Mengingatnya

Alara merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ia memejamkan mata dan mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal karena baru saja sampai setelah dari kampus.

Alara memijat pelipisnya, kepalanya terasa pusing memikirkan bagaimana hari-harinya akan selalu bertemu dengan Alderio, pria yang merenggut kegadisannya secara tidak sengaja.

Lagi dan lagi, penyesalan, kesedihan dan kekhawatiran hinggap di hati Alara, memikirkan bagaimana jika berita di kampus sampai ke telinga kedua orangtuanya. Apa yang akan ia katakan, bagaimana ia akan menjelaskan kepada Mama dan Papa nya.

"Kenapa Echa harus setega ini sih sama gue." Lirih Alara menjambak rambutnya sendiri dengan mata terpejam.

Mata Alara terbuka saat mendengar suara pintu yang terbuka, ternyata itu adalah kedua orang tuanya. Dengan senyum yang dipaksakan semanis mungkin, Alara beranjak dari duduknya menghampiri Mama dan Papa nya.

"Ma, Pa. Ada apa, tumben kalian kemari, biasanya kan panggil aku?" Tanya Alara  menatap keduanya bergantian.

"Mama sama Papa sebenarnya mau meminta izin sama kamu, Ra." Ujar Mama Dania seraya mengusap bahu putri semata wayangnya.

"Hmmm … izin, izin apa, Ma?" tanya Alara tidak mengerti.

"Sebenarnya Papa ada tugas di luar kota, dan Papa butuh Mama kamu untuk ikut, tapi jika memang kamu menolak, ya sudah Papa pergi sendiri saja." Jelas Papa Wahyu ikut mengusap kepala Alara.

Alara tersenyum, ia menggenggam tangan kedua orang tuanya lalu mengangguk.

"Kenapa harus minta izin, Ma, Pa. Aku nggak apa-apa sendiri kok, lagian aku kan udah besar." Celetuk Alara tertawa pelan.

"Berapa hari, Pa?" tanya Alara menatap sang papa.

"Satu minggu, Sayang. Kamu yakin bisa sendiri di rumah, atau kamu mau menginap di rumah Reina atau Echa?" tawar Papa Wahyu.

Alara menggelengkan kepalanya. "Nggak, Pa. Nanti biar Reina aja yang menginap disini. Kalian tenang saja dan fokus membuat adik untukku, eh maksudnya bekerja." Timpal Alara mendapat tabokan pelan dari sang Mama.

"Ya sudah, kami akan berangkat besok pagi-pagi sekali. Kamu jaga diri baik-baik, 'ya?" tutur Mama Dania mencium kepala putrinya.

Alara menganggukkan kepalanya, ia lalu memeluk kedua orang tuanya bergantian dan entah mengapa dirinya tiba-tiba menangis. Alara merasa begitu berdosa, kedua orang tuanya bekerja keras untuknya, namun ia malah akan membuat mereka kecewa.

"Loh, kok nangis? Kamu keberatan, Nak?" tanya Mama Dania menangkup wajah putri cantiknya.

"Nggak, Ma. Cuma Alara lagi bayangin gimana kalo punya adik, pasti seru." Jawab Alara berbohong.

"Eummm … ada-ada aja kamu, Ra. Nanti aja deh dari kamu, lagian usia kamu juga sudah bisa menikah, kalo sudah menikah kan bisa punya anak." Timpal Papa Wahyu terkekeh.

Alara ikut tertawa meski perasaan nya tidak tenang, bagaimana jika dirinya hamil sebelum menikah dan itu semua terjadi karena pria yang bahkan tidak dikenalnya dengan baik.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Alara sudah bangun untuk mengantar kedua orang tuanya meski hanya sampai depan rumah. Kota tujuan mereka adalah Batam.

"Pulang dari Batam bawakan aku bule Singapura ya," ucap Alara jahil.

"Iya, nanti dibawakan sekalian sama pale nya." Timpal Mama Dania tertawa.

Jemputan kantor sang Papa datang, Alara melambaikan tangannya saat kedua orang tuanya itu sudah masuk ke dalam mobil dan perlahan pergi. 

Setelah mobil sudah tak terlihat, Alara buru-buru masuk ke dalam rumah untuk bersiap sebelum Reina datang menjemputnya. Hari ini ia akan berangkat bersama sang sahabat karena kebetulan Reina ada jadwal revisi.

***

Alara baru saja selesai mandi dan berpakaian, ia belum sempat untuk makeup karena harus membuka pintu saat bel terdengar. Saat pintu terbuka, nampak lah Reina yang datang membawa koper.

"Astaga, lo mau nginep apa minggat, Na?" tanya Alara terkekeh.

"Yeuu … nggak gitu lah, namanya cewek cantik kaya gue pasti banyak barangnya, lagian kan nginep nya satu minggu, lumayan lama juga." Jawab Reina semakin membuat Alara terkekeh.

"Ya udah ayo masuk, gue mau pakai makeup dikit." Ajak Alara mempersilahkan temannya itu masuk.

Reina mengekor di belakangnya, ia menatap sahabatnya itu dengan jahil. "Cie makeup, pasti gara-gara mau ketemu dosen baru ganteng itu 'kan." Celetuk Reina.

"Lo tau?" tanya Alara menyipitkan matanya.

"Tau apa, tau kalo tuh dosen ganteng apa tau kalo lo emang mau deketin dosen itu?" tanya Reina balik, pasalnya pertanyaan Alara ambigu.

"Ck, kalo dosen itu ganteng." Jawab Alara berdecak sebal.

"Oh, ya taulah. Jadi bulan-bulanan satu fakultas dia, katanya lajang juga tau." Pungkas Reina membuat Alara terdiam.

"Bagus kalo dia lajang." Gumam Alara pelan.

"Ha, apaan?" tanya Reina merasa seperti mendengar suara Alara.

"Nggak. Udah deh berangkat sekarang aja, gue bisa makeup di jalan." Ajak Alara membereskan make upnya, meraih tas dan juga skripsinya.

Meskipun bingung, Reina ikut saja saat sahabatnya mengajak untuk berangkat sekarang ke kampus. Selama perjalanan, Alara tak henti merias wajahnya dengan makeup tipis namun berhasil menambah kecantikan Alara berlipat ganda.

Setelah hampir satu jam perjalanan karena macet, Alara dan Reina turun bersama. Keduanya terlihat sangat cocok menjadi sahabat karena Alara yang lembut dan lebih banyak diam, sementara Reina yang bar-bar dan selalu mengajak ribut apabila ada yang mengganggunya ataupun mengganggu Alara.

"Kan dosen baru itu pembimbing si Alara, gue yakin bakal di godain tuh dosen." Bisik seorang mahasiswa seraya melirik Alara sinis.

"Iyalah, modal buka baju gue yakin tuh dosen juga klepek-klepek." Timpal temannya.

Alara hanya bisa mengusap dadanya sabar, namun tidak dengan Reina yang langsung menghampiri keduanya. Alara menepuk jidatnya, beginilah Reina yang tidak akan mau kalah.

"Heh! Congor lo berdua di jaga ya, temen gue nggak ada godain tuh dosen, kecuali lo mungkin bakal ngelon ke dosen baru itu!!" cibir Reina menunjuk kedua orang itu dengan penuh emosi.

"Na, udahlah ayo." Ajak Alara menarik tangan Reina dengan cepat sebelum suasana semakin kacau.

"Ishh, Ra. Harusnya biarin gue comot tuh bibir dua cecunguk tadi, seenaknya hina lo." Gerutu Reina membuat Alara hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Lupain aja, gue mau langsung ke ruangan pak Al, lo juga gih ke ruangan dosen lo biar cepet selesai." Tutur Alara membuat Reina mendengus.

"Iya deh iya, yaudah gue kesana ya. Bye!" Pamit Reina kemudian pergi menuju ruangan dosen pembimbing nya.

Setelah kepergian Reina, Alara juga pergi ke ruangan dosen pembimbing nya, ia mengetuk pintu seperti biasanya dan hari ini ada yang menyahut dari dalam, sepertinya Alara tidak akan disambut oleh ruangan kosong lagi.

"Selamat pagi, Pak." Sapa Alara biasa saja meski hatinya kembali resah.

"Pagi, duduklah." Sahut Alderio mempersilahkan Alara duduk.

Alara duduk di depan Alderio, ia juga memberikan skripsinya untuk diperiksa. Alara memperhatikan dengan seksama saat Alderio memberitahu dimana letak kesalahannya.

"Baiklah, Pak. Saya akan berusaha memperbaikinya dan tidak revisi lagi." Ucap Alara hendak beranjak dari duduknya.

"Kamu lupa sama saya, Alara." Ujar Alderio tiba-tiba.

"Maaf, Pak?" Alara tak paham dengan ucapan dosennya itu.

"Kenapa kamu meninggalkan saya setelah apa yang terjadi diantara kita?" tanya Alderio sukses membuat Alara bungkam seribu bahasa.

Jantung Alara rasanya mencelos begitu saja, ia bahkan hampir saja terjatuh jika tidak berpegangan pada kursi yang ada disana. Alara tak menjawab, ia menatap Alderio sesaat kemudian langsung berlari keluar dari ruangan itu dengan tergesa-gesa.

"Nggak, nggak mungkin dia ingat." Gumam Alara menggelengkan kepalanya cepat.

WAHHH JADI PAK ALDERIO INGAT ATAU NGGAK YA??

Like dan komen yang banyak, nanti sahur aku update lagi deh😜

To be continued

Terpopuler

Comments

Sri Mulyani

Sri Mulyani

syukur dech pak al.ingat kejadian itu ...
Krn dlm kejadian itu pak Al kan mabuk

2025-02-07

0

Eny Hidayati

Eny Hidayati

p. dosen ... jadi dua yang bersama alara malam itu ...

2024-02-13

0

Yeti Karniati

Yeti Karniati

jatuh cinta deh

2024-01-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Sesuatu telah terjadi
3 Wanita gila
4 Ejekan dan hinaan
5 Bertemu dia
6 Mengingatnya
7 Ditolong Pak Al
8 Menikahlah dengan saya
9 Alara marah
10 Tamparan Alara
11 Kasih sayang orang tua
12 Kedatangan Alderio
13 Keputusan Alara
14 Melamar Alara
15 Kabar mengejutkan
16 Saya suka bibir kamu
17 Amarah Alderio
18 Akhirnya sah
19 Malam dan pagi panas
20 Panggilan baru
21 Belanja bulanan
22 Alderio marah?
23 Alara mellow
24 Asam lambung???
25 Pasangan manis
26 Alara pingsan
27 Kabar bahagia
28 Kedatangan adik Al
29 Telepon dari Renata
30 Menemui Renata
31 Ungkapan cinta Alara
32 Jodoh yang tertukar?
33 Ngidam rujak
34 Cerita Alderio
35 Pengakuan
36 Hari yang manis
37 Mama Ara galak
38 Liburan keluarga
39 Kekesalan Renata
40 Senjata makan tuan
41 Tuduhan Renata
42 Syok berat
43 Memutuskan hubungan
44 Penjelasan Alderio
45 Keterkejutan Renata
46 Bertemu Mama Mira
47 Pertanyaan Mama Mira
48 Pekerjaan baru Alderio
49 Terbongkar
50 Mika kecelakaan
51 Mika tiada
52 Histeris
53 Harus bayar mahal!
54 Permintaan Bima
55 Jalan-jalan
56 Kontraksi
57 Kesendirian
58 Pesta dansa
59 Menyelamatkan Bima
60 Reina Cedera
61 Perhatian Bima
62 Rasa bersalah
63 Alderio pekerja keras
64 Mau mertua?
65 Alara melahirkan
66 Welcome baby Arion
67 Vibes suami istri
68 Menyukainya
69 Kedatangan Mama Reina
70 Bima kepikiran
71 Memantapkan hati
72 Penolakan tegas Reina
73 Salah sasaran
74 Kejutan yang manis
75 Bima Vs Reina
76 Bayi gorila
77 Hari paling dinanti
78 Siap nggak siap
79 Marah tapi mau
80 Rutinitas istri
81 Kebobolan?
82 Keyakinan bersama (End)
83 Ekstra part end
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Prolog
2
Sesuatu telah terjadi
3
Wanita gila
4
Ejekan dan hinaan
5
Bertemu dia
6
Mengingatnya
7
Ditolong Pak Al
8
Menikahlah dengan saya
9
Alara marah
10
Tamparan Alara
11
Kasih sayang orang tua
12
Kedatangan Alderio
13
Keputusan Alara
14
Melamar Alara
15
Kabar mengejutkan
16
Saya suka bibir kamu
17
Amarah Alderio
18
Akhirnya sah
19
Malam dan pagi panas
20
Panggilan baru
21
Belanja bulanan
22
Alderio marah?
23
Alara mellow
24
Asam lambung???
25
Pasangan manis
26
Alara pingsan
27
Kabar bahagia
28
Kedatangan adik Al
29
Telepon dari Renata
30
Menemui Renata
31
Ungkapan cinta Alara
32
Jodoh yang tertukar?
33
Ngidam rujak
34
Cerita Alderio
35
Pengakuan
36
Hari yang manis
37
Mama Ara galak
38
Liburan keluarga
39
Kekesalan Renata
40
Senjata makan tuan
41
Tuduhan Renata
42
Syok berat
43
Memutuskan hubungan
44
Penjelasan Alderio
45
Keterkejutan Renata
46
Bertemu Mama Mira
47
Pertanyaan Mama Mira
48
Pekerjaan baru Alderio
49
Terbongkar
50
Mika kecelakaan
51
Mika tiada
52
Histeris
53
Harus bayar mahal!
54
Permintaan Bima
55
Jalan-jalan
56
Kontraksi
57
Kesendirian
58
Pesta dansa
59
Menyelamatkan Bima
60
Reina Cedera
61
Perhatian Bima
62
Rasa bersalah
63
Alderio pekerja keras
64
Mau mertua?
65
Alara melahirkan
66
Welcome baby Arion
67
Vibes suami istri
68
Menyukainya
69
Kedatangan Mama Reina
70
Bima kepikiran
71
Memantapkan hati
72
Penolakan tegas Reina
73
Salah sasaran
74
Kejutan yang manis
75
Bima Vs Reina
76
Bayi gorila
77
Hari paling dinanti
78
Siap nggak siap
79
Marah tapi mau
80
Rutinitas istri
81
Kebobolan?
82
Keyakinan bersama (End)
83
Ekstra part end

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!