Hana menyentuh pundak Bang Hasdin.
"Jangan bersikap seperti itu di hadapan anak. Hana sudah mendidik nya menjadi wanita yang kuat, agar tidak seperti mamanya yang rapuh tanpa arah"
Hati Bang Hasdin terasa nyeri. Penderitaan yang telah ia berikan untuk kedua wanita ini sungguh mengoyak batin. Ribuan maaf pun tak akan mampu menggantikan segala hal yang telah terjadi. Hanya ada tatapan penuh sesal di wajah Bang Hasdin.
"Apa yang bisa Abang lakukan untuk menebus segala kesalahan Abang? Karena Abang.. anak kita menderita" ucap Bang Hasdin terdengar begitu menyedihkan.
"Lakukan saja tugas Abang sebagai seorang ayah. Cherry pasti sangat bahagia. Selama ini Cherry sangat bangga dengan papanya karena Bang Ares selalu menceritakan pada Cherry bahwa papanya adalah seorang tentara dan ayah yang hebat" jawab Hana.
Dalam hati Bang Hasdin terasa jauh lebih sakit. Kini ia paham betul apa tujuan Bang Ares. Hana, Ares dan Abangnya adalah anak-anak broken home hingga tidak ingin Cherry merasakan hal yang sama. Ares ingin Cherry di penuhi banyak cinta.
"Apa kata Ares?" tanya Bang Hasdin.
"Mata Cherry mungkin tidak terbuka, tapi hati Cherry bisa merasakan. Dia pasti tau mana cinta yang tulus menyayangi nya. Kelak.. jika bapaknya tidak menginginkan dia.. biar Cherry akan menjadi cinta dalam hidupnya kelak." jawab Hana menirukan ucapan Bang Ares saat itu.
Air mata Bang Hasdin meleleh deras.
"Sampaikan pada Abang Ares mu yang usil itu. Abang sangat mencintai Cherry lebih dari apapun..!!"
"Hmm.. aku mendengarnya. Sekarang cepat carikan aku asem-asem daging..!!!" pinta Bang Ares yang tiba-tiba saja datang dan langsung duduk membanting diri di sofa ruang tamu. Matanya terpejam memercing tak nyaman.
"Dinar buatkan teh ya Bang" kata Dinar, Bang Ares sama sekali belum melepaskan genggaman tangannya.
"Kamu temani Abang saja.. Pijat kepala Abang..!! Sudah nggak kuat ini" pinta Bang Ares semakin tak karuan.
"Biar Hana saja yang buat mbak. Bayi besar Mbak Dinar lagi pengen di sayang tuh" kata Hana sambil tersenyum kecil.
Bang Ares masih terdiam seakan tak peduli. Memang benar kali ini ingin sekali dirinya di manjakan tangan lembut istri tercinta.
Dengan jemari lentiknya.. Dinar memijat kepala Bang Ares. Terdengar suara kecil merintih, mungkin Bang Ares benar-benar merasa sakit atau mungkin malah merasa nyaman.
"Abang nggak enak badan?" tanya Dinar jadi cemas melihat Bang Ares yang mendadak jadi demam.
Bang Ares mengangguk pelan. Disana Bang Hasdin duduk dan memperhatikan wajah Bang Ares yang memang terlihat lesu.
"Masa iya cuma gara-gara asem-asem daging?" tanya Bang Hasdin tak percaya.
Tak lama Hana datang membawa segelas teh hangat.
"Kalau ngidam, pengen banget ya harus terpenuhi lah Bang. Masa Abang nggak peka?" tegur Hana.
"Mana Abang tau. Abang belum pernah merasakan. Apalagi waktu kamu hamil saja.. Abang nggak tau" jawab Bang Hasdin.
"Jangan berdebat.. biar ku sumpahi dia merasakan yang lebih parah daripada ini" kata Bang Ares mulai kesal.
"Ya sudah.. aku berangkat. Tugas ajudan memang harus selalu siap" jawab Bang Hasdin kemudian berdiri menyambar kunci mobilnya.
...
Jalanan sangat ramai. Bang Hasdin mulai gerah dan kepanasan belum juga mendapatkan pesanan Bang Ares.
"Siapa yang hamil.. siapa yang ngidam.. siapa juga yang repot. Nasiiiiibbbb..!!!!!!" gerutu Bang Hasdin di pertigaan lampu traffic light.
Lampu tanda hijau sudah menyala, Bang Hasdin sudah menginjak gasnya tapi tiba-tiba ada seorang wanita berlari ke arah zebra cross dan tepat saat itu juga pingsan di depan mata Bang Hasdin.
"Astagfirullah hal adzim.. piye to iki??" Bang Hasdin langsung turun.
Para pengendara motor di sekitar sana langsung sigap membopong wanita itu.
"Titip di bawa ke rumah sakit ya Pak...!!" kata seorang pengendara.
"Tapi saya ada urusan penting pak" Bang Hasdin berusaha menolak tapi wajah para pengendara disana seakan menghakimi Bang Hasdin bahkan para pengendara langsung memasukan wanita tersebut di kursi belakang karena tepat saat itu mobil Bang Hasdin berada di barisan cukup depan.
"Bapak khan tentara. Bapak harus punya jiwa kemanusiaan donk" ucap bapa tersebut kemudian melaju pergi.
...
Mau tidak mau akhirnya Bang Hasdin mengantar wanita itu ke rumah sakit, ia pun sudah bisa menghubungi orang tua gadis itu karena ternyata ada identitas gadis itu di dalam tas kecil yang di bawanya.
:
Mata Bang Hasdin melotot karena ternyata gadis itu adalah anak komandan berpangkat bintang satu. Bang Hasdin sampai salah tingkah di buatnya.
"Siapa namamu?" tanya Komandan.
"Siap.. Hasdin Putra. Pratu Hasdin" jawab tegas Bang Hasdin.
"Terima kasih banyak kamu sudah menyelamatkan nyawa putri saya. Dia sakit. Hidupnya juga di perkirakan tidak akan lama lagi" Komandan bernama Ganda itu tak bisa menyembunyikan wajah sedihnya.
"Saya sangat sedih karena ia sudah meminta saya untuk menyumbangkan dirinya untuk kelayakan hidup manusia jika dirinya telah tiada nanti. Saya hanya mengajukan satu syarat saja.. tapi dia tidak mau" Pak Ganda menjadi semakin sedih saja.
"Ijin Dan, apa saya boleh tau.. syarat apa sampai Mbak Citra menolak" tanya Bang Hasdin.
"Sebagai seorang papa.. saya ingin melihat dia bahagia menikah dengan orang lain. Tapi dia tidak mau karena merasa tidak ada pria yang mau menikahi dia.. karena tau dirinya tidak sempurna. Citra mengidap penyakit kelainan paru-paru sejak lahir"
Bang Hasdin terdiam sejenak. Tiba-tiba hatinya teringat pada sang putri. Ia terus memikirkan pendonor mata untuk putri kecilnya.
"Kamu.. mau menikah dengan putri saya?" tanya Pak Ganda.
"Saya Dan???????" Bang Hasdin begitu terkejut dengan pertanyaan Pak Ganda.
"Tapi.........."
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Erna Wati
masih kesel n dendam ares ngidamnya belum kesampean
2022-09-22
1
Alif Septino
semangat kak Nara
2022-09-13
1
ChacaPutri
ingt Anak Bang Hasdin...jgn pernah lukai hati hana yg kesekian kalix
2022-04-19
2