"Tadi khan sudah, malah bolak-balik.. Abang mau ganggu Dinar lagi? Ini mau waktu imsyak dan Abang belum sahur."
"Nyolek sedikit aja lho dek" kata Bang Ares.
"Nggak.. Nanti aja kalah sudah buka puasa" jawab Dinar.
"Tau nggak kalau melawan suami itu dosa besar?" tidak ada cara lain untuk menakut-nakuti Dinar selain melalui hal ini.
Dinar diam gelisah, jemarinya bertautan.
"Ya gituu.. nurut..!! Masa sama suami sendiri mau nolak" Bang Ares mengecup kening Dinar, tidak ada yang ia lakukan. Dirinya hanya bermesraan saja dengan sang istri.
Dinar menurut dan tenang dalam dekapan Bang Ares.
***
Danyon menanyakan kelengkapan administrasi surat pengajuan nikah Bang Ares. Sudah satu bulan pernikahan tapi Bang Ares belum juga melengkapi surat kesehatan untuk salah satu persyaratan pengajuan nikah.
"Ini kamu belum juga menaikan status istrimu Res. Jangan lama-lama ya. Nggak enak buat contoh anggota yang lain" tegur Danyon.
"Siap Dan.. Kantor masih sibuk begini. Apalagi besok libur lebaran. Nanti segera saya lampirkan surat dari rumah sakit" jawab Bang Ares.
"Jangan lama lagi ya. Biar istrimu bisa segera perkenalan anggota" perintah Danyon.
"Siap..!!"
//
Bang Hasdin tersenyum membayangkan wajah ayu Dinar dan itu membuat pikiran nya resah.
"Abang ingin segera melamarmu dek. Abang rindu sekali sama kamu. Maaf kalau Abang terkesan lama.. Abang hanya ingin meminang mu di saat yang tepat" gumamnya sambil berguling-guling tidak tenang di ranjang.
"Aku harus cari tau dulu persyaratan pengajuan nikah" Bang Hasdin mengambil ponselnya lalu mencari kabar tentang hal itu.
***
Dinar menunduk takzim dan mencium punggung tangan Bang Ares.
"Dinar minta maaf ya Bang.. belum bisa jadi istri yang baik untuk Abang. Masih suka buat Abang jengkel dan belum nurut sama Abang" ucap Dinar dengan mata berkaca-kaca.
"Abang juga minta maaf ya dek. Belum bisa membimbing mu dengan baik. Masih kurang sabar menghadapimu. Kedepannya.. kita perbaiki sama-sama ya..!!" ajak Bang Ares kemudian mengecup sayang kening Dinar dan memeluknya erat.
"Abang harap, sudah ada hati untuk Abang. Sungguh Abang sangat menyayangimu Dinar" Bang Ares membelai rambut Dinar karena tau, hati Dinar masih belum seutuhnya untuknya meskipun Dinar tak pernah berbuat macam-macam di belakangnya.
Dinar tak menjawab. Hanya anda anggukan kecil sembari sesenggukan menjawab Bang Ares. Air matanya meleleh membuatnya sesak.
"Sudah.. jangan nangis lagi, ini hari raya. Seharusnya kita bahagia. Sebentar lagi kita ke rumah Papa" Bang Ares mengusap wajah Dinar yang basah karena air mata.
Bang Ares segera mengajak Dinar berdiri tapi Dinar merasa tubuhnya sedikit terasa ringan.
"Eeeehh dek..!! Kenapa kamu?" Bang Ares kembali mendekap Dinar.
"Nggak tau Bang, agak nggak enak badan aja. Mungkin karena capek aja. Tugas kuliah Dinar khan banyak" jawab Dinar masih berpegangan pada kedua lengan Bang Ares.
"Assalamu'alaikum.. Dan..!!" sapa seorang pria dan ternyata sudah lumayan banyak tamu untuk silaturahmi ke rumah Bang Ares.
"Wa'alaikumsalam. Ayo masuk sini..!!" ajak Bang Ares. Sudah menjadi tradisi di Batalyon untuk saling halal bihalal ke rumah anggota yang dituakan.
Jika tahun yang lalu rumah Pak Yasin orang tua Dinar masih di kunjungi para anggota, kini ia harus terbiasa di kunjungi karena jabatan dan pangkat Bang Ares.
"Silakan masuk Om..!!" sambung Dinar.
"Siap Dan.. Siap Ibu.. terima kasih" jawab para anggota.
Dinar masih agak asing mendengar sapaan 'Ibu' yang melekat padanya.. tapi bagaimana pun juga ia harus terbiasa karena dirinya kini adalah istri seorang perwira.
:
Saat Bang Ares masih berbincang akrab dengan para anggota, ponsel Dinar bergetar di atas meja. Bang Ares segera memasukan ponsel tersebut ke dalam saku celananya, sedangkan Dinar asyik mengobrol bersama istri anggota yang lain.
"Iya Bu, surat saya belum sampai.. jadi belum bisa gabung dengan ibu semua" kata Dinar yang mulai akrab dengan ibu-ibu di asrama.
"Nggak apa-apa ibu. Nanti kalau ibu butuh bantuan apapun.. jangan sungkan bicara dengan kami.. kami pasti akan membantu" jawab seorang istri anggota yang memang sudah cukup familiar dengan keluarga Pak Yasin yang bersahaja.
"Terima kasih banyak ya Bu" senyum Dinar mengembang karena masih banyak yang perhatian dengannya.
~
"Insya Allah saya nggak menunda. Kalau di kasih cepat ya Alhamdulillah.. kalau masih belum ya tetap berusaha.. namanya rumah tangga pasti salah satunya juga ingin dapat momongan khan Pak" jawab Bang Ares saat di tanya seorang anggota yang lebih senior dalam umur darinya.
"Siap Dan.. anak itu titipan amanah. Nanti kalau sudah rejekinya pasti datang sendiri"
Bang Ares tersenyum tapi perasaannya sedikit dongkol karena Hasdin terus saja menghubungi istrinya.
Apa aku harus jujur sekarang? tapi saat ini belum tepat Has. Nanti jika sudah saatnya.. aku pasti akan bilang.
:
Para anggota sudah pulang, tinggalah Bang Ares berdua dengan Dinar.
"Nih ponselmu, penggemar beratmu sudah rindu" sindir Bang Ares.
Dinar pun menerima nya. Ada puluhan panggilan tak terjawab dari Bang Hasdin. Tak lama Bang Hasdin menghubungi Dinar lagi. Dinar pun mengangkat nya dengan perasaan was-was karena Bang Ares terlihat tidak suka.
"Assalamu'alaikum.."
"Kemana saja kamu dek. Buat orang cemas saja." tanya Bang Hasdin di seberang sana.
"Wa'alaikumsalam Bang, tadi ada banyak tamu" jawab Dinar dengan ekspresi memercing meremas perutnya.
"Kalau santai.. balas pesan Abang tadi ya..!!" pinta Bang Hasdin.
"Dinar tutup dulu telepon nya ya Bang" ucap Dinar menekan touchscreen ponselnya, tapi karena perutnya tidak nyaman.. tekanan pada ponselnya tak mematikan panggilan telepon tersebut.
"Bang.. Abang..!! Perut Dinar kok sakit ya Bang?" tanya Dinar berusaha meraih tangan Bang Ares.
"Duuhh.. kenapa kamu dek? Ayo ke kamar dulu..!!" ajak Bang Ares.
"Gendoong Abang..!! Nggak kuat jalan" pinta Dinar terdengar manja di telinga Bang Ares.
"Siap cantik ku.. pakai bonus spesial nggak?" tanya Bang Ares.
"Abang aahh.. genit banget sih" ucap Dinar tersipu malu kemudian bersandar di bahu Bang Ares.
Tanpa di sadari.. dari ponsel Dinar ada seseorang yang masih mendengar suara itu.
"Seperti suara Ares. Apa Ares mencoba mendekati Dinar? Tapi Dinar meminta ke kamar. Masa iya Dinar seberani itu?" gumam Bang Hasdin.
"Aaahh.. kenapa pikiranku jadi kotor begini?" ucapnya sambil mengacak-acak rambutnya kemudian mematikan sambungan telepon karena tidak ingin berpikir macam-macam.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Alif Septino
❤️❤️❤️
2022-09-13
1
VLav
hehe, pikiran kotor dicuci aj bang 😁
aq mampir lagi kaka 🙏
2022-06-12
1
😘Mrs. Hen😘
like
2022-05-10
1