Awas Rani!

Rani mengatupkan bibir setelah membaca ekspresi kesal yang tergambar jelas pada wajah suaminya. Jika saja suaminya itu bukanlah pria yang galak dan judes, ia pasti sudah terbahak.

"Nama Mas Dika keren untuk ukuran nama manusia jaman sekarang." Pujian bermuatan ledekan itu membuat Dika mendengus sebal. "Oh ya, apa boleh tempat tidurnya aku ganti dengan ukuran yang lebih besar? Tempat tidur itu terlalu sempit untuk kita berdua."

Dika menyeringai mendengar ucapan Rani. "Aku tidak mau menggantinya. Lagi pula kata siapa kita akan tidur bersama?"

Alis Rani langsung berkerut. Jelas-jelas Dika menuliskan syarat bahwa mereka akan sekamar. "Bukannya kamu bilang kita akan sekamar?"

"Hanya sekamar, tapi tidak seranjang. Karena kamu akan tidur di sofa."

"Apa?" Rani hampir tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Pandangannya langsung mengarah ke sofa di sudut kamar. "Kalau tidak tidur bersama, kenapa harus sekamar. Di rumah ini kan masih ada kamar lain."

"Kamu tidak punya hak untuk mengajukan syarat. Ingat, poin perjanjian nomor satu, bahwa kamu akan menuruti apapun yang kumau tanpa bertanya." Dika menekan tombol di kursi roda hingga bergerak maju menuju lemari. "Aku mau mandi, siapkan airnya!"

Kenapa aku merasa dia seperti seseorang yang mau balas dendam? Bukankah kejadian di hotel adalah sebuah kecelakaan, bukan karena aku sengaja menjebaknya.

...........

Malam harinya

Rani sedang bersiap-siap untuk tidur. Seperti keinginan Dika, ia akan tidur di sofa sementara Dika di ranjang.

"Rani!" Baru saja wanita itu merebahkan tubuh lelahnya, sudah terdengar lagi suara Dika memanggil.

"Ada apa lagi?" tanyanya sedikit kesal.

"Cepat kemari dan naik ke tempat tidur!" Perintah seenaknya itu membuat Rani terlonjak.

"Naik ke tempat tidur? Mau apa?"

"Tidak usah banyak tanya, cepat naik!"

Atas nama surat perjanjian, Rani tidak punya pilihan lain. Ia bangkit dan naik ke tempat tidur menuruti perintah Dika.

"Pijat kakiku!"

Hela napas panjang terdengar di sana. Rani mulai merasa keputusannya menawarkan pernikahan kepada pria arogan itu adalah sebuah kesalahan besar. Dika bahkan tidak peduli walaupun Rani terlihat sangat letih.

Tak ingin terjadi perdebatan yang ujung-ujungnya malah merepotkan dirinya, Rani pun mulai menggerakkan jemarinya di bagian kaki panjang sang suami.

Sesekali Rani mencuri pandang pada Dika yang tengah fokus membaca buku di tangannya. Jika ditatap, semakin lama wajah judes itu terlihat semakin tampan. Seandainya Dika bukan seorang pria cacat, tentu saja dia akan menjadi rebutan para gadis. Begitu pikir Rani.

"Ehm ... Boleh aku tanya sesuatu?" tanyanya sedikit ragu, dengan tangan yang terus memijat.

"Tanya apa?" balas Dika santai, tetapi tetap terdengar ketus.

"Bagaimana kakimu bisa lumpuh?"

Sontak pertanyaan itu membuat buku di tangan Dika terjatuh ke pangkuannya. Tatapan tajam pun seolah menjadi hadiah bagi Rani yang sudah memijat kaki suaminya itu. Wanita itu merasakan tubuhnya meremang saat bersitatap dengan mata elang milik Dika.

"Kenapa aku bisa cacat, itu bukan urusanmu! Lagi pula kalau kamu tahu alasannya, aku yakin kamu akan menyesal pernah mengajukan pertanyaan itu."

Ingin sekali Rani meminta penjelasan lebih atas jawaban Dika yang baginya ambigu itu. Tetapi tatapan permusuhan yang dilayangkan laki-laki itu membuatnya kehilangan kata-kata.

"Sekarang turun dan kembali ke tempatmu!"

Tubuh Rani beringsut turun tanpa kata. Membelakangi Dika dan kembali ke sofa.

Separuh malam pun terlewati dengan pertanyaan yang melayang-layang di benaknya. Kala Dika sudah terbuai oleh alam mimpi, Rani masih enggan terpejam. Entah mengapa pikirannya terus tertuju kepada pengkhianat kepar*at yang sudah menghancurkan hidupnya."

"Aku benci Daniel!"

Mata Rani terpejam bersamaan dengan cairan bening yang meleleh di ujung mata.

"Rani ..."

Suara panggilan Dika membuat Rani menolehkan kepala. Kesal karena merasa Dika benar-benar menyiksanya, Rani pun bangkit dan mendekat ke tempat tidur.

"Ada apa lagi?" tanya Rani kesal. Namun, setelah beberapa saat menunggu, Dika tak kunjung menjawab. Rani baru sadar saat menatap wajah sang suami yang ternyata masih tertidur.

"Cih, dalam mimpi pun dia masih bisa menjajahku? Aku mau tahu kamu menyuruhku apa di mimpimu?"

Rani membalikkan tubuhnya untuk kembali ke sofa, namun Dika kembali bergumam.

"Rani ... Awas!"

Semakin penasaran, Rani menatap Dika penuh tanya. Bahkan Dika tiga kali menyebut namanya dalam tidurnya.

"Ada apa dengan Dika sebenarnya? Kenapa mengigau menyebut namaku? Apa dia pernah mengenalku sebelumnya?"

...........

Terpopuler

Comments

liberty

liberty

sori nih kan lumpuh? mati rasa..kenap minta pijit?

2023-12-18

0

Fhebrie

Fhebrie

karna Dika adalah danil yg sdh menantimu bertahun tahun dn dia kecewa karna ada video syur tentang kamu Rani dan mungkin karna kecelakaan waktu itu juga

2023-10-21

0

Mrs.Labil

Mrs.Labil

menjajah
🤣🤣🤣🤣🤣

2023-09-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!