Ayah Dan Ibu Salah!

Tiga jam berlalu, sosok Daniel tak juga memunculkan batang hidungnya. Rani yang masih setia menunggu, duduk di hadapan wali nikah dengan tangan terkepal. Matanya telah dipenuhi cairan bening.

Suasana sudah terlihat memanas. Para tamu terlihat saling berbisik satu sama lain, membuat Rani menunduk malu.

"Mbul, apa dia akan datang?" bisik Rani pelan.

"Dia pasti datang. Mungkin ada kendala di jalan." Gembul berusaha menenangkan Rani yang sejak tadi tampak gelisah.

"Tapi dia ke mana sampai tidak bisa dihubungi." Suara Rani mulai terdengar ragu.

"Aku akan menanyakannya dulu. Kamu tetap di sini saja, ya."

Rani mengangguk pasrah.

Di sudut sana, ibu dan beberapa orang terlihat sibuk dengan ponselnya, beberapa lainnya saling berdebat. Rani memperhatikan satu persatu dengan perasaan gundah. Apakah yang terjadi sehingga Daniel terlambat hingga berjam-jam. Rani mulai merasa sedang dipermainkan oleh lelaki yang menjadi calon suaminya itu.

"Apa dia sengaja mau mempermalukan aku?"

Tak lama berselang seorang pria bertubuh tinggi besar masuk ke dalam gedung dan mendekat ke arah ibu. Ia membungkukkan kepala tanda hormat sebelum membuka suara.

"Saya kemari atas permintaan Pak Daniel. Beliau berpesan tidak bisa menghadiri pernikahan ini. Pak Daniel juga meminta agar pernikahannya dibatalkan."

Bagai tersambar petir, tubuh Rani bergetar hebat mendengar ucapan seorang pria yang datang membawa pesan dari calon suaminya. Ia meninggalkan tempat duduknya dan menyeret kebaya menjuntai yang melekat di tubuhnya. Menghampiri pria berjas hitam itu dengan pancaran penuh luka.

"Dibatalkan? Apa dia punya alasan?"

"Saya tidak tahu. Saya hanya diminta menyampaikan pesan tersebut," jawabnya singkat.

Layaknya diangkat ke nirwana, lalu dihempas kasar ke bumi terdalam, Rani merasakan sakit dan malu yang teramat. Semua pandangan iba seketika mengarah kepadanya.

"Sekarang di mana laki-laki brengsek itu?" Air mata sudah meleleh di pipi Rani. Seikat bunga mawar putih di tangannya terjatuh ke lantai begitu saja.

"Maaf, saya tidak bisa memberitahu. Kalau begitu saya permisi."

Sirna sudah harapan Rani menikah dengan pangeran impiannya. Sedangkan ibu mendadak memucat, isak tangisnya mulai terdengar. Tangannya bergerak mengusap dada. Lalu, detik itu juga ambruk dan tak sadarkan diri lagi.

"Ibu!"

Rani memeluk selimut di dadanya. Matanya terpejam bersamaan dengan cairan bening yang mengalir. Kejadian beberapa tahun lalu itu benar-benar menjadi sebuah pukulan berat baginya.

Hari pernikahan yang seharusnya menjadi hari paling bahagia, nyatanya menjadi hari paling menyedihkan dimana ia kehilangan dua orang sekaligus. Calon suami yang tiba-tiba tidak datang di hari pernikahan, dan ibu yang kembali ke pangkuan Sang Pencipta akibat serangan jantung, karena terkejut calon menantunya tak dapat hadir.

Di kamar temaram itu lah, Rani terus menangis seorang diri.

"Aku pasti akan membalasnya kalau bertemu lagi suatu hari nanti. Ibu sama ayah salah, Daniel bukan laki-laki yang baik."

............

Satu Minggu berlalu sejak beredarnya video syur yang melibatkan Rani. Dia mulai frustrasi karena tidak bebas bepergian. Kemana pun kakinya melangkah, orang-orang akan menatapnya sinis, layaknya seseorang yang baru saja kedapatan melakukan kejahatan besar. Bahkan dia harus mematikan kolom komentar pada akun Instagram pribadinya, karena terus menjadi bulan-bulanan warga net.

Selain itu, Rani harus beberapa kali memenuhi panggilan kepolisian untuk menjalani pemeriksaan. Hal serupa juga terjadi pada Dika yang namanya ikut terseret dan dituduh sebagai pria yang bersama Rani dalam video berdurasi 59 detik itu.

"Aku bisa gila kalau seperti ini terus. Aku harus cari jalan keluar." Rani mendesah panjang. Rasanya seperti langit runtuh menimpanya.

Meraih ponsel miliknya yang tergeletak di meja, Rani mencoba menghubungi Aris, seseorang yang selalu bersama Dika kemana pun.

"Aku mau bertemu Dika hari ini. Apa bisa?" pintanya memelas sesaat setelah panggilan terhubung.

"Baik, aku akan bicarakan dengan Dika." Jawaban datar itu membuat hati Rani mencelos. Dika dan Aris sama saja baginya. Sama-sama seperti batu hidup.

Setelah membuat janji, mereka akhirnya sepakat bertemu di sebuah rumah sederhana. Rani merasa merinding saat Dika menyambutnya dengan tatapan menikam.

"Ada apa sampai minta bertemu?" tanyanya dingin.

"Ada yang mau kubicarakan."

"Cepat katakan! Aku tidak ada waktu untuk orang sepertimu."

Rani menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, "Bagaimana kalau kita menikah, aku rasa hanya cara itu yang bisa meredam gosip dan membuat para pencari berita berhenti mengejar kita."

Mata Dika menghujamkan tatapan tajam ke arah Rani. Sesaat kemudian terdengar tawa sinis dari sana.

"Berani sekali kamu menawarkan pernikahan padaku! Aku tidak sudi menikah dengan barang bekas sepertimu!"

...........

Terpopuler

Comments

liberty

liberty

belum dicoba mana tau..coba deh 😅🤣

2023-12-18

0

liberty

liberty

ya karena lumpuh...gak pede Daniel..pdahal masih cinta 😭😭

2023-12-18

0

Mrs.Labil

Mrs.Labil

wahhh...
kejam bngt mulutmu bang 😌
itu rani msh bersegel kok

2023-09-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!