Aishe –
Indah dan mewahnya dekorasi, suara musik yang mendominasi ruangan, beberapa orang yang berkerumun dengan topik pembicaraan masing-masing.
Jadi, seperti inikah pesta?
Aishe sedang bersandar di pembatas balkon, menikmati suasana malam dari lantai 10 yang cukup menawan. Ketika asik menikmati semilir angin, tiba-tiba telinganya mendengar pembicaraan menyebalkan.
"Untuk apa punya wajah tampan? Dia hanya bisa duduk, tidak bisa memuaskanmu!"
"Hahaha. Sayang sekali, pria setampan itu hanya bisa duduk di kursi roda."
"Aku dengar, pasangan yang dia bawa cukup cantik."
"Cantik? Dia hanya seorang pesuruh. Lihat saja, dia cuma dorong kursi roda, tidak bisa menggandeng tangannya."
"Benar. Lagi pula, siapa suruh dia menolak pertunangan dengan keluarga Rogan. Diego … dia masih menganggap dirinya tinggi!"
Semakin lama di dengar, semakin membuat telinga dan hatinya panas. Hampir dua bulan ia mengenal Diego, meski pria itu menyebalkan, tapi perlakuannya cukup baik.
Lava panas sudah menyembur, Aishe pun mulai bertindak untuk mengerjai mereka. Dia berjalan dengan gelas sampanye di tangannya, ketika mendekati tiga orang wanita yang sibuk bergosip, ia berpura-pura tersandung dan menumpahkan minumannya.
"Aya! Maaf, maaf," ucapnya tanpa rasa bersalah.
"Apa yang kamu lakukan?" teriak seorang wanita dengan gaun biru yang ketumpahan sampanye. "Apa maaf bisa mengembalikan keadaan?" Ia mengibas rok dengan wajah kesal.
"Tamu dari mana kamu?" sahut salah seorang yang lain hendak mendorong Aishe, namun dengan tangkas tangan wanita itu di tepis begitu saja.
"Ah, tidak sengaja lagi!" ledek Aishe senang.
Derya, wanita yang bajunya ditumpahi sampanye pun semakin geram dengan perlakuan Aishe, terlebih saat tangan sahabatnya, Elma, ditepis begitu saja. Ketika pandangan Aishe teralihkan, ia pun memanfaatkannya dengan mendorong pundaknya.
"Dari mana kau?" sinisnya. "Kau tau, berapa harga bajuku?"
"Tiffany Co. Dress biru dengan gemerlap manik-manik yang dikeluarkan pada musim semi tahun lalu, dengan edisi terbatas. Dibandrol dengan harga 140 ribu dolar di Amerika," jelas Aishe gambang, membuat tiga orang tersentak kagum seketika.
"Y-ya. Ka-kau cukup banyak tau rupanya."
Melihat Derya yang gugup saat berbicara, membuat Aishe meninggikan salah satu sudut bibirnya. Sambil melipat kedua tangannya, dia berkata dengan gaya angkuh.
"Ah, aku ingat. Dress ini hanya dibuat 5 buah saja, dan dari ke-5 itu …." Aishe memandang sinis. "Aku tidak menemukan daftar pembelian dalam negeri."
Sekali lagi, Aishe berhasil membuat Derya tersentak kaget hingga mundur satu langkah ke belakang.
"A-apa maksudmu?" ucapnya gugup. "A-aku memesan melalui situs belanja luar negri."
Mendengar jawaban itu, membuat Aishe semakin ingin menggodanya. Ia melangkah maju, membuat Derya melangkah mundur.
"Oh, benarkah? Ingatku, Tiffani tidak pernah memasarkan koleksinya melalui online."
"Apa aku yang kurang up date?"
Merasa temannya disudutkan oleh wanita asing yang entah berasal dari mana. Elma berinisiatif membantu Derya dengan menarik pundak Aishe. Namun wanita yang tadinya lemah itu, justru melawan. Aishe mengambil tangan Elma, dan memelintirnya ke belakang.
"Aahh … aahh! Kau, kau wanita sialan!"
"Hei, lepaskan! Dasar kau pela-cur!"
Tiga lawan satu, tentu saja pertarungan itu tidak adil. Meski Aishe sudah berani menggertak dan melawan, tetapi dia tidak bisa menghadapi serangan 3 orang sekaligus.
Demi keselamatan dirinya, ia pun melepaskan cengkraman tangan Elma sebelum kedua temannya menyerangnya secara brutal.
"Kamu ingin ganti rugi? Aku bisa memberimu ganti rugi sesuai dengan harga gaun dari Tiffany!" ucap Aishe percaya diri.
"Tapi …." Aishe tiba-tiba mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. "Ahh … aku harus mengatakan hal ini kepada siapa ya?"
Mendengar perkataan Aishe membuat ketiga orang itu saling memandang satu sama lain dengan heran. Tepat ketika mereka hendak berkomentar, sebuah rekaman suara terputar. Rupanya, diam-diam Aishe sempat merekam ketiga orang itu sedang bergosip.
"Semua yang menghadiri pesta adalah rekan kerja dari Yosan. Entah itu diundang secara pribadi atau datang dengan undangan elektronik. Yosan sendiri sudah belasan tahun bekerja sama dengan BIN. Bahkan, setengah modal mereka adalah pinjaman."
"Meski Tuan Diego tidak lagi menduduki kursi presdir, tapi satu suaranya masih dipatuhi seluruh staf perusahaan. Jadi …."
"Ahh!" Aishe tiba-tiba menutup mulutnya. "Seharusnya aku tidak perlu menjelaskan seperti ini pada kalian. Lebih baik langsung melapor kepada presdir Yosan saja."
Ancaman Aishe seakan tepat sasaran. Ketiga wanita itu diam tak berkutik dan tertunduk penuh sesal. Pada akhirnya, mereka menghentikan Aishe yang ingin pergi dan meminta maaf.
"Sebaiknya kalian mengingat, 'mulutmu harimaumu'" Pesan Aishe sebelum akhirnya mereka pergi meninggalkannya sendirian.
Aishe pun menghela napas lega usai mereka pergi. Untuk pertama kalinya, dia tersenyum puas, meski tangannya sempat tremor tadi.
Dari balik jendela kaca yang menjadi pemisah antara ballroom dengan balkon. Diego diam-diam tersenyum puas memandangi Aishe. Rupanya, sejak tadi dia memperhatikan Aishe dari tempatnya. Melihat bagaimana gadis itu membelanya dengan cara cerdas.
"Anda puas, Tuan?" Ashan menyodorkan segelas wine pada Diego.
"Emm. Dia banyak belajar hari ini."
Diego menggoyangkan gelas wine, mencium aroma pekat dari buah anggur yang di fermentasi, lalu menyesapnya perlahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
enur .⚘🍀
perlawanan Sea yang elegan ..good girl 👍 sampe2 Diego pun puas atas tindakan Sea 🤗
2024-11-20
0
𖤍ᴹᴿˢ᭄°Riyantiʰⁱᵃᵗ 🦋ιиɑ͜͡✦ᴳ᯳ᷢ
keren Ais
2024-12-05
1
Radi
Diego. uuuuhhhhg. sejuk kali lihat senyuman mu 🙈🤭
2024-01-25
0