Akan Membalasmu!

"Dika, apa yang sebenarnya kamu rencanakan?" tanya Aris sesaat setelah Dika memintanya menuliskan poin demi poin persyaratan yang harus dipenuhinRani.

Saat ini, mereka sedang berada di dalam sebuah ruangan, sementara Rani masih betah menunggu di luar.

"Pertanyaan macam apa itu?"

"Untuk apa semua syarat berat ini?" tanya Aris membuat Dika terkekeh. "Apa kamu benar-benar serius?"

"Ya aku serius. Dia akan mendapatkan pembalasan paling menyakitkan dariku."

Aris berdecak menatap Dika. "Aku hanya mau mengingatkan, jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari."

"Tidak ada yang perlu disesali. Jika ada yang harus menyesal, maka itu adalah dia. Bukan aku."

Aris menghela napas panjang. Setelah selesai mengetik dan mencetak, ia menyerahkan beberapa lembar kertas ke tangan Dika.

"Sekarang aku akan mengikatnya dengan peraturan ini." Dika tersenyum penuh makna, membaca kata demi kata yang tertulis dalam surat perjanjian itu.

"Bagaimana kalau dia tidak setuju? Kamu membuat syarat yang berat."

"Kalau dia tidak mau, ancam batalkan saja. Dia tidak akan punya pilihan lain selain menuruti apa yang kuminta."

Seringai tipis hadir di sudut bibir Aris mendengar ucapan Dika.

"Kamu tahu, sekarang aku percaya satu hal."

"Apa?" tanya Dika penasaran.

"Jodoh memang tidak akan kemana. Yang dipisahkan oleh manusia, bisa disatukan kembali oleh semesta."

Dika terdiam dengan raut wajah mendatar.

...........

Mata Rani terbuka lebar membaca poin-poin persyaratan yang baru saja dibuat Dika, sepertinya laki-laki itu baru saja menjatuhkan granat di jantungnya.

Rani menggebrak meja dengan geram dan bangkit dari duduknya. Kertas ditangannya disobek dan dilempar ke wajah Dika.

"Kenapa syaratnya banyak sekali? Kita kan hanya menikah setingan. Kenapa tidurnya harus sekamar?"

"Terserah! Kalau mau mari menikah. Tapi kalau tidak juga tidak apa-apa!"

Dika menatap Rani penuh selidik setelah menyelesaikan kalimatnya. Ia benar-benar tahu bahwa Rani tidak punya pilihan lain untuk menyelamatkan kariernya.

Terbukti, hanya dalam hitungan menit memikirkan semuanya, Rani sudah kembali duduk di tempatnya.

"Aris, kasih dia salinan kesepakatan tadi," ujarnya melirik potongan-potongan kertas yang berserakan di meja.

Dengan cepat, Aris masuk ke sebuah ruangan, lalu kembali setelahnya dengan membawa salinan kesepakatan.

"Pertama, aku tidak bisa berjalan, jadi aku selalu butuh bantuan orang. Kalau kita tidak sekamar, siapa yang akan membantuku kalau aku terbangun di malam hari."

"Kamu bisa tidur sekamar dengan Aris. Tidak masalah bagiku!" Rani menunjuk Aris dengan matanya.

"Aku kan punya istri, lalu apa gunanya istriku?"

"Tapi pernikahan kita hanya settingan alias bohongan. Kita tidak memiliki ikatan apapun selain di buku nikah."

Di saat Rani berapi-api melayangkan keberatan, Dika malah tersenyum pongah.

"Aku sama sekali tidak peduli. Poin yang ke dua, Statusku adalah suamimu, jadi kamu harus menghormatiku! Jadi mulai sekarang, panggil aku mas."

Rahang Rani terbuka lebar mendengar permintaan menggelikan itu. "Gila!"

"Yang ketiga, Sebelum jam sembilan malam, kamu harus sudah ada di rumah dan tidak boleh berkeliaran lagi." Syarat yang satu ini dapat diterima dengan baik oleh Rani. "Yang ke empat, kamu wajib melayaniku sebagaimana seorang istri melayani suaminya."

"Melayani?" Pikiran Rani langsung melayang mendengar kata melayani. Detik itu juga, dia refleks menyilangkan tangan di depan dada. "Aku tidak mau! Bukannya tadi kamu bilang tidak mau bersentuhan denganku? Terus kenapa sekarang malah minta dilayani?"

Melihat reaksi Rani membuat Dika berdecih, bagaimana mungkin ada gadis sepercaya diri itu.

"Apa yang kamu pikirkan? Kamu kira aku mau menyentuh barang yang sudah dijamah orang lain? Tidak akan! Aku hanya mau kamu melayani semua kebutuhanku."

Rani melirik Aris, lalu menghela napas lega. Setidaknya, layanan yang dimaksud Dika bukan tentang hubungan di ranjang seperti yang dia pikirkan tadi. Walaupun begitu, ucapan Dika yang tidak disaring tetap membuatnya merasa kesal dan sakit hati.

"Baiklah, aku setuju." Pasrah, tidak ada pilihan lain lagi yang dapat ditempuh Rani.

"Di lembar berikutnya masih ada beberapa persyaratan lain. Kamu boleh baca di rumah nanti."

Napas Rani terasa berat. Dika benar-benar tidak berperasaan baginya. Dengan mata berkaca-kaca, Rani memasukkan lembar persyaratan ke dalam tas miliknya.

Sementara Dika menatapnya dengan senyum penuh makna.

Aku akan membalasmu dengan menyakitkan atas pengorbananku yang sia-sia.

...........

Terpopuler

Comments

liberty

liberty

Mas Daniel Mahrdika...itu kan nama lengkapnya...biasanya kalo surat perjanjian harus lengkap nulisnya 🤭

2023-12-18

0

liberty

liberty

eaaa..eaaaa...eaaaaa 🤣🤣

2023-12-18

0

Fhebrie

Fhebrie

masih penasaran

2023-10-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!