Titt...titt...
Suara patient monitor memenuhi ruangan gawat darurat.
Para perawat berlarian menangani gadis malang yang terus mengeluarkan darah segar dari kepalanya. Kapas yang tadinya berwarna putih telah berubah warna menjadi merah, dan jumlahnya pun semakin menggunung. Tapi pendarahan di kepalanya tak juga berhenti.
"Maaf, apa Bapak keluarga korban?" tanya Dokter UGD pada pria yang duduk cemas diluar ruangan.
Pria itu berpikir keras, yang pada akhirnya mengangguk.
"Iya, saya su~ saya tunangannya," jawabnya dengan ragu.
"Baik. Pendarahan di kepalanya tak kunjung berhenti karena lukanya yang cukup parah. Mungkin kita harus melakukan operasi untuk menutup lukanya, juga melakukan tes mendalam pada kepalanya," ujar Dokter.
"Baik, silahkan. Tolong lakukan yang terbaik, Dok."
"Baik Pak. Sus, tolong antar Bapak ini ke ruang administrasi."
Sesaat kemudian beberapa orang perawat mendorong branker bed Yelena menuju ruang operasi.
Pintu ruang operasi mulai ditutup, dan beberapa saat kemudian lampu operasi mulai menyala.
...****************...
Brakk!
Seperti tas dan juga kopernya. Tubuh Yelena juga ikut terpental karena tabrakan yang keras itu. Isi kopernya amburadul ditengah jalan. Darah segar mengalir membanjiri jalan.
Orang didalam mobil itu keluar. Pria itu menutup pintu mobilnya dengan keras. Wajahnya mulai gusar. Dia memijat keningnya dengan sebelah tangan lainnya berpegang pada atap mobilnya.
"Argh! Sial!" decaknya.
Kendaraan lain yang berlalu lalang seolah acuh pada keadaan itu.
Dia menarik napas panjang dan menghembuskan nya dengan kasar. Kemudian berjalan menghampiri Yelena yang tergeletak didepan sana.
Rambut panjang Yelena berantakan, menutupi sebagian wajahnya. Pria itu menelan saliva nya, tangannya yang gemetar mulai menyibakkan rambut Yelena yang menutupi wajahnya.
Pria itu mematung kaget. Dia memundurkan langkahnya, kemudian terjatuh dari jongkoknya. Wajahnya tampak panik.
"Tidak mungkin," suaranya mulai gemetar.
"Allesa~"
Dia kembali mendekat.
Dia mengulurkan tangannya, membelai wajah Yelena yang dipenuhi bercak darah. Kemudian merogoh saku celananya. Tangannya yang gemetar itu menekan tombol angka pada ponselnya.
"Tolong siapkan ambulan! ada korban kecelakaan di jalan Jasmine! cepat! ini darurat!" teriaknya dalam telepon.
"Kamu harus bertahan, Allesa."
Beberapa saat kemudian suara sirine ambulan mulai terdengar. Beberapa orang dengan pakaian serba putihnya berbondong-bondong turun dengan branker bed. Mereka mulai mengangkat tubuh lemah tak sadarkan diri Yelena.
"Aiden!? urus mobilku di tengah jalan depan perusahaan!" ucap pria tadi pada sambungan teleponnya yang kemudian ikut masuk dalam mobil ambulan.
...****************...
Lampu ruang operasi sudah berubah hijau. Seorang dokter dengan surgical gown nya keluar dari dalam ruangan sana.
"Syukurlah, pasien sudah melewati masa kritisnya," ujar Dokter yang membuat pria itu bernapas lega.
"Terimakasih Dok. Apa saya bisa menemuinya?" tanyanya.
"Pasien akan segera dipindahkan ke ruang pasien, anda bisa menjenguknya di sana."
"Hasil rontgen juga akan segera keluar, saya akan menghubungi anda nanti." ujar Dokter.
Pria itu menghempaskan tubuhnya ke kursi tunggu setelah Dokter pergi. Dia memijat pangkal hidungnya dengan frustasi.
"Kak?"
"Kenapa muka kakak kusut gitu? orang yang kakak tabrak mati?"
Dia menarik napas panjang, kemudian duduk di samping pria yang dipanggilnya kakak itu.
"Aku nemuin ini," ucapnya sembari menyodorkan dompet merah.
"Namanya Yelena Xu. Aku baru inget, dia sekretaris baru kakak yang mulai kerja besok," ujarnya.
"Yelena Xu?"
"Iya. Kenapa? mukanya mirip sama Allesa Grey?" dia tersenyum miring.
"Kalo mata aku nih kak, lebih cantikan Yelena lah!"
Mereka berdua kakak beradik dari keluarga Li. Sean Li dan Aiden Li.
Sean Li, dia adalah orang yang telah membuat Yelena terbaring di rumah sakit. Yang tidak lain juga adalah Direktur dari DC Entertainment, orang yang akan berkerja dengannya besok.
Tapi mungkin setelah ini jalan ceritanya akan berubah. Apa Sean yang terkenal berhati dingin itu akan luluh padanya karena merasa bersalah?
"Terus habis ini apa?" tanya Aiden.
"Apanya yang apa?" tanya Sean ketus.
"Ya minta maaf atau apa gitu?"
"Minta maaf bukanlah gaya ku!"
Keduanya kembali terdiam.
Sikap keduanya memang sangat berlawanan. Dimana Aiden adalah seorang pria berhati lembut dan ramah. Sedangkan Sean, sejak kematian ayahnya sifatnya mulai berubah. Hatinya seolah mengeras. Dia menjadi lebih pendiam dan dingin.
"Permisi Pak? pasien sudah siuman," ucap seorang perawat yang menghampiri nya.
Aiden menepuk pelan pundak kakaknya, membangunkannya dari lamunannya. Sean tersentak kaget dan kemudian merespon perawat itu dengan ucapan terimakasih.
Dia menghela napasnya dengan pasrah, dan kemudian bangkit dari duduknya.
"Ada diruang nomor berapa?" tanya Sean pada perawat itu.
"1005, Pak."
"Terima kasih."
Aiden menatap punggung kakaknya yang semakin menjauh. Dia tersenyum tipis.
"Syukurlah dia masih memiliki sedikit hati nurani," gumamnya.
...----------------...
Didepan pintu ruang 1005~
Tangannya ragu untuk membuka pintu. Dia tidak tahu mengapa dirinya menjadi tidak fokus seperti itu. Atau mungkin karena wajah Yelena mirip dengan calon tunangannya yang pergi meninggalkannya.
Dia menyiapkan kalimatnya.
Bersamaan dengan membuka pintu, dia mulai melontarkan semua yang ada dalam pikirannya.
"Berhubung kamu adalah sekretaris saya yang baru akan mulai kerja. Saya akan memberimu kompensasi deng~ Hei! apa yang kamu lakukan!?"
Sean berlari kearah Yelena yang sudah terjatuh dari kasurnya. Yelena memegang kepalanya yang terasa sakit.
Darah yang cukup deras mengalir dari tangan kirinya karena infus yang dicabut paksa.
Dengan segera Sean membopong Yelena kembali keatas tempat tidurnya.
"Apa kamu gila!?" bentak Sean.
Sean menekan tombol darurat.
"Maaf, anda siapa?" Yelena mengedarkan pandangannya pada seluruh ruangan, "Dan dimana ini?" lanjutnya.
"Saya tidak akan membuang waktu lagi. Saya akan memberikan kompensasi berupa gaji dua kali lipat kamu sebagai sekretaris saya. Surat perjanjian perdamaian akan saya siapkan saat kamu masuk kerja." jelas Sean.
"Sekretaris? saya bekerja sebagai sekretaris? sekretaris anda?"
"Apa otakmu mulai rus~" Sean menghentikan ucapannya saat sebuah pikiran terlintas di kepalanya.
Apa mungkin kepalanya bermasalah? batinnya.
"Siapa namamu?" Sean mencoba-coba, berharap apa yang dipikirkannya tidak benar.
"Nama?"
Yelena berpikir keras. Otaknya yang tidak dapat menerima respon itu membuat kepalanya terasa sakit. Dia kesakitan. Dia merintih sembari memegangi kepalanya.
"Hei!? kamu baik-baik saja?" Sean mulai panik.
"Aku tidak bisa mengingat siapa namaku!" Yelena berteriak.
Sean membelalakkan matanya dan memundurkan langkahnya. Dia tidak menyangka telah membuat seorang gadis kehilangan ingatannya. Dia memijat pangkal hidungnya dengan frustasi.
Sean menatap Yelena yang masih tertunduk sembari memegangi kepalanya.
Wajah Yelena mengingatkannya pada seseorang. Satu persatu gambaran masa lalunya mulai melintasi pikirannya. Dan saat itu, sifat egoisnya muncul.
"Kamu adalah Yelena Xu. Sekretaris sekaligus tunangan ku."
Yelena mengangkat kepalanya, "Tunangan?" gumamnya.
"Kak! kakak sudah gila ya!?"
Aiden yang baru masuk ruangan itu meneriaki Sean saat mendengar ucapan gila keluar dari mulutnya.
"Gak usah ikut campur!" tegasnya dengan tatapan tajam yang membuat Aiden terdiam.
"Keluarga pasien silahkan keluar," ujar Dokter yang datang bersama Aiden.
"Kita harus bicara!" ujar Aiden sembari berjalan keluar mendahului Sean.
Aiden menghempaskan tubuhnya di kursi tunggu. Dia memijat kepalanya yang mulai pusing.
Sean yang baru keluar dari ruangan itu berdiri tak jauh dari tempat Aiden duduk.
"Apa maksud kakak dengan membohonginya seperti itu?" Aiden mulai angkat bicara.
"Just for fun," Sean tersenyum miring.
"Apa kakak tidak memikirkan kedepannya nanti? bagaimana jika dia mengingat segalanya? perasaannya akan terluka!"
"Aku tinggal menikahinya saja, lalu menceraikannya kapan saja."
"Gak punya hati! apa kakak telah melupakan ajaran kebaikan Papa? apa setelah Papa pergi, didikannya juga ikut pergi dari diri kakak!?" Aiden mulai meninggikan suara di kalimat terakhirnya.
"Diam!" bentak Sean yang kemudian memalingkan wajah dan pergi dari hadapan Aiden.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Yoru
keren kak, aku udah mampir
2022-11-28
0