Saat ini Dea, Kinan dan Hiro sudah sampai dirumah sakit terbesar di Los Angeles. Mereka langsung menjumpai Dokter yang akan memeriksa tangan Dea, saat mereka sedang berjalan menuju ruangan benda pipih milik Hiro berdering. Hiro langsung mengeluarkan benda tersebut melihat di layar handphonenya nama uncle-nya muncul, Hiro malas mengangkatnya karena, baginya semua tidak akan selesai.
Hiro memandang wajah Kinan dengan lembut, dan kinan merasa gugup dipandang oleh Hiro.
Setelah Dokter memeriksa keadaan Dea, tangan Dea mengalami retak dipergelangan tangan kanannya karena, terbentur oleh meja orang lain. Dan Dokter memasang Gips ketangan Dea, dan setalah itu mereka kembali ke hotel tempat mereka menginap dan tentu saja Hiro mengantar mereka.
Saat ini mobil Hiro sudah sampai ke hotel tempat, mereka menginap.
"Hiro, terimakasih sudah mengantar kami dan sampai dengan selamat" ungkap Kinan tulus.
"aku merasa tidak enak pada Kalian berdua, maafkan uncle ku Dea Kinan"ucap Hiro tulus.
"Tidak apa-apa, pulanglah karena kami akan beristirahat" balas Dea.
Hiro menuju mobilnya dan dia memutar tubuhnya dan mendekati Kinan kembali dan menyerahkan Handphonenya kepada Kinan.
Kinan mengerutkan dahinya tanda dia tidak mengerti maksud Hiro.
"Ini untuk apa?"
"Boleh Aku mengetahui nomor phonselmu" tanya Hiro kepada Kinan.
"Baiklah, hanya Nomor saja jadi tidak apa-apa" ucap Kinan sambil mengetik nomornya dan menyerahkan hp tersebut kepemiliknya.
"makasih " ucap Hiro
"Aku pulang ya" ucap Hiro lagi sambil melambaikan tangannya.
"Hati-hati" ucap Kinan sambil tersenyum
"Kamu bahagia?" tanya Dea dengan wajah datarnya
"De..., Aku tahu aku salah, maaf"lirih Kinan menunduk
Dea tak menggubris jawaban Kinan, dia langsung berjalan menuju kamar mereka bahkan Kinan tertinggal masih di loby hotel.
Dea tahu bahwa sikapnya tidak seharusnya seperti itu pada kakaknya hanya saja dia sudah terbawa emosi dengan perlakuan martin.
Kinan beranjak dari tempat dia berdiri menuju kamar yang sama dengan Dea, dan membuka pintunya. Kinan tidak melihat Dea tidak ada di kamar mereka, Kinan langsung panik.
"Dea!!" panggil Kinan keras, dan Kinan berhenti didepan pintu kamar mandi karena dia mendengar suara gemircik air yang jatuh, Dea berada didalam.
Lima menit Kinan menunggu akhirnya Dea keluar dari kamar mandi sudah memakai baju tidurnya. Dea berjalan menghampiri Kakaknya dan langsung memeluknya, dan menangis kencang.
Kinan tahu bahwa sudah lama Dea menahan amarahnya dan kesalnya dan sekarang Adiknya meluapkannya dengan tangisannya.
"Besok kita pulang, biar Kakak memesan tiket ya" ucap Kinan sambil mengelus punggung Dea.
Dea sering menutup diri jika ada masalah dia lebih memilih menangis dari pada membalas perbuatan yang telah menyakitinya jika orang tersebut keluarganya. Namun beda hal dengan ini, Kinan mengerti bahwa Adiknya mulai menyukai sosok Mr.Dimitri tapi siapa yang bisa menduga pertemuan mereka pertama kali membuat kesan yang tidak enak untuk dikenang.
Sementara Martin sudah berada di mansion kakak iparnya tepatnya didalam kamarnya, dia merenungi perbuatannya yang sudah terlalu berlebihan terhadapan Caitlin Deanada. Dia tidak tahu harus bagaimana selanjutnya karena dirinyalah yang memutuskan kerja sama mereka.
Sudah dua botol wine habis diminum Martin, akhirny Martin memejamkan matanya dan tidur dengan pulas tanpa beban.
Keesokkan harinya Dea dan Kinan pagi sekali sudah berangkat ke London karena Dea harus diperiksa oleh Dokter keluarga mereka, Kinan takut kecelakaan kemarin membuat tangan Dea makin parah. Dea dan Kinan sudah berada dipeswat dan hendak mau lepas landasan, Dea memandang handphonenya sembari menatap keluar dari jendela kaca pesawat.
Martin terbangun pukul delapan pagi dan langsung membersihkan dirinya, setelah itu dia memilih memakai baju kaos hitam polos dengan celana jeans navy. Rencanya pagi ini dia ingin mengajak Hiro ke Perusahaan Dea yang ada si Los Angeles untuk meminta maaf atas perlakuannya semalam.
Martin turun menuju ruang tengah melihat keadaan kakak iparnya. Disana terlihat Nahendra sedang membaca koran dengan segelas Teh Madu kesukaannya.
"Kakak apa kau melihag Hiro?" tanya martin
"Dia sedang didapur," jawab Nahendra yang masih fokus pada korannya.
Martin melangkah kearah dapur, dan dia melihat Nahendra sedang duduk di meja makan dengan piring yang sudah kosong.
"Kau sudah selesai sarapan?"
"Sudah" jawab Hiro acuh
"Ayo kita menjumpai mereka ke perusahaanya untuk meluruskan masalah kemarin"ungkap Martin jujur.
Hiro tak menjawab dan dia langsung berjalan melewati Martin begitu saja.
"Hiro!!! Kau mendengarkan ku!!!" teriak Martin.
Nahendra yang sedang sibuk membaca akhirnya melihat Adik Iparnya sedang memarahi Hiro anak dari sahabatnya.
"Ada apa Martin, kenapa suaramu macam dihutan saja" tanya Nahendra.
"Hiro" teriak Martin
"Aku kecewa pada mu Paman, sangat kecewa" ungkap Hiro dengan tatapan sinis.
"Aku tau, ayo kita kesana" ajak Martin
"Kenapa ini Hiro?" tanya Nahendra
Tapi Marti hanya diam seribu bahasa.
"Asal uncle tahu, akibat perbuatan Uncle pergelangan tangan Dea retak" ucap Hiro kesal
"APA!!!" teriak Nahendra, Martin
"Apa itu benar?" tanya Nahendra menatap tajam kearah Martin
"Iya Dad, Uncle menghempaskan tangan Dea dan dia tersungkur kelantai mungkin, tangannya terkena pinggir meja direstourant dan mengakibatkan tangannya terluka." ucap Hiro
Martin mengusap wajahnya dengan kasar, dan menjambak rambutnya dengan pelan. Dia tidak tau perlakuannya mengakibatkan fatal begini.
"Ayo kita kerumah sakit" ajak Martin
Hiro hanya menganggukkan kepalanya, dan mereka menuju Hotel bukan rumah sakitmemakai mobil Martin dengan kecepatan tinggi.
Selama perjalanan Martin mau pun Hiro hanya diam saja larut dalam pemikiran mereka masing-masing tanpa ada yang mau membuka obrolan.
Mobil mereka akhirnya sampai ke Hotel Martin melihat mereka berada di Hotel bingung sendiri.
"Dea sudah pulang dari rumah sakit, disini mereka menginap" ujar Hiro yang tau Uncle-nya bingung.
Martin langsung menuju resepsionis menanyakan nomor kamar dea mau pun kinan tapi sayang sekali mereka sudah tidak ada di Hotel lagi karena mereka sudah ChekOut.
"Bagaimana ini paman mereka sudah pulang" ucap Hiro
"Kita langsung keperusahaan saja" ucap Martin lemas.
Martin bingung dengan dirinya sendiri, Dia merasa dirinya sudah berlaku kasar kepada seorang wanita. Dia berjanji akan menjumpainya dan meminta maaf, sampai dea memaafkannya apa pun yang terjadi nantinya.
Dia yakin menghubungi Dea bukan solusi yang tepat, hanya menjumpai wanita itu dan langsung meminta maaf mungkin itu bisa membuat Dirinya tenang tanpa merasa bersalah lagi.
Sesampai Perusahaan Hiro langsung menghubungi Kinan tapi sayang sekali nomor Kinan tidak aktif, membuat Hiro dilanda kuatir tapi Hiro tidak tahu karena Kinan masih berada di pesawat menuju London.
Jangan lupa Like Komen, Vote dan Favorit yah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
ulus imla
buat Martin cepet minta maaf ya
kamu dah salah
2022-06-20
0
ulus imla
buat othor semangat ya
2022-06-20
0
Mega Elerida
kutunggu kelanjutan nya thor..semangat ya mak🤗🤗🤗
2022-04-23
1