“Jadi aku harus memanggilmu apa? Nona Maharani yang baik dan sopan? Begitukah?” sindir Dika dengan tatapan sinis.
Rani seperti kehilangan kata-kata. Dia sadar bahwa video yang melibatkan dirinya itu akan membuat semua orang berpikir buruk tentangnya. Akan percuma berteriak kepada seluruh dunia bahwa itu bukan dirinya, karena tidak ada yang akan percaya.
“Tolong izinkan aku tetap di sini sampai mereka pergi. Aku akan membayarmu berapapun, asal jangan minta aku keluar sekarang!”
Jika Rani pikir pria cacat di hadapannya akan tunduk oleh sejumlah uang, maka salah besar. Dengan air muka sinis dan tatapan merendahkan, pria itu bergerak maju setelah menekan tombol pada kursi roda, menuju meja dan meraih sebuah ponsel.
“Halo, Dika!” Sahutan seorang pria terdengar di ujung telepon sesaat setelah panggilan itu terhubung.
"Kamu di mana, Ris?"
"Sebentar!" Hela napas panjang pertanda frustrasi kembali terdengar di ujung telepon. "Aku masih mengantri.
“Cepat kembali, ada orang gila masuk ke kamarku!”
“Apa, orang gila? Hubungi saja keamanan hotel!”
"Orang gilanya agak liar." Dika menatap Rani sinis. "Seorang penunggang kuda," tambahnya dengan gerakan di bibir tanpa suara, membuat bibir Rani berkerucut.
"Baiklah, tunggu sebentar lagi!"
Panggilan terputus, pria yang kemudian diketahui Rani bernama Dika itu kembali menghunus tatapan tajam, lalu memainkan ponsel di tangannya dengan santai sambil menunggu.
Hingga beberapa saat berlalu, pria tampan itu terbelalak kala menemukan foto-foto dirinya yang hanya terbalut handuk tersebar di jagad maya. Padahal kejadian mengejutkan itu baru berlangsung sekitar tiga puluh menit lalu.
“Kurang ajar!” teriaknya kesal. “Lihat ini! Karena kamu sekarang aku ikut terseret!” Dika memperlihatkan layar ponselnya di mana terdapat berita dan foto tentang Rani yang kedapatan bersama seorang pria telanjang di kamar hotel.
Rasanya seluruh tubuh Rani meremang melihat berita dan foto-foto yang tersebar.
“Maaf!” Hanya kata itu yang dapat terucap dari mulutnya. “Lagi pula salah kamu sendiri. Bukannya tadi sudah kubilang jangan buka pintu.”
“Aku tidak peduli, keluar sekarang juga dari kamarku!”
Rani terpaku di tempatnya berdiri dengan jemari saling meremas. “Kalau aku keluar sekarang, sama saja dengan bunuh diri. Tunggu sampai asistenku datang dan aku pasti akan keluar dari sini.”
Rasanya Dika hampir gila memikirkan masalah ini. Satu jam sudah mereka terjebak di kamar yang sama, dalam keadaan Dika yang hanya menggunakan handuk sehabis mandi.
“Kalau begitu tolong bantu aku!”
“Bantu apa?”
“Aku mau pakai baju. Tidak mungkin kan aku telanjang terus bersama seorang gadis di kamar.”
Rani melirik tubuh pria itu. Wajah tampan yang terbalut kulit putih bersih tampak sangat sempurna. Sayang sekali, dia harus duduk tak berdaya di atas kursi roda. “Bajunya di mana?”
“Di lemari!” jawab Dika ketus.
Rani pun mengeluarkan pakaian milik Dika dan meletakkannya di atas pembaringan.
“Ambilkan dalaman!” perintahnya lagi.
“A-apa?” tanya Rani seolah tak percaya.
Pelototan mata yang dihadiahkan Dika pun membuat Rani tidak berkutik. Ia takluk pada perintah Dika yang baginya sangat seenak jidat, dan tanpa dapat dikendalikan, wajah Rani mendadak merah menggenggam dalaman milik laki-laki itu.
“Kenapa diam di situ, bantu aku memakainya!” ujar Dika, ketika mendapati Rani terdiam.
Mata Rani melotot mendengar perintah memalukan itu. Memakaikan dalaman untuknya? Laki-laki ini pasti sudah gila. Rani melempar dalaman milik Dika hingga mengenai wajahnya.
“Tidak mau! Pakai sendiri saja.”
“Kalau begitu keluar dari sini!” Sebuah ancaman serius yang membuat Rani mati kutu. Wanita itu pun pasrah mengikuti perintah Dika. Berjongkok di hadapannya dan membantu memasang dalaman.
“Heh, bantu aku ke tempat tidur dulu, kalau di kursi roda mana bisa!”
Jika saja tidak terdesak oleh para pencari berita yang menunggu di luar, Rani pasti sudah memaki habis pria judes itu. Namun, posisi sekarang Ranilah yang butuh pertolongan.
Tubuh kecilnya seketika ambruk menopang tubuh berat Dika. Mereka terhempas ke tempat tidur dengan posisi Rani berada di atas. Keduanya diam dan saling tatap.
Tiba-tiba ....
Pintu kamar terbuka, disusul kemunculan seorang pria. Dika dan Rani yang masih dalam posisi bertumpukan seketika menoleh.
"Hey, apa-apaan ini?" Pria itu tampak cukup terkejut dengan pemandangan yang menyambutnya.
Mata Rani pun terbuka lebar menatap seorang pria yang mematung di ambang pintu. Bukan hanya itu, Gembul, Jovan dan beberapa wartawan pun turut menjadi saksi kejadian memalukan itu.
Secepat cahaya kilat, Rani bangkit dari posisinya. Matanya melirik dalaman milik Dika yang masih menggantung di ujung kakinya. Segera wanita itu berjongkok dan menariknya ke atas dan menyusup di balik handuk hingga melekat sempurna di pinggang Dika, membuat pria itu menutup wajahnya dengan telapak tangan.
Terlihat cukup frustrasi.
............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
jadi Rani melihat nya,malu nya 🤣🤣
2024-11-17
2
Yunerty Blessa
habis lah 🤣🤣
2024-11-17
0
Yunerty Blessa
adeh bang....malu lah bila dilihat tu latto² 🤣🤣🤣
2024-11-17
0