Mimpi Dan Masa Lalu

Bagi sebagian orang mimpi hanyalah sekedar bunga tidur. Dalam arti sebenarnya, mimpi adalah pengalaman alam bawah sadar yang melibatkan pendengaran, penglihatan, pikiran dan perasaan. Kejadian dalam mimpi biasanya sesuatu yang mustahil, dan di luar kuasa sang pemimpi. Namun, terkadang, ada pula yang memimpikan masa lalu yang pernah terjadi.

Rani duduk bersandar di tempat tidur. Kenangan masa lalu baru saja menyapanya melalui sebuah mimpi.

Dua tahun lalu adalah hari pernikahannya dengan seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak kecil. Siapa sangka, hari yang seharusnya menjadi hari paling membahagiakan malah menjadi hari paling buruk dalam sejarah hidupnya.

"Rani, sudah siap belum?" Seorang wanita paruh baya memasuki sebuah kamar yang telah dihias seindah mungkin.

"Sebentar lagi, Bu," jawab Rani sambil tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.

"Wah, anak ibu cantik sekali." Sang ibu ikut menatap cermin, memuji kecantikan putri semata wayangnya.

"Bu, seperti apa Daniel sekarang?"

Selalu pertanyaan itu yang terucap dari bibir Rani. Ia sangat penasaran seperti apa rupa calon suaminya sekarang. Karena mereka hanya pernah bertemu semasa kecil, sebelum Daniel ikut orang tuanya pindah keluar negeri. Dan setahu Rani, dulu Daniel adalah anak yang cukup culun dengan kacamata tebal.

"Kamu pasti suka. Daniel itu laki-laki yang sempurna."

"Apa Daniel itu seperti ayah? Aku mau punya suami yang seperti ayah, Bu! Ayah keren, sayang sama Ibu, bertanggung jawab, pokoknya ayah sempurna di mataku."

"Insyaa Allah, Nak. Daniel kembali dari luar negeri hanya untuk kamu. Buktinya, dia menepati janji kepada mendiang ayah untuk menikah dengan kamu. Itu sudah jadi bukti kalau Daniel itu bertanggung jawab. Kalau dia mau, dia bisa menikah dengan bule-bule cantik, kan. Tapi dia tetap memilih kamu, kan?"

Ucapan wanita itu membuat Rani tersipu malu. Sepenuh hatinya membenarkan ucapan ibunya. Ia yakin, lelaki pilihan almarhum ayahnya akan menjadi jodoh terbaik untuknya.

"Bu, apa nanti setelah menikah Rani ikut sama Daniel keluar negeri?"

"Terserah Daniel nanti, yang jelas kamu harus ikut karena dia suami kamu. Lagi pula Daniel tidak punya keluarga lain lagi di sini. Orang tuanya juga sudah meninggal. Kenapa? Kamu sudah tidak sabar, ya?"

"Bukan begitu, Bu! Hehe ... Daniel itu aneh kan, Bu! Sekarang teknologi sudah canggih. Bisa lewat Instagram, WhatsApp, email, video call ... Kita sudah bisa berkomunikasi dengan siapapun. Tapi kenapa Daniel tidak mau menunjukkan dirinya?"

Ibu tersenyum seraya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Rani. "Daniel bilang, ini kejutan untuk kamu. Kamu tenang saja, Daniel yang sekarang itu ganteng, kok."

Ibu melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi, sementara Rani Belum selesai dirias. Melihat sang ibu yang sudah beberapa kali melirik ke arah jam membuat Rani bertanya-tanya.

"Kenapa, Bu?" tanyanya membuat ibu kembali tersenyum.

"Rani, kamu berangkatnya sama Gembul saja, ya. Ibu harus sampai duluan di sana. Tidak enak sama tamu-tamu yang sudah datang."

"Iya, Bu. Nanti Rani berangkat sama Gembul saja."

"Ya sudah, ibu tinggal, ya ..." Ibu mengecup kening anak gadisnya itu sebelum akhirnya beranjak keluar kamar. Meninggalkan Rani yang masih dirias.

Waktu bergulir begitu cepat. Satu jam sangat tidak terasa. Arah jarum pendek di jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan pagi ketika ketukan pintu terdengar. Seorang gadis masuk dengan tergesa-gesa.

"Rani, ayo cepat! Jangan sampai terlambat!"

"Iya, Mbul. Ini juga sudah selesai."

Dengan gerakan cepat, Gembul membantu Rani berdiri, lalu saling bergandengan tangan, melangkah keluar kamar menuju sebuah mobil yang akan mengantar mereka menuju tempat berlangsungnya prosesi akad nikah.

Sepanjang jalan, Rani terus memikirkan seseorang yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Seorang lelaki yang kata beberapa orang sangat tampan.

"Mbul, menurut kamu, Daniel itu seperti apa?"

"Mana aku tahu? Memang aku pernah bertemu dengan si Daniel itu," jawabnya sambil tergelak pelan.

"Ya maksud aku bukan soal fisiknya. Dia kan selama ini tinggal di luar negeri dan baru kembali beberapa hari lalu. Apa dia tidak punya pacar di luar negeri?"

"Kalau dia punya pacar di luar negeri. Untuk apa dia kembali hanya untuk menikah dengan kamu. Di luar negeri itu banyak bule-bule cantik. Sedangkan kamu, sudah pendek, dekil, hidup lagi." Setelah mengucapkan kalimatnya itu, Gembul kembali tertawa. Rani yang kesal mendorong tubuh Gembul beberapa kali sambil ikut tertawa.

"Pak, tolong percepat mobilnya. Maharani sudah tidak sabar mau bertemu Maharajanya," ucap Gembul bermaksud meledek lagi.

Sang sopir pun mengangguk pelan, lalu menginjak pedal gas dalam, sehingga mobil melesat cepat dan menyalip beberapa kendaraan di depannya.

Tiba-tiba, dari arah depan, sebuah bus melaju dengan kencang, membuat sopir membanting setir ke kiri untuk menghindari kecelakaan. Namun, di sisi kiri merupakan jurang yang cukup terjal. Rani dan Gembul pun berteriak ketakutan. Tiba-tiba sebuah mobil sedan muncul dari arah belakang, seakan menjadi tameng untuk mobil yang ditumpangi Rani.

Sejenak, Rani menoleh pada seseorang yang berada di dalam mobil itu, seorang pria dengan tatapan yang begitu teduh. Pandangan mereka saling bertemu. Dan, hanya dalam hitungan detik, bus menghantam mobil sedan tersebut sehingga terseret jauh, sedangkan mobil yang ditumpangi Rani tersambar sehingga oleng ke kiri. Beruntung, sang sopir menginjak pedal rem sehingga mobil berhenti tepat di sisi jurang.

Bruk!

Terdengar suara seperti benturan keras yang berasal dari arah belakang. Dengan napas memburu, Rani mencoba mengembalikan kesadarannya.

Seketika Rani menoleh ke belakang sana, sudah terlihat kepulan asap hitam menyatu dengan udara.

Rani menarik gagang pintu mobil, namun dengan segera Gembul menarik tangannya.

"Mau kemana?"

"Aku mau lihat orang yang kecelakaan itu. Kalau bukan karena mobilnya, kita semua pasti sudah mati tertabrak bus."

"Rani, ini hari pernikahan kamu. Kita tidak boleh terlambat." Gembul melirik sang sopir yang sedang berada di luar. Sepertinya sedang memeriksa kerusakan mobilnya. "Pak, ayo cepat! Urusan mobil gampang! Yang penting Rani tidak terlambat!"

Pria itu segera naik ke mobil, begitu mendengar teriakan si Gembul.

"Tapi, Mbul ..."

"Sudah, Ran! Kamu mau batal menikah?"

Mobil pun melaju meninggalkan tempat itu, sementara Rani terus menoleh ke belakang. Ada banyak orang yang sudah berkerumun di sana.

"Semoga orang tadi selamat," ucapnya dalam hati.

Berselang dua puluh menit, mereka tiba di sebuah gedung tempat akan dilangsungkan akad nikah. Ibu yang sejak tadi sudah menunggu kedatangan anak gadisnya itu segera menyambutnya.

"Kenapa lama, Ran?"

"Tadi ada insiden sedikit di jalan." Seolah tak sabar, Rani menoleh ke dalam gedung. Mencari keberadaan calon suaminya di antara para tamu. "Daniel mana, Bu?"

"Daniel belum datang. Ibu sudah hubungi sejak tadi tapi nomornya tidak tersambung. Mungkin sebentar lagi."

...........

Terpopuler

Comments

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Dan mobil yg menjadi tameng adalah mobil Daniel aka Dika shg membuat Daniel lumpuh..Dan krn kecelakaan itu maka pernikahan tdk jadi

2023-12-28

0

liberty

liberty

loh laiya yg ketabrak tadi Daniel...kamu beneran cinta mati sama Rani...smpe rela berkorban gitu 🥲

2023-12-18

0

Fhebrie

Fhebrie

apa jngn jangan danil adalah Dika dan orang itu yg punya mobil Sedan itu yg kecelakaan apakah karna itu Dika jadi cacat dn balas dendam karna tau Rani di dalam ga mau nolong malah pergi

2023-10-21

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!