membangunkanmu dengan cara yang manusia. Tapi kamu tidur seperti keledai. Jadi aku membangunkanmu dengan menyiram."

Rani melirik arah jarum jam yang melekat pada dinding kamar. Matanya membulat saat menatap angka yang ditunjuk jarum pendek.

"Hah, jam sembilan?" Ia mengusap tengkuk lehernya yang mendadak terasa meremang. "Maaf, semalam aku tidak bisa tidur. Makanya bangun kesiangan."

"Itu bukan urusanku. Sekarang bangun dan buat sarapan! Aku lapar."

Rani kembali melayangkan tatapan kesal ke arah Dika, lalu menghela napas panjang.

"Kamu kan bisa memesan makanan secara online. Zaman sekarang hidup manusia semakin dimudahkan, kenapa kamu malah buat hidupmu rumit sendiri?"

Celotehan panjang Rani hanya direspon Dika dengan berdecih. "Aku sedang tidak mau memesan apapun."

Rasanya, Rani benar-benar ingin mencekik Dika karena kelakuannya yang seenak jidatnya.

Baru bangun saja sudah jadi penjajah. Dasar!

"Tunggu sebentar! Aku mau mandi dulu."

...........

Sambil menunggu Rani yang sedang memasak, Dika duduk di sebuah ruangan sambil menonton acara TV. Dika harus merasa kesal di pagi hari, karena dirinya dan Rani masih menjadi bahan pembicaraan di mana-mana. Bahkan sudah beberapa kali Dika mengganti Chanel TV namun, berita yang ditayangkan masih seputar pernikahan antara Maharani dengan seorang pria cacat yang misterius.

Tak ingin semakin kesal, Dika menekan tombol off pada remote TV, lalu menghela napas frustrasi.

Aroma lezat yang mulai menguar membuat Dika memejamkan mata.

"Baunya enak sekali. Ternyata benar dia bisa masak. Aku pikir dia hanya tahu dilayani saja."

Kurang dari satu jam, Rani telah selesai dengan masakannya. Wanita itu segera menata makanan di atas meja.

Pagi itu Dika benar-benar menikmati makanan buatan Rani, dan entah untuk alasan apa Rani merasa senang melihat Dika begitu menikmati masakannya.

"Mas Dika ... Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Rani di sela-sela sarapan di pagi menjelang siang itu.

"Apa?" balas Dika dengan mulut penuh makanan.

"Semalam aku dengar Mas Dika mengigau dan menyebut namaku? Memang Mas Dika mimpi apa?"

Mendadak Dika tersedak makanan yang baru saja akan melewati tenggorokannya. Panik, Rani segera menuang segelas air putih dan menggeser ke hadapan suaminya.

"Memang aku mengigau apa?" tanya Dika sesaat setelah menenggak air putih.

"Hanya beberapa kali bilang awas. Memangnya Mas Dika mimpi apa?" Rani menatap penuh tanya.

Dika menghela napas panjang. Sendok dan garpu di tangannya terjatuh ke piring dengan kasar. "Aku mimpi apa, itu bukan urusan kamu!" bentaknya.

Sungguh di luar dugaan, pertanyaan yang bagi Rani hanyalah hal sepele itu malah membuat Dika sangat marah.

"Aku kan cuma tanya karena Mas Dika menyebut namaku." Rani menundukkan kepala demi menyembunyikan matanya yang sudah tergenang cairan bening. Entah mengapa bentakan Dika membuatnya merasa sedih.

"Baik, akan aku jawab!" ucap Dika menahan amarah. "Aku mimpi kecelakaan. Semalam kamu tanya kenapa aku bisa lumpuh kan? Mau aku jawab yang jujur?"

Rani membeku, menatap Dika yang meluapkan emosi berapi-api.

...........

Terpopuler

Comments

liberty

liberty

cen jaluk dikethak...tadi kan nanya Mas 😅

2023-12-18

0

vivi

vivi

Dih galak amat 😃

2023-05-17

1

🌼 Pisces Boy's 🦋

🌼 Pisces Boy's 🦋

jangan galak galak mas Dika kasian bini nya sampe nangis 🥺🥺

2022-11-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!