Part 9

...Bacanya abis magrib aja bestie. Gak ada celap celup sih, tapi mereka kan Hot Enemy. Interaksi mereka terlalu intim, takutnya tar kalian travelling....

...*****...

Dariush mengedikkan bahu pertanda dia juga tak tahu. “Coba kau pikirkan, siapa orang yang paling ingin membatalkan pernikahanmu.”

“Kau!” Alceena menjawab dengan mendorong dada Dariush, namun pria itu tidak terhuyung karena tak menggunakan tenaga kuat.

Dariush berdecak, tangan kanan yang kekar memegang tengkuk Alceena dan wajah pun kian mendekat. “Aku memang tak suka jika kau dimiliki orang lain, tapi bukan berarti akulah pelakunya!” Napas hangat yang bercampur gairah itu menyapu pipi Alceena.

“Dari semua orang yang aku kenal, hanya kau yang paling mumpuni melakukan semua itu dengan motif jelas!” Alceena masih saja menuduh Dariush. Dia belum terpikirkan orang lain.

“Siapa orang yang sangat senang melihatmu hancur atau ingin sekali kau bersedih? Musuh tidak selalu yang terlihat jahat. Justru orang-orang yang kau anggap baik biasanya patut dicurigai karena menikam dari belakang, bukan secara terang-terangan.” Dariush membisikkan kalimat yang panjang dengan suara sensualnya.

Pria itu beralih menatap Alceena dengan jarak yang tak ada satu jengkal. Tangan pun mulai sedikit nakal, menyentuh bibir wanita tersebut. “Mau aku bantu mencari dalangnya? Tapi tidak gratis,” tawarnya seraya menaikkan sebelah alis.

Namun, tangan Dariush satu lagi digunakan untuk mendarat di pantat Alceena, menarik tubuh wanita itu hingga menubruk area pangkal pahanya. “Kau harus membayar menggunakan tubuhmu yang seksi ini, meliuk di atasku dengan gerakan erotis.” Dan remasan yang sudah kesekian kali pun lagi-lagi dirasakan oleh Alceena.

Posisi keduanya sangat tidak menguntungkan bagi Alceena. Dia mendaratkan kedua telapak tangan di dada bidang Dariush, dan mendorong sekuat mungkin tubuh pria itu hingga jarak mulai melebar.

“Tidak! Aku bisa mencari sendiri!” tolak Alceena dengan tegas. Bantuan macam apa yang meminta imbalan, memang dasar pamrih, tak ikhlas. Daripada berurusan dengan Dariush, lebih baik dia pulang saja.

Alceena menaikkan sedikit bawahan gaunnya yang ketat, untuk memudahkan agar bisa berjalan lebih cepat. “Dasar pria tidak berguna! Datang ke sini dengan maksud agar aku menemukan pelakunya, justru kau semakin membuatku pusing.”

Sebelum keluar dari ruangan Dariush, Alceena mengumpati CEO perusahaan itu. Wajah terlihat sangat kesal karena waktunya terbuang sia-sia. Dan dia pun mengayunkan kaki secepat mungkin sebelum Dariush melakukan sesuatu yang tidak semestinya di sana.

“Hei! Kau belum bertanggung jawab dengan tubuhku!” teriak Dariush yang melihat Alceena keluar dengan sedikit berlari. Walaupun dia bisa mengejar, tapi tak dilakukan karena wanita itu pasti akan semakin membencinya.

Alceena menunjukkan jari tengah. “Kau urus sendiri masalahmu itu!” balasnya diiringi juluran lidah.

Alceena sangat yakin jika Dariush akan merasakan pusing akibat hasrat yang tak disalurkan. Memang itu yang dia inginkan. Alceena pun segera masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mesin.

Di sepanjang perjalanan, Alceena terus saja memikirkan orang yang masuk ke dalam kriteria seperti yang dikatakan oleh Dariush. Tapi, tetap saja tidak menguraikan benang kusut. Dia pun berdecak kesal. “Resiko jadi orang cantik, ada saja yang ingin melihatku hancur,” umpatnya seraya menginjak pedal gas agar kendaraan roda empat itu melesat lebih cepat.

Sementara itu, Dariush yang ditinggal begitu saja saat sudah terbakar gairah pun mau tak mau harus bermain solo saat ini juga. Dia baru saja menyelesaikan urusan tersebut. “Suatu saat kau pasti akan bertekuk lutut denganku Alceena!”